Diposkan pada: 22 Dec 2016 ; 936 Views Kategori: Berita
Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Dharma Wanita Persatuan ke-17 dan Hari Ibu ke-88, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Sekretariat Kabinet (Setkab) menyelenggarakan bazaar, tutorial pemakaian kain tradisional/semi modern, dan peragaan busana tradisional dan batik yang dilakukan oleh Ibu-Ibu anggota DWP Setkab, di Aula Gedung III Kementerian Sekretariat Negara, Kamis (22/12) pagi.
Wakil Ketua DWP Setkab Nani Yuli Harsono dalam sambutannya saat membuka acara tersebut mengatakan, perempuan memiliki peran yang tidak kalah penting dalam pembangunan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, maupun negara.
Untuk itu, Nani mengingatkan anggota Dharma Wanita Persatuan tidak dapat hanya pasif menikmati pembangunan, namun juga harus ikut berpartisipasi dalam segenap pembangunan nasional, dan hal ini harus dimulai dari keluarga DWP Setkab.
Diakui Nani, tidak mudah menjadi seorang ibu, tidak mudah menjadi seorang wanita karier, dan tidak mudah menjadi seorang ibu. Namun Nani mengingatkan, bahwa menjadi perempuan adalah hal yang mulia. “Dibalik pemimpin yang hebat, ada perempuan hebat pula yang selalu mendukung, khususnya ibu dan pasangannya,” ujarnya.
Lestarikan Busana Tradisional
Terkait penyelenggaraan tutorial dan peragaan busana, Wakil Ketua DWP Setkab Nani Yuli Harsono menjelaskan, hal itu dimaksudkan untuk mempopulerkan sekaligus melestarikan busana tradisional dan batik.
Dalam acara yang dihadiri ratusan anggota DWP Setkab itu, ibu-ibu anggota DWP Setkab dan sejumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) menyemarakkan acara dengan memperagakan busana tradisional dan batik koleksi Riana Kusuma. Mereka tampil beda dari biasanya, memukau dan anggun dalam busana tradisional.
Sementara Riana Kusuma sendiri memandu jalannya peragaan busana dan menjelaskan motif, kain dan filosofi busana yang diperagakan, juga memberikan tips padu padan dalam berbusana.
Beberapa busana yang diperagakan antara lain motif parang barong, motif ceplok dari batik jogja, kebaya kutu baru dan kebaya modern, kain jawa wiron. “Jaman dulu kain parang barong biasa dikenakan oleh para Raja, motif ini melambangkan kebesaran seoarang Raja. Seperti halnya parang barong yang dipakai ibu-ibu saat ini, melambangkan kebesaran hati seorang ibu,” ujar Riana.
Sementara dari arena Bazaar yang digelar di lobi gedung III Kemensetneg, sebanyak 40 peserta berpartisipasi menampilkan berbagai produk home industry, antara lain kerajinan tangan, aksesoris, produk olahan makanan dan minuman, pakaian, kosmetik, dan lain-lain.
Tampak hadir dalam acara tersebut antara lain Deputi Bidang Kemaritiman Ratih Nurdiati, Deputi Bidang Perekonomian Agustina Murbaningsih, anggota DWP Setkab dan para pegawai Setkab. (DNA/ES)