in

Penjualan ORI014 tak Capai Target

Menkeu Apresiasi Jangkauan Makin Luas

Menurunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI rate berimbas pada anjloknya yield surat berharga negara (SBN). Pada 29 September, pemerintah merilis penawaran obligasi ritel Indonesia (ORI) seri 014 bertenor tiga tahun dengan tingkat kupon atau yield hanya 5,85 persen per tahun. Itulah tingkat terendah dalam sejarah penerbitan SBN. Target indikatifnya pun ikut turun. Dari rencana awal Rp 20 triliun menjadi Rp 13,4 triliun. Meski begitu, realisasi dana yang dihimpun dari penjualan ORI seri terbaru ternyata meleset dari target. Yaitu, hanya Rp 8,95 triliun.

Direktur Strategi dan Portofolio Utang Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Scenaider Siahaan mengungkapkan, pada 23 Oktober 2017 pemerintah membukukan total volume pemesanan pembelian ORI seri 014 yang disampaikan masyarakat sampai penutupan masa penawaran sebesar Rp 8.975.810.000.000. Namun, sesuai dengan kewenangan yang diberikan UU No 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (PPR) menetapkan hasil penjualan dan penjatahan ORIO14 sebesar Rp 8.948.660.000.000.

Scenaider menyebutkan, penjualan ORI seri terbaru tersebut menjangkau 22.822 pemesan di seluruh provinsi Indonesia. Jumlah pemesan baru mencapai 11.182 investor. Terkait dengan profil pemesan, jumlah terbesar berada pada kisaran Rp 5 juta–Rp 100 juta dengan persentase 44,73 persen. Rata-rata volume per pemesanan adalah Rp 391,08 juta. Dari sisi wilayah, jumlah pemesan di wilayah DKI Jakarta mencapai 37,7 persen dari total pemesanan. Wilayah Indonesia Barat selain DKI Jakarta mencapai 54,6 persen serta wilayah Indonesia Tengah dan Timur 7,7 persen.

Berdasar kelompok umur, lanjut Scenaider, jumlah pemesan terbesar berasal dari kelompok usia di atas 40 tahun. Yakni, mencapai 77,28 persen. Volume pemesanan pada kelompok itu sebanyak Rp 7.521.240.000.000 atau 84,05 persen dari total volume pemesanan.

Berdasar kelompok profesi, kalangan pengusaha atau wiraswasta yang paling banyak melakukan pemesanan (15,39 persen). Disusul pegawai swasta (15,29 persen) dan ibu rumah tangga (7,44 persen). ”Ada juga pegawai BUMN atau BUMD dengan persentase 6,20 persen; kelompok profesional 5,36 persen; PNS 4,68 persen; dan pensiunan 1,13 persen,” papar Scenaider. Selanjutnya, pemesan dari TNI/Polri sebesar 0,73 persen; pelajar dan mahasiswa (0,60 persen); pekerja seni (0,02 persen); dan lainnya (43,16 persen).

Scenaider mengakui, meski realisasi penjualan ORI menurun, kualitas keritelan ORI seri terbaru tersebut relatif lebih baik jika dibandingkan dengan penerbitan-penerbitan sebelumnya. Hal itu terlihat dari jumlah pemesan terbesar ORI014 yang berada pada kisaran Rp 5 juta sampai Rp 100 juta. Sementara itu, pemesanan terbesar pada penerbitan ORI dalam 8 tahun terakhir rata-rata berada pada kisaran Rp 100 juta sampai Rp 500 juta. ”Kemudian, rata-rata pemesanan ORI014 sebesar Rp 391 juta adalah yang terendah kalau dibandingkan dengan rata-rata pemesanan dalam 7 tahun terakhir yang berkisar Rp 560 juta,” jelasnya.

Obligasi negara seri 014 tersebut akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 26 Oktober. Namun, lantaran pada ORI seri terbaru ditetapkan adanya ketentuan minimum holding period, pemindahbukuan ORI014 baru dapat dilakukan setelah pembayaran kupon kedua pada 15 Desember 2017. ”Dengan memperhitungkan penerbitan ORI014 sejumlah Rp 8.948.660.000.000 yang akan dilakukan settlement pada 25 Oktober, realisasi SBN neto diperkirakan mencapai Rp 407,41 triliun atau 94,10 persen di antara target SBN neto Rp 432,96 triliun,” jelasnya.

Menanggapi lesunya penjualan ORI, Menkeu Sri Mulyani Indrawati menuturkan pemerintah masih optimistis penerbitan surat utang akan sesuai target. Dia menegaskan masih ada tujuh kali proses lelang menjelang akhir tahun ini. ”Jadi, untuk tujuh kali lelang ke depan, masih penuhi target defisit tahun ini,” katanya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu juga mengapresiasi makin luasnya jangkauan pasar ORI. Termasuk dengan pemesan terbanyak pada rentang Rp 5 juta sampai Rp 50 juta. ”Saya rasa indikasi yang baik meluasnya apa yang disebut ritel atau jangkauan kepada masyarakat secara individu. Itu bagus karena kita inginkan dengan ritel memperluas basis individual,” tuturnya saat ditemui di gedung DPR kemarin (23/10). (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Mengunjungi Desa-Desa ”Hantu” di Sekitar Sinabung

Amerika Serikat Minta Maaf