in

Prancis Kurangi Hulu Ledak Nuklir

PARIS – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada Jumat (7/2) menyatakan bahwa nega­ranya telah mengurangi jum­lah senjata dengan hulu ledak nuklir hingga dibawah angka 300 unit. Pengurangan senjata nuklir itu dimaksudkan seba­gai sebuah legitimasi bagi lang­kah konkret dari negara dengan kekuatan nuklir lain agar turut serta dalam perlucutan global yang bertahap, kredibel dan da­pat diverifikasi.

Dalam pidatonya yang men­jabarkan strategi persenjataan nuklir Prancis pasca hengkang­nya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit), Presiden Macron pun menyatakan pada negara-negara Eropa bahwa mereka tak boleh jadi penonton saat meng­hadapi kemungkinan terjadinya perlombaan senjata nuklir baru. Dalam seruannya, Presiden Ma­cron mendesak negara-negara Eropa agar turut memperjuang­kan agenda pengendalian sen­jata internasional.

“Negara-negara Eropa harus menyadari secara kolektif bahwa saat absennya kerangka hukum, mereka akan menghadapi per­lombaan senjata konvensional bahkan senjata nuklir yang baru di wilayah negara mereka sendi­ri,” kata Presiden Macron dalam pidatonya dihadapan para pet­inggi militer di Paris.

Setelah Brexit, Prancis jadi satu-satunya negara yang memi­liki senjata nuklir di kawasan Uni Eropa. Usai berakhirnya kesepa­katan internasional yang mem­batasi perkembangan cadangan senjata nuklir, risiko perlombaan senjata baru semakin nyata.

Diambang Keruntuhan

Kesepakatan pengendalian senjata nuklir saat ini diambang keruntuhan setelah Amerika Serikat (AS) menyatakan tak akan memperpanjang kesepa­katan baru dari perngurangan senjata nuklir (New START) yang diteken pada 2010 dengan Rus­sia. Tak hanya itu, Washington DC dan Moskwa pun mening­galkan Traktat Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (Intermediate-Range Nuclear Forces/INF).

Dalam pernyataannya, Ma­cron menyatakan bahwa Pran­cis masih meyakini keamanan jangka panjang Eropa tergantung pada kekuatan aliansi dengan AS yang juga merupakan mitra kun­ci dalam aliansi Pakta Pertahan­an Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO). “Namun keamanan kita pun mau tak mau tergantung pada semakin besarnya kapasitas bagi aksi otonom dari negara-negara Eropa,” kata Presiden Prancis itu. “Akibatnya, negara Eropa harus jadi pemangku kepentingan dan pihak yang turut meneken kese­pakatan baru yang membatasi pengembangan persenjataan ja­rak menengah yang baru, kare­na itu menyangkut teritori kita,” tambah Macron.

Sebelumnya Presiden Ma­cron pun telah mengeluhkan betapa mahalnya pemeliharaan dan upaya modernisasi bagi persenjataan nuklir yang dimili­ki Prancis dan parlemen Prancis saat ini telah mengurangi alokasi anggaran bagi pemeliharaan dan modernisasi senjata nuk­lir hingga senilai 37 miliar euro saja. “Penggentaran jadi bagian dari sejarah kita dan bagian dari strategi pertahanan kita, dan semuanya akan tetap seperti itu di masa yang akan datang,” pungkas Macron. SB/AFP/I-1

What do you think?

Written by Julliana Elora

Ardiansyah Nugraha Terpilih Kembali Jadi Ketua IJTI

Penjumlahan denagn Menggunakan Cokelat