Aksi Korporasi – Pencatatan Perusahaan Malaysia di BEI Mempererat Hubungan Antarnegara
JAKARTA – PT LCK Global Kedaton Tbk resmi menjadi emiten pertama di 2018 yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan jasa konstruksi telekomunikasi dengan kode saham LCKM ini berhasil meraup dana segar sebesar 41,6 miliar rupiah dengan melepas sebanyak 200 juta saham ke publik atau penawaran saham perdana (Initial Public Offering/ IPO).
Pada perdagangan perdana, saham LCKM melesat 50 persen menjadi 312 rupiah per saham dari harga IPO sebesar 208 rupiah per saham, sehingga masuk autorejection karena menyentuk level tertinggi. Adapun volume transaksi saham Perseroan sebanyak 1.013 lot dan frekuensi sebanyak lima kali dengan nilai transaksi perdagangan 31,16 juta rupiah.
Associate Director/Head Investment Banking PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Mukti Wibowo Kamihadi, mengatakan Perseroan melepas hingga 200 juta saham ke publik mewakili 20 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor setelah penawaran umum saham perdana, dan saham Perseroan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed).
“Saham LCKM mengalami oversubscribed sebanyak 325 kali,” ungkap dia, di Jakarta, Selasa (16/1). Adapun Perseroan telah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 29 Desember 2017, dengan masa penawaran 3–9 Januari 2018, dan jadwal penjatahan pada 11 Januari 2018.
Terkait penggunaan dana IPO, Direktur Utama LCK Global Kedaton Lim Kah Hock menjelaskan, dana IPO 97 persen akan digunakan untuk modal kerja. Sisanya 3 persen akan digunakan untuk pembiayaan Research & Development serta pelatihan. “Perusahaan kami bergerak di bidang jasa penyedia infrastruktur telekomunikasi bagi penyedia menara telekomunikasi (tower provider) di Indonesia.
IPO dan listing ini merupakan langkah besar perusahaan guna mewujudkan visi jangka panjang dan menjadi pemimpin di sektor ini,” jelas Lim. Sementara itu, Direktur Keuangan LCK Global Kedaton, Ruben Partogi, menuturkan per Juni 2017, pendapatan Perseroan meroket 381 persen atau mencapai 36,64 miliar rupiah, dibandingkan akhir 2016 sebesar 7,62 miliar rupiah.
Secara CAGR (total rata-rata tahunan) selama 2014 sampai Juni 2017, pendapatan Perseroan melesat 212,36 persen. “Pencapaian ini mendorong laba bersih naik signifikan dari 482,87 juta rupiah pada akhir 2016 menjadi 4,34 miliar rupiah pada Juni 2017,” kata Ruben.
Investor Malaysia
Sedangkan Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat, mengatakan pencatatan saham perusahaan asal Malaysia ini dapat mempererat hubungan antarnegara selain hubungan business to business yang sudah terjalin saat ini.
“Perusahaan ini dimiliki investor Malaysia sehingga investornya juga dapat datang ke Indonesia,” ucap dia. Sebagaimana diketahui perusahaan saat ini bergerak di bidang jasa site acquisition, IMB, civil, mechanical, electrical (SACME), instalasi, testing, commissioning, dan penyedia menara Base Transceiver Station (BTS).
Perseroan telah memiliki pengalaman yang mumpuni di sektor telekomunikasi, menawarkan layanan terbaik, menjalin mitra telekomunikasi dan pemasok yang terpercaya, serta memiliki reputasi di bisnis jasa konstruksi telekomunikasi.
Saat ini, saham perusahaan masih dimiliki mayoritas oleh PT LCK Investama Prima Indonesia 64 persen, sisanya dipegang PT Maju Mekar Makmur 33 persen, Lim Chin Kim 1 persen, Kenny Lim 1 persen, dan Lim Kah Hock 1 persen. Adapun saham PT LCK Investama Prima Indonesia paling besar dimiliki PT LCK Indo Holding, yang memiliki afiliasi ke LCK Grup perusahaan asal Malaysia.
Grup korporasi Malaysia ini didirikan sejak tahun 1979 oleh Dato’ Simon Lim dan Datin Mary Ng dengan fokus pada tiga bisnis utama yakni properti, konstruksi, dan perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan Indonesia. Sektor bisnis lain yang digeluti LCK Group ialah asuransi, perdagangan dan pergudangan.
yni/AR-2