in

Ramadhan dan Etos Kerja

Sebagai umat muslim yang bertakwa, kita telah melalui dan melaksanakan ibadah wajib puasa pada bulan Ramadhan berulang kali, tergantung dari umur masing-masing. Bagi yang sudah mencapai umur 57 tahun, paling tidak sudah mengalami dan melaksanakan perintah wajib ibadah puasa pada bulan Ramadhan sebanyak 50 kali. Karena pada umur tujuh tahun kita telah dididik untuk melaksanakan ibadah puasa pada bulan yang dimuliakan tersebut. 

Kalau kita merenung dan mengingat kembali pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan yang telah puluhan kali tersebut, tentu terdapat banyak pertanyaan yang muncul dalam pikiran kita, terutama yang  berkaitan dengan perilaku setelah bulan Ramadhan selesai. 

Dari sekian banyak pertanyaan yang akan muncul, terdapat dua pertanyaan mendasar dan kritis yang tidak boleh diabaikan dari pelaksanaan ibadah wajib puasa bulan Ramadhan tersebut. Pertama, apa yang telah kita peroleh dari pelaksanaan ibadah puasa yang telah berulang kali tersebut? Kedua, bagaimana keterkaitan ibadah puasa wajib bulan Ramadhan etos kerja? 

Pemilihan kedua pertanyaan ini berdasarkan pemikiran bahwa kita harus mengetahui dampak dari apa yang  kita lakukan. Seandainya kita tidak mengetahui dan merasakan dampak dari apa yang kita lakukan berulang kali, tentu kita juga telah melakukan sesuatu yang sia-sia dengan berulang kali. Pekerjaan sia-sia yang berulang kali merupakan suatu kerugian yang besar dalam berjalanan hidup kita yang terbatas di dunia ini.

Agar kita tidak melakukan sesuatu yang sia-sia, maka jawaban kedua pertanyaan yang dikemukakan ini perlu mendapat perhatian secara luas dari umat Islam yang bertakwa. Jawaban kedua pertanyaan tersebut tentu tidak dapat disederhanakan dalam satu pendapat karena jawabannya dapat ditinjau dari berbagai perspektif sesuai dengan latar belakang disiplin ilmu dan pengetahuan masing-masing. 

Misalnya, jawaban dari perspektif kesehatan akan berbeda dari perspektif bidang ilmu lainnya. Meskipun dapat ditinjau dari beberapa perspektif, jawaban kedua pertanyaan tersebut akan dapat diterima dengan baik tanpa banyak perdebatan apabila ditinjau dari  perspektif apa yang dilatih selama puasa bulan Ramadhan. 

Kita sudah berulang kali sejak dari sekolah dasar sampai sekarang mendapat penjelasan bahwa puasa bulan Ramadhan adalah bulan latihan. Pada bulan Ramadhan kita tidak hanya melatih diri dari menahan rasa haus dan lapar, tetapi berlatih untuk ikhlas, bersyukur, bersabar, jujur, peduli, disiplin terhadap waktu, mengubah perilaku jelek, menajamkan penglihatan, pendengaran, perasasaan untuk hal-hal yang lebih. Kemudian kita juga dilatih untuk selalu berpikir, berbicara, serta berbuat dengan lebih baik. Tentu banyak latihan lainnya yang terkandung dalam ibadah puasa bulan Ramadhan. 

Salah satu aspek pelatihan yang perlu kita ingat dan sadari adalah setiap pelatihan mempunyai ukuran keberhasilan. Ukuran yang paling sederhana adalah terjadinya perubahan setelah mengikuti latihan ke arah yang lebih baik dari aspek-aspek yang dilatih tersebut. Kalau tidak terjadi perubahan ke arah yang lebih baik, tentu kita masuk kategori orang-orang yang merugi atau tidak berhasil mengikuti pelatihan. 

Ukuran keberhasilan latihan yang kita ikuti selama bulan Ramadhan tentu dapat ditelusuri dari peningkatan aspek-aspek yang dilatih tersebut ke arah yang lebih baik. Peningkatan ke arah yang lebih baik tersebut paling tidak dapat direfleksikan dari perubahan yang terjadi pada diri kita sebelum dan setelah bulan Ramadhan. 

Perubahan tersebut yang paling tahu adalah diri kita sendiri dan sebagian dapat dilihat orang lain dari perubahan perilaku kita baik dalam bekerja maupun dalam kehidupan sehari-hari. 

Merujuk kepada aspek-aspek yang dilatih selama bulan Ramadhan, tentu secara umum hasil yang diharapkan adalah semakin ikhlas untuk melakukan sesuatu, dan semakin banyak bersyukur terhadap berbagai nikmat dan rahmat yang dilimpahkan oleh Allah SWT setiap hari. 

Selanjutnya, setelah mengikuti pelatihan selama bulan Ramadhan, kita berharap semakin sabar, jujur, disiplin dan peduli kepada diri kita sendiri dan orang lain. Kemudian, setelah mengikuti pelatihan bulan Ramadhan, kita sangat berharap agar pendengaran dan penglihatan kita lebih tajam untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat, berpikir, berbicara dan berbuat lebih baik. 

Terakhir setelah mengikuti pelatihan bulan Ramadhan diharapkan perasaan kita semakin mudah tersentuh untuk membantu, monolong dan meringankan beban orang lain, terutama dengan orang-orang di lingkungan kita sendiri. 

Terjadinya perubahan ke arah yang lebih pada diri kita masing-masing, baik yang kita rasakan sendiri maupun yang dilihat orang lain merupakan di antara manfaat atau berkah dari ibadah wajib bulan Ramadhan. Seandainya tidak terjadi perubahan pada diri kita masing-masing setelah melaksanakan berbagai bentuk latihan selama bulan Ramadhan, atau tidak ada berbedaan baik yang dirasakan dan dapat dilihat orang lain, artinya kita tidak memperoleh sesuatu yang bermanfaat, kecuali hanya menahan diri dari rasa haus dan lapar. 

Selanjutnya bagaimana kaitan pelatihan selama bulan Ramadhan dengan etos kerja? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu perlu ditelusuri dan dipahami terlebih dahulu pengertian etos kerja. Secara umum etos kerja mempunyai kaitan yang erat dengan sikap, kepribadian, perilaku dan karakter, serta mentalitas kerja seseorang. 

Sikap di sini digambarkan sebagai prinsip-prinsip yang dianutdan diyakini seseorang untuk bertindak atau berbuat secara optimal untuk mencapai apa yang diinginkannya. Prinsip-prinsip universal yang harus berlaku seperti kejujuran, disiplin jujur,  peduli, hemat, efisien adalah pondasi inti dari etos kerja yang baik. 

Berdasarkan uraian aspek-aspek yang dilatih selama bulan Ramadhan sebelumnya, maka tidak dapat disangkal bahwa bulan Ramadhan adalah latihan untuk meningkatkan etos kerja. Oleh sebab itu, etos kerja pemilik usaha, pegawai, karyawan atau pimpinan yang melaksanakan ibadah bulan Ramadhan akan semakin baik. Etos kerja semakin baik setelah bulan Ramadhan tersebut akan ditunjukan dengan sikap semakin ikhlas, jujur, peduli, hemat dan efisien dalam bekerja.

Seandianya tidak ada perubahan etos kerja ke arah yang lebih baik setelah bulan Ramadhan, tentu kita perlu mengevaluasi kualitas pelaksanaan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Jangan-jangan kualitas puasa yang kita laksanakan selama ini baru pada tingkat menahan rasa lapar dan haus.

Kewajiban mengevaluasi pelaksanaan puasa ini juga merupakan suatu yang harus dilakukan dalam perjalanan hidup kita. Evaluasi ini dalam rangka upaya untuk meningkatkan kualitas ibadah puasa Ramadhan dari tahun ke tahun, dan tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama pada pelaksanaan puasa tahun berikutnya. 

Jika kualitas ibadah puasa bulan Ramadhan semakin baik, maka dampak puasa tersebut terhadap peningkatan etos kerja juga akan semakin besar. Etos kerja yang semakin baik pada akhirnya akan berujung pada peningkatan kinerja dan kesejahteraan. 

Oleh sebab itu, marilah kita sama-sama berupaya meningkatkan kualitas pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan dari tahun ke tahun, sehingga mempunyai dampak yang lebih besar lagi terhadap peningkatan etos kerja, kinerja dan kesejahteraan. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Sambut Lebaran, Garuda Tambah Jam Penerbangan

MUI Haramkan Ujaran Kebencian