Jakarta (ANTARA) – Ada yang unik dari Brick Parkour Asian Tour 2023 seri Indonesia yang berlangsung, Sabtu-Minggu (12-13/8), sebuah mall di Tangerang, Banten, Sabtu (12/8) hingga Minggu (13/8). Dengan diikuti sekitar 285 peserta yang mengikuti tiga nomor yang dilombakan, yaitu Speed, Freestyle, dan Skill, ada sepasang pemenang dari satu keluarga, yaitu adik dan kakak yang sama-sama menyukai olahraga itu.
Pemenang dari satu keluarga itu adalah Gavryel G. Denel (adik) dan Mikayla K. Denel (kakak). Keduanya sama-sama berbakat dan punya gairah di olahraga yang berasal dari bahasa Prancis parcours du combatant, yang berarti halang rintang militer tersebut.
Gavryel menyabet dua medali runner-up pada dua nomor, yaitu Speed Male Championsip dan Freestyle. Sementara kakaknya, Mikayla, meraih dua medali, juara satu pada Speed Female Championship dan runner up nomor Freestyle dan Skill.
Senyum sumringah ditunjukkan keduanya saat ditemui ANTARA pada hari pertama Brick Parkour Asian Tour 2023 seri Indonesia, setelah selesainya perlombaan nomor Speed, Sabtu (12/8). Keduanya sama-sama menunjukkan harapan bahwa parkur di Indonesia bisa berkembang lebih baik dari waktu ke waktu.
Selaras dengan tujuan dari gelaran pertandingan Asia di 2023 dari Persatuan Senam Indonesia (Persani) yang ingin mengenalkan olahraga parkur menjadi olahraga prestasi di Tanah Air, keduanya sama-sama setuju dengan adanya perlombaan itu semakin mengangkat gema olahraga parkur di Indonesia.
Terlebih, olahraga ini juga direncanakan akan masuk disiplin olimpiade tahun-tahun mendatang oleh Presiden Federation Internationale de Gymnastique (FIG) Morinari Watanabe. Dengan itu, Gavryel atau akrab disapa Vyel berharap bisa membuat regenerasi parkur di Indonesia berjalan baik dan dapat membantu keberlangsungan komunitas-komunitas parkur di Tanah Air.
Kalau masuk ke Olimpiade, Vyel yakin bahwa olahraga itu bisa jadi lebih terkenal. Dia mengakui, meskipun sarana olahraga itu ada dimana-mana, tapi gema parkur kurang begitu terdengar. Baginya, tugas kaum mudalah untuk menggemakan dan mengangkat harkat serta martabat bangsa Indonesia di kancah dunia.
Begitu juga dengan Mikayla atau akrab disapa Yla. Dengan masuk dalam Olimpiade, diharapkan terus mengharumkan nama olahraga itu dan semakin digemari oleh anak-anak muda untuk menyalurkan bakat dan minatnya.
Mulai mengenal parkur
Vryel dan Yla adalah anak dari pasangan G. Danny Koestijo (ayah) dan G. Lini Hanafiah (ibu). Jauh sebelum turun di dunia parkur, keduanya aktif di olahraga wushu. Adalah Yla sebagai sang kakak yang turun di dunia wushu terlebih dahulu dan kemudian mengajak adiknya, Vryel. Pada 2018, berganti Vryel yang menjadi pionir untuk mengajak sang kakak menekuni olahraga parkur.
Saat itu, Vryel dikenalkan oleh Noe Mawe, seorang praktisi parkur dari komunitas Kongaroo Parkour, sebuah komunitas parkur di Depok, Jawa Barat. Vryel kemudian bergabung dengan Komunitas Parkur Bekasi bersama kakaknya Yla pada 2018.
Tidak butuh waktu lama untuk Vryel mahir bermain parkur. Pasalnya, menurut ibunya yang biasa dipanggil Lini, Vryel semasa kecil kerap melakukan gerakan-gerakan mirip parkur, seperti backflip di kamar tidur rumah semasa berusia 2-3 tahun. Hal ini membuat motorik Vryel terasah sejak dini dan membuatnya terasa gampang menekuni parkur. Bakat ini juga dimiliki oleh sang kakak, Yla.
Berkat ketekunan dan kecintaannya, Vryel dan Yla semakin pandai bermain parkur dari hari ke hari. Di komunitasnya, Komunitas Parkur Bekasi, dengan menggunakan sistem berlatih satu minggu sekali, tepatnya hari Minggu, keduanya bahkan menjadi pelatih dalam beberapa minggu sekali untuk melatih anak-anak yang lain dalam bermain olahraga yang mengedepankan efisiensi dengan memamerkan keindahan gerak dari satu titik ke titik lainnya tersebut.
Pada kesempatan yang sama, sang kakak Yla juga bercerita tentang perspektif dunia parkur bagi perempuan. Menurutnya, di masa saat ini tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam menekuni suatu hal, termasuk olahraga. Semuanya sama, setara.
Meski parkur termasuk olahraga yang sejauh ini banyak diminati oleh kaum adam karena menonjolkan otot untuk melompat, berayun, hingga berguling, Yla tidak memperdulikan itu. Baginya, parkur juga layak dinikmati untuk kaum Hawa.
Bagi perempuan berusia 20 tahun itu, kalau laki-laki gerakannya lebih liar, maka untuk perempuan lebih santai dan indah. Karena itu, kehadiran laki-laki dengan perempuan dalam olahraga itu menjadi saling melengkapi.
Lini, sang ibu berusia 46 tahun itu berpendapat bahwa dengan anak perempuannya terjun di dunia parkur, hal ini selaras dengan mengubah pola pikir masyarakat bahwa olahraga itu juga ramah dan dapat ditekuni oleh seorang perempuan.
Darah olahragawan
Bakat Vryel dan Yla mengalir dari darah keluarga yang secara turun temurun sudah bergelut di dunia olahraga yang beragam. Lini menjelaskan bahwa bakat prestasi anak-anaknya di dunia parkur mungkin saja mengalir dari darah-darah nenek moyang keluargannya terdahulu.
Secara genetik, Lini mengatakan bakat kedua anaknya itu bisa saja turun dari kakeknya yang gemar bermain sepak bola, ibu mertuanya yang merupakan pencinta basket, ayah mertuanya yang merupakan pencinta sepak bola, hingga leluhurnya yang pada zaman dahulu bergelut di olahraga kungfu.
Tidak hanya turun di anaknya, darah olahragawan juga turun kepada Lini. Meski berusia kepala empat, tidak membuat ia bermalas-malasan di rumah. Ia turut mengikuti jejak anaknya di dunia parkur. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampui.
Berkat parkur, selain mendapatkan kebersamaan dengan anak-anaknya, tubuh Lini ikut terjaga. Tampak dari fisik dan semangatnya yang masih bergelora, ia terlihat masih seperti anak muda.
Ibu Vryel dan Yla merupakan seorang member parkur di Komunitas Parkur Bekasi yang bergabung dengan komunitas pada 2019, setahun setelah anak-anaknya bergabung. Alasan bergabungnya cukup sederhana, yaitu melalui ajakan anak-anaknya sendiri.
Syahdan, ibu dua anak itu lalu bercerita tentang masa-masa ia yang sempat takut melihat anaknya menekuni parkur. Parkur, sebagai olahraga yang melompat-lompat dari dinding ke dinding atau rintangan lainnya adalah sebuah hal yang biasa, membuat Lini sempat khawatir akan keselamatan anaknya. Wajar saja, hati seorang ibu mudah khawatir. Apalagi bagi seorang ibu, anak adalah buah hati yang sampai kapanpun selalu dijaga dan disayang.
Namun, kekhawatiran itu perlahan pudar. Lini melihat sendiri bagaimana anaknya belajar parkur ketika awal-awal diajari oleh Noe Mawe. Saat itu, hal yang pertama kali diajarkan oleh Noe Mawe kepada anaknya tentang parkur adalah bagaimana cara mendarat dengan benar, baru setelah itu belajar melompat, berguling, dan gerakan-gerakan parkur semacamnya.
Melihat itu, hati Lini kemudian mengizinkan anaknya terjun total di dunia parkur. Ia merasa, pembelajaran pertama di dunia parkur dimana mendarat dengan benar adalah yang harus dikuasi pertama kali oleh seorang calon praktisi parkur, membuatnya sebagai orangtua merasa tenang.
Kini, parkur sudah mandarah daging di Vryel dan Yla. Keduanya tidak hanya aktif mengikuti kompetisi level nasional dengan menggondol banyak medali. Lebih dari itu, melalui Instagram @denelsparkour, keduanya membuat sebuah konten tentang parkur yang dikemas secara menyenangkan. Tujuannya tentu jelas, ingin parkur dikenal secara lebih luas, khususnya di Tanah Air.
Di zaman yang serba media sosial ini, terobosan keduanya tepat sasaran. Impresi dari video-video di Instagram keduanya cukup apik dan berhasil menarik perhatian olahraga parkur kepada khalayak. Seperti halnya di Komunitas Parkur Bekasi yang mulai banyak kaum Hawa yang kini turut serta menjadi anggota.
Lewat promosi di media sosial itu, kini mulai banyak kaum perempuan yang mau terjun ke bidang olahraga itu.
Selain itu, tampang keduanya cukup viral di dunia jagad maya, salah satunya Yla yang kerap ditegur sapa di Instagram pribadinya oleh orang yang mengenalnya melalui konten di Instagram @denelsparkour.
Namanya cinta, waktu dan tenaga akan dicurahkan sampai ajal tiba. Begitu pun Vryel dan Yla, keduanya akan terus bermain parkur sampai tua, sampai ujung usia, karena manfaatnya bagi kehidupan yang ia rasakan begitu banyak.
Parkur bisa digunakan untuk apa aja, termasuk misalnya jatuh dari tangga, kita bisa langsung rolling, karena reflek sudah terbentuk. Jadi, selain untuk meraih prestasi dan mengharumkan nama bangsa, olahraga itu bisa digunakan untuk melindungi diri saat terjadi kecelakaan.
Editor: Masuki M. Astro
COPYRIGHT © ANTARA 2023