Ahad, 19 Maret 2023 lalu boleh dikatakan sebagai momen yang bersejarah bagi Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek. Betapa tidak, pada saat itu dilaksanakan Haflatul Wada’ yang merupakan acara perpisahan atau wisuda santri kelas XII Madrasah Aliyah Sumatera Thawalib Parabek.
Pada kesempatan itu dilakukan mewisuda 174 santri yang terdiri dari 84 santriwati dan 90 santriwan. Dari jumlah itu sebanyak 68 santri berasal dari jurusan IPA, 44 santri jurusan IPS, dan 62 santri jurusan agama.
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Gubernur Sumbar Mahyeldi, Bupati Agam yang diwakili Staff Ahli Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan, Camat Banuhampu Susi Karmila AS, SH, wali nagari dan pemangku adat, dewan pembina yayasan, jajaran pejabat pemerintahan di daerah Kabupaten Agam, para pimpinan pondok Kabupaten Agam, beserta para wali santri.
Angkatan ke-113 yang diwisuda tahun ini diberi nama dengan sebutan Annajah (Ambun Nan Janiah). Embun datang setelah kita mendapatkan keberkahan yang sangat besar (hujan) dari sang maha pencipta. Embun datang untuk menyejukkan para penikmatnya.
Walaupun sudah banyak penikmatnya, embun tetap setia kepada hujan dan bersyukur telah membawanya turun. Jernih memiliki arti terlihat terang, bersih, tidak keruh, dan tidak kacau. Embun yang jernih merupakan wujud dari Nabi Muhammad yang selalu ikhlas dan bersyukur.
Angkatan ini diharapkan memberikan kehidupan kepada semua orang dengan jalan pikiran yang runtut dan tidak galau atau sesuai pedoman Al Quran dan hadis. Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, S.P pada kesempatan itu, atas nama Pemerintah Provinsi Sumbar mengucapkan selamat kepada para santri kelas XII yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Atau pun memberikan pengabdian dan berbagi kepada masyarakat. Dan harus diakui, Sumbar sangat membutuhkan dai yang akan membekali, mengajar, dan mendidik tentang keislaman kepada masyarakat.
Setiap santri kelas XII untuk menyelesaikan studinya tentu harus memenuhi syarat. Salah satunya dengan membuat karya tulis ilmiah. Karya tulis tersebut juga dibimbing dan diuji oleh guru-guru di Pondok Pesantren Thawalib yang disebut sidang munaqasyah.
Tiga karya tulis terbaik masing-masing jurusan, baik itu jurusan IPA, IPS, dan agama akan diseminasi pada acara wisuda dengan menyampaikan latar belakang dan kesimpulan karya tulisnya di depan hadirin yang hadir. Lalu terakhir juga akan diadakan sesi tanya jawab antara santri dengan para hadirin dan tamu undangan yang ingin bertanya.
Diseminasi yang juga disebut muzakarah paper ini juga dimoderatori oleh satu santri terpilih, Arrusal Khafiqaini Chaniago. Karya tulis terbaik tahun ini diwakili oleh dua santriwan dan satu santriwati. Mereka adalah Muhammad Irfan, santri jurusan agama, dengan judul karya tulisnya, “Bagaimana Hukum Islam terhadap Kasus Pembunuhan atas Dasar Perintah Atasan”.
Lalu Gibran Alkhairi, santri jurusan IPA, dengan judul papernya, “Pandangan Islam terhadap Penggunaan IVF sebagai Sarana untuk Memilih Kelamin Anak bagi Pasangan yang Tidak Memiliki Gangguan Fertilitas”. Kemudian Diva Dwi Putri, santri jurusan IPS, dengan judul papernya, “Hukum Menikah dengan Transeksual dalam Perspektif Islam”.(Rahmawati, S.Pd, GURU PONPES SUMATERA THAWALIB PARABEK AGAM)