Krisis global yang menyebabkan terjadinya perlambatan ekonomi dunia telah berimbas pada pertumbuhan perekonomian Indonesia pada triwulan III-2019 sebesar 5,02 persen year on year (yoy) atau melambat dibandingkan pada kuartal II-2019 yang mencapai 5,05 persen (yoy).
Namun demikian, Bank Indonesia (BI) menilai perlambatan ekonomi tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga hampir di berbagai negara termasuk Malaysia dan Singapura yang jauh lebih dalam perlambatan ekonominya.
Guna mengetahui antisipasi BI terhadap pelambatan ekonomi global, wartawan Koran Jakarta mewancarai Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di sela-sela festival ekonomi syariah di Surabaya, Kamis (7/11). Berikut petikannya.
Bagaimana kondisi perekonomoan global?
Masalah global menjadi salah satu penyebab utama ekonomi dunia yang semuanya terdampak oleh perang dagang. Namun, dalam kondisi yang penuh tantangan tersebut, kita harus bersyukur ekonomi Indonesia tumbuh 5,02 persen, memang melambat tapi patut kita acungkan jempol karena masih bisa tumbuh di atas 5 persen.
Apa penyebab pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung oleh permintaan domestik yang tetap terjaga dan kinerja sektor eksternal yang menguat di tengah permintaan dan harga komoditas global yang masih menghadapi tekanan. Dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastian maka paparan angka ataupun indikator makroekonomi tidak cukup untuk bisa memberi keyakinan dan gambaran optimisme yang utuh bagi pelaku usaha.
Jadi, bagaimana tantangan perekonomian global?
Tantangan perekonomian global semakin tidak mudah khususnya untuk 2019 sebab terus diliputi oleh ketidakpastian geopolitik dan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok sehingga bank sentral juga akan terus mengantisipasi hal tersebut. Perlu sinergi bersama, perlu dijaga dan diketahui bahwa ekonomi kita tidak turun tajam. Itu menjadi penting.
Apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatisipasi pelemahan ekonomi global?
Kami mengimbau kepada pemerintah untuk terus memberikan stimulus bagi para pelaku usaha guna menjaga ketahanan serta tingkat keyakinan bagi mereka agar mampu memenuhi performa yang diharapkan. Perlu dilakukan pendekatan yang lebih aktif dan persuasif kepada mereka serta stimulus usaha lainnya yang kiranya diperlukan,” katanya.
Bagaimana dengan kondisi perekonomian Jawa Timur?
Secara spasial capaian positif tersebut tentunya tidak bisa terlepas dari kinerja perekonomian daerah yang cukup baik seperti di wilayah Jawa yang tumbuh 5,56 persen secara year on year, Sumatera tumbuh 4,49 persen, Kalimantan tumbuh 5,92 persen, dan Bali-Nusa Tenggara tumbuh 5,28 persen. Kami juga mengapresiasi perekonomian Jawa Timur pada triwulan III ini yang masih terjaga di angka 5,32 persen (yoy) meski lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 5,72 persen (yoy).
Bagaimana mengenai keuangan syariah?
Kami mengimbau para pelaku usaha industri keuangan syariah untuk memanfaatkan layanan kredit digital dalam mengembangkan bisnisnya agar sektor ekonomi syariah di Indonesia dapat meningkat.
Sekarang ini pertumbuhan kredit melalui platform digital hingga Agustus 2019 mencapai 105 persen secara year on year sehingga diharapkan pelaku industri halal bisa turut memanfaatkan keberadaan platform perdagangan secara online (e-commerce) tersebut. Segmen e-commerce di Indonesia sedang tumbuh signifikan jadi kita bicara apapun platrom digital naiknya satu atau satu setengah kali setiap bulan. selocahyo/AR-2