Jakarta (ANTARA) – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi menguat di tengah indikasi pelonggaran kebijakan COVID-19 di China.
Rupiah pagi ini menguat 37 poin atau 0,23 persen ke posisi Rp15.584 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.621 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Jumat, mengatakan, sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat positif pagi ini.
“Pasar menyambut indikasi perubahan kebijakan COVID dari China seperti yang diungkapkan PM China Li Keqiang dalam pertemuannya dengan kepala organisasi global hari Kamis kemarin,” ujar Ariston.
China diharapkan menerapkan kebijakan yang lebih longgar sehingga aktivitas ekonominya bisa meningkat lagi dan bisa membantu pertumbuhan ekonomi global termasuk Indonesia.
Tapi di sisi lain, lanjut Ariston, pelaku pasar masih menantikan hasil rapat The Fed yang terakhir tahun ini pada pekan depan.
“Pasar masih mewaspadai sikap The Fed yang mempertahankan suku bunga tinggi karena rilis data ekonomi AS belakangan yang masih cukup bagus. Ini bisa menahan penguatan rupiah,” kata Ariston.
Seusai menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) untuk empat kali beruntun, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuan Desember.
Banyak investor yang cemas terhadap laju kenaikan suku bunga yang dapat menyebabkan ekonomi AS memasuki resesi.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah berpotensi menguat ke arah Rp15.580 per dolar AS dengan potensi pelemahan Rp15.650 per dolar AS.
Pada Kamis (8/12) lalu, rupiah ditutup melemah 16 poin atau 0,1 persen ke posisi Rp15.621 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.637 per dolar AS.