in

Problem Based Learning

TANTANGAN : Para siswa SMA N 1 Lintaubuo ditantang
menyelesaikan
persoalan. Ini untuk
membangun daya
kritis para peserta
didik.

Tak dapat dipungkiri, meningkatkan kualitas pendidikan, menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan. Ini juga demi peningkatan kualitas pendidikan. Khususnya di bumi pertiwi ini. Namun, sebagai seorang guru, kita kadang dihadapkan dengan beragam masalah.

Baik itu masalah dari peserta didik, rekan kerja, orangtua, atasan, ataupun masalah yang timbul dari banyaknya tuntutan pekerjaan yang membuat guru menjadi tertekan. Sebagai guru yang mengajar di salah satu sekolah besar yaitu SMA Negeri 1 Lintaubuo, saya sering kali dihadapkan dengan permasalahan peserta didik.

Mengingat sekolah kami yang berada di tengah Kecamatan Lintaubuo Utara memiliki 28 rombel serta jumlah peserta didik sekitar 936 orang. Permasalahan itu di antaranya, rendahnya motivasi belajar, rendahnya kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kritis, serta rendahnya kemampuan berkomunikasi peserta didik.

Sedangkan, peserta didik harus memiliki keterampilan abad 21 yaitu, keterampilan cara berpikir kritis, kreatif, mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan serta cara bekerja sama melalui kolaborasi, dan komunikasi.

Dengan menerapkan model pembelajaran inovatif Problem Based Learning, mungkin dapat mengatasi permasalahan tersebut. Model pembelajaran Problem Based Learning ini, merupakan pembelajaran yang menempatkan permasalahan kompleks, yang terjadi di dunia nyata dalam proses pembelajaran dan menuntut peserta didik memecahkan masalah tersebut.

Serta menemukan solusi untuk masalah tersebut sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara saya dengan salah seorang guru senior biologi, Rehani, S.Pd.

Beliau menyatakan bahwa ketika guru menggunakan model pembelajaran inovatif Problem Based Learning dapat merangsang keterampilan berpikir kritis, peserta didik dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru dan menemukan sendiri solusi dari permasalahan tersebut. Penulis menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning ini di kelas XII IPA 1 pada materi Pola-Pola Hereditas pada Manusia dengan sintaks-sintaks sebagai berikut.

Fase 1, Orientasi peserta didik kepada masalah.

Pada fase ini, guru memberikan sebuah masalah dan peserta didik di minta untuk menyampaikan tanggapan mengenai permasalahan tersebut, yang nantinya akan di pecahkan secara berkelompok.

Fase 2, Mengorganisasikan peserta didik.

Pendidik membantu peserta didik untuk mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik dan tugas). Peserta didik dikelompokkan secara heterogen, pendidik membagikan LKPD serta masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan yang telah diberikan pendidik.

Peserta didik diminta untuk menentukan peran-peran tiap peserta didik, seperti mencari sumber literatur, ataupun mengingatkan untuk melaksanakan setiap kegiatan pemecahan masalah.

Fase 3, Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

Pendidik membantu Peserta didik dalam mengumpulkan dan mengeksplorasi informasi dari aneka sumber (buku peserta didik dan modul) yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Pendidik meninjau setiap kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik.

Fase 4, Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pendidik membantu dalam merencanakan serta menyiapkan presentasi untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Kelompok yang tidak presentasi memberikan tanggapan berupa pertanyaan dan masukan terhadap kelompok yang tampil.

Fase 5, Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru mengevaluasi hasil diskusi dan memberi penguatan terhadap penyampaian kelompok saat presentasi. Begitu juga halnya dengan pembelajaran biologi yang erat kaitannya dengan pemecahan masalah yang menuntut peserta didik untuk dapat berpikir secara kritis dalam mencari solusi dari masalah yang dihadapi.

Sehingga dengan menerapkan model Problem Based Learning dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah, meningkatkan kemampuan untuk memperoleh pengetahuan yang relevan, membangun pengetahuannya sendiri, menumbuhkan motivasi dalam belajar, meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berpikir, meningkatkan komunikasi dan bekerja sama dalam kelompoknya, sehingga membantu perkembangan kognitif peserta didik.(***)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Andre Rosiade Minta Pramugari Garuda Dibolehkan Berjilbab saat Bertugas

Politani Payakumbuh dan Direksi Semen Padang: Bahas Kaliandra Ganti Batu Bara