» Kontraksi ekonomi di kuartal II berpotensi berlanjut ke kuartal III-2020.
» Kebijakan fiskal dan moneter diharapkan efektif mendukung pemulihan.
JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajaran kementerian/ lembaga di sektor perekonomian untuk bekerja keras memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi pada kuartal III-2020. Jika tidak meningkat maka kondisi ekonomi pada kuartal selanjutnya berpotensi lebih sulit.
“Kita berharap di kuartal ketiga, kita sudah harus naik lagi. Kalau enggak, enggak ngerti lagi saya, betapa akan lebih sulit kita,” kata Kepala Negara dalam acara penyaluran dana bergulir untuk koperasi dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Presiden pun meminta untuk memulihkan konsumsi masyarakat dan ekspor yang sudah terjadi di Juli 2020. Momentum tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pelaku usaha dan juga lembaga pembiayaan, termasuk koperasi untuk mengungkit perekonomian.
Jajaran menteri dan pimpinan lembaga negara diminta mempercepat penyaluran anggaran agar memberi efek berganda ke sektor riil. “Saya sampaikan ini juga kepada semua menteri agar belanja APBN di tiga bulan ini (Juli, Agustus, September-red). Kesempatan kita ada di sini,” kata Presiden.
Kepala Negara memperkirakan pada kuartal II-2020 ekonomi akan terkontraksi ke level negatif 4,3 persen. Namun di kuartal III- 2020, diyakini Indonesia akan memasuki masa pemulihan. “Kita hanya punya waktu untuk mengungkit ini di Juli, Agustus, September. Kalau kita bisa mengungkit ini, insya Allah kuartal keempat lebih mudah, tahun depan lebih mudah,” kata Presiden Jokowi.
Dikatakan, perbaikan konsumsi ditopang realisasi bantuan sosial, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) dana desa, bantuan sosial sembako, dan jaring pengaman sosial lainnya. “Saya senang sudah ada angka-angka yang baik, konsumsi sudah mulai terungkit naik. Artinya, mungkin peredaran uang di bawah karena ada BLT desa, bansos tunai, bansos sembako, itu akan sangat mempengaruhi daya beli dan konsumsi rumah tangga, konsumsi masyarakat,” tambah Presiden.
Kinerja ekspor sendiri, kata Jokowi, juga mulai membaik dibandingkan realisasi pada Mei dan Juni 2020. Momentum perbaikan ekonomi itu diharapkan bisa manfaatkan sebaik-baiknya oleh lembaga pembiayaan dan juga pelaku usaha, termasuk koperasi.
Beberapa lembaga internasional menyatakan ekonomi global pada 2020 akan terkontraksi ke level negatif. Bank Dunia menyatakan ekonomi global akan menurun hingga minus 5 persen, sedangkan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan perekonomian akan terjerembap ke minus 6 sampai minus 7,6 persen.
Berpotensi Resesi
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menyatakan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan berkontraksi pada kuartal atau triwulan II-2020, bisa berlanjut kuartal III-2020. “Ada kemungkinan masih negatif,” kata Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Juda Agung, di Jakarta, Kamis (23/7).
Potensi kontraksi ekonomi dua kuartal berturut-turut atau resesi dapat terjadi karena berbagai sektor korporasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) maupun rumah tangga belum menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan signifikan akibat dampak Covid-19.
Sebab itu, dia berharap berbagai kebijakan fiskal maupun moneter yang sudah dirumuskan oleh otoritas terkait dapat berjalan efektif agar pemulihan ekonomi dapat segera berjalan. “Ini balapan dengan waktu, bagaimana kebijakan pemerintah dan Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) dapat efektif untuk mencegah terjadinya risiko resesi yang dalam,” kata Juda seperti dikutip Antara.
Sebelumnya, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2020 akan berada di zona negatif yaitu antara minus 5,08 persen–minus 3,54 persen dengan titik tengah minus 4,3 persen.
Pemerintah bersama BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sudah melakukan sinergi berbagai kebijakan agar ketidakpastian akibat pandemi tidak memperlambat pertumbuhan ekonomi. Kebijakan itu antara lain mulai dari menambah anggaran untuk belanja penanganan Covid-19 dan program PEN, hingga melakukan restrukturisasi kredit untuk UMKM.
Melalui kebijakan tersebut, perekonomian diperkirakan dapat mulai pulih pada triwulan III dan IV-2020, dengan catatan tidak ada gelombang kedua Covid-19. Dengan demikian, pemerintah mengharapkan pertumbuhan ekonomi pada akhir 2020 bisa berada pada kisaran minus 0,4 hingga 1,0 persen. n fdl/E-9