Meski sudah memasuki era tatanan normal baru, sejumlah harga komoditi belum juga mengalami kenaikan.
Seperti contoh kopi misalnya. Harganya kini masih bertahan di kisaran Rp 15.500 sampai Rp 16.000 per kilogram. Padahal sebelum pandemi Covid-19, harga komoditi ekspor ini tembus di angka Rp 21 ribu per kilogram.
“Sampai sekarang harga kopi kering belum naik. Masih di harga Rp 16 ribu per kilo. Padahal sebelum korona harganya jauh lebih mahal dari sekarang,” ungkap petani kopi Jorong Bukik Patanahan, Kecamatan Sangir kepada, Mufuardi Padang Ekspres, Jumat (03/07/2020).
Ia menjelaskan, kopi adalah salah satu komoditi unggulan daerah saat ini dalam jenis tanaman tua. Karena harga masih murah, katanya petani kini lebih memilih untuk tidak menjual dulu kopi-kopi tersebut. “Banyak petani kopi setelah panen tidak menjual kopinya. Hal ini dikarenakan harga kopi kering terbilang masih murah,” ujarnya.
Petani katanya, menunggu waktu yang tepat untuk menjual kopi tersebut.
“Siap panen kami hanya menjemur bulat-bulat. Setelah kering kami taruh saja di gudang. Kalau harga kopi sudah naik, baru kami jual,” terangnya.
Petani kopi lainnya, Idil Fitri mengatakan, dengan harga jual yang rendah, petani hanya mendapatkan keuntungan sedikit jika kebun kopinya jauh dari pinggir jalan.
“Uang yang kami dapat tidak sebanding dengan biaya yang kami keluarkan. Karena biaya yang dikeluarkan petani cukup banyak, seperti upah memetik, upah angkut, upah giling, kemudian dijemur, dan proses pemisahan kulit dengan biji kopi,” ujarnya.
Para petani berharap agar harga kopi kembali normal seperti saat sebelum pandemi.
Ia memaparkan, bahwa kopi bisa dipanen di usia 27 bulan. Biaya perawatan kopi cukup besar. Karena kopi salah satu tanaman tua yang manja. Daunnya yang hijau mudah berubah jadi kuning, dan buah berkurang.
“Setiap tiga bulan, tanaman kopi harus bersih dari semak. Jika ingin hasil maksimal,” imbuhnya. (tno)