“Sudah sejak tahun lalu kami memberikan insentif kepada pria yang mengikuti KB dengan metode operasi pria (MOP). Tujuannya, supaya peserta KB pria bisa meningkat,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kota Yogyakarta Eny Retnowati di Yogyakarta, Minggu.
Saat ini, tingkat kepesertaan KB pria di Kota Yogyakarta baru mencapai 0,69 persen dari total peserta KB di kota tersebut. Terpaut cukup banyak dengan tingkat kepesertaan KB untuk wanita, khususnya yang menggunakan IUD yaitu 32,46 persen.
Selain memberikan insentif berupa uang, upaya untuk meningkatkan kepesertaan KB pria dilakukan melalui sosialisasi oleh tujuh kelompok KB pria yang sudah terbentuk.
“Biasanya, sosialisasi dilakukan melalui pagelaran seni tradisional. Harapannya, kaum laki-laki bisa memahami bahwa menjadi peserta KB pria bukan hal yang menakutkan,” katanya.
Selain karena jumlah anak sudah dirasa cukup, latar belakang yang mendasari kaum pria menjadi peserta KB di antaranya adalah istri tidak cocok menggunakan alat kontrasepsi.
“Ada beberapa perempuan yang terkadang mengalami alergi atau efek samping akibat menggunakan alat kontrasepsi jenis tertentu. Oleh karena itu, suami yang kemudian menjalani vesektomi,” katanya.
Meskipun sudah melakukan berbagai sosialisasi untuk penggunaan alat kontrasepsi baik bagi perempuan maupun laki-laki, namun belum semua pasangan usia subur di Kota Yogyakarta menjadi peserta KB.
Di Kota Yogyakarta terdapat 43.749 pasangan usia subur, namun baru 31.045 pasangan yang menjadi peserta KB atau sekitar 71 persen. Sisanya, memilih tidak menjadi peserta KB.
“Kami akan terus melakukan sosialisasi. Menjadi peserta KB merupakan salah satu upaya untuk membentuk keluarga yang berkualitas sekaligus mengendalikan pertumbuhan penduduk,” katanya.
Eny menyebut, angka pertumbuhan penduduk di Kota Yogyakarta adalah 2,1 persen atau berada di bawah rata-rata nasional. “Namun, jika tdak dilakukan pengendalian, maka angka tersebut bisa terus meningkat,” katanya.
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2017