Miami (ANTARA/AFP) – Suara manusia mencemari lebih dari separuh wilayah
cagar alam di Amerika Serikat, dan pencemaran suara tersebut dapat
mengganggu kemampuan hewan untuk berburu dan bertahan, ungkap peneliti
pada Kamis (4/5).
Kebisingan terdengar di 492 situs yang
ditujukan sebagai tempat keanekaragaman hayati di seluruh negara itu,
ungkap laporan di jurnal Science.
Peneliti menemukan bahwa kebisingan melampaui tiga desibel (dB) di 63 persen wilayah yang dilindungi, ungkapnya.
Di 21 persen area, polusi suara tercatat 10 desibel lebih tinggi daripada yang seharusnya tanpa pengaruh manusia.
“Itu
berarti antara kenaikan dua kali atau 10 kali lipat tingkat suara di
atas alam,” kata pemimpin penulis Rachel Buxton, ahli biologi konservasi
di Colorado State University.
Buxton mengatakan bahwa suara yang
ditimbulkan dari manusia mengurangi area tempat suara asli dapat
terdengar antara 50 sampai 90 persen.
“Jadi jika Anda dapat
mendengar sesuatu pada jarak 30 meter, sekarang Anda hanya dapat
mendengarnya dari jarak tiga sampai 15 meter,” katanya.
Algoritma komputer digunakan untuk memperkirakan sumber untuk suara asli di sebuah area, berdasarkan fitur uniknya.
Sumber
suara tambahan mencakup eksplorasi minyak dan gas, perekahan untuk gas
alam timbal dan sejumlah aktivitas pertambangan serta suara lalu lintas
sepeda motor dan kendaraan.
Dampak dari suara tambahan tersebut bisa sangat luas.
“Burung
akan kesulitan menemukan pasangan, atau spesies mangsa mungkin tidak
dapat mendengar predator yang sedang mendekat dan akan lebih cepat
dimangsa,” ujar Buxton.
“Sekalipun hanya satu spesies yang
benar-benar terkena dampak kebisingan secara langsung, dampak ini dapat
menyebar ke dalam komunitas ekologi.”
Peneliti menyatakan
penelitian tersebut menunjukkan bahwa polusi suara manusia, meski kerap
dianggap sebagai masalah perkotaan, bisa mencapai jangkauan yang lebih
jauh dibandingkan yang sebelumnya dipahami, demikian AFP.Penerjemah: Monalisa
Editor: Ujang
COPYRIGHT © ANTARA 2017