Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) Sumatera Barat mendesak aparat kepolisian untuk membasmi perilaku dugaan premanisme terhadap Yayasan atau Sekolah Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) di Jati, Padang.
“Premanisme di PGAI terlalu vulgar, secara bergerombolan mereka masuk ke sebuah badan hukum/satuan pendidikan dan mempertontonkan kekerasan,” tegas Eyunus,
Ketua Perhimpunan KB PII Sumatera Barat dalam keterangan tertulisnya kepada media, Jumat (3/10/2022).
Menurut Eyunus, pelaku dengan leluasa masuk dan memukul kepala sekolah. Pemukulan juga dilakukan terhadap anak atau anggota keluarga kepala sekolah yang berusaha melindungi ayahnya dari pemukulan.
“Pemukulan bahkan dilakukan di hadapan guru-guru dan siswa SMA PGI Padang. Ini keterlaluan. Mereka menganggap seperti tak ada hukum saja. Padahal, Jati itu sangat dekat wilayah hukum Polresta atau Polda Sumatera Barat,” tegasnya.
Dia menduga ada aktor intelektual atau “orang kuat” yang mendalangi premanisme ini. Untuk itu, dia meminta aparat kepolisian harus bertindak cepat. Tidak hanya memproses secara adil laporan dugaan penganiayaan yang telah dilaporkan ke polisi oleh Yurnalis, selaku kepala sekolah dan anaknya Taufikul Hakim yang juga menjadi korban.
Namun, secara Presisi ke depan, aparat kepolisian harus memberikan rasa aman pada mereka yang bekerja dan bernaung di PGAI. Diharapkannya aparat lebih responsif. “Tidak hanya menunggu laporan. Itulah Presisi yang menjadi motto Kapolri. Apalagi PGAI itu aset umat. Tidak boleh ada premanisme, atau anasir jahat yang ingin menguasai PGAI secara ilegal,” tandasnya.
Lebih lanjut Elyunus menambahkan bahwa jika ada ada pertikaian, maka hukumlah yang harus menjadi panglima penyelesaian. Bukan kekerasan atau cara premanisme.
“Selaku organisasi Alumni PII, kami akan mengawal kasus ini. Kami juga akan mencoba berkoordinasi dengan aparat hukum yang ada di daerah, ataupun di pusat,” tukasnya.(rel)