in

Sepuluh Film Unggulan Indonesia Akan Bertarung di ASEAN

ASEAN Internasional Film Festival & Awards (AIFFA) kembali digelar untuk ketiga kalinya di Kuching, Malaysia, 4 sampai 6 Mei 2017. Kali ini, sepuluh film unggulan Indonesia telah mendaftar untuk ikut bertarung dalam ajang ini. Sepuluh film Indonesia yang telah mendaftar dan dipastikan terlibat dalam AIFFA 2017 antara lain Salawaku, Ziarah, Turah, Surat dari Praha, Jingga, Super Didi, Sunya, Ada Apa dengan Cinta 2, Istirahatlah Kata-kata, dan Athirah.

Direktur AIFFA Livan Tajang menyebutkan, jumlah tersebut lebih besar dari dua tahun silam, di mana Indonesia hanya mengikutsertakan tiga film untuk bersaing. Tahun ini, kesepuluh film Indonesia itu akan berkompetisi dengan 38 film dari Filipina dan 40 film dari Thailand. “Kami berharap film maker Indonesia dapat lebih banyak terlibat, karena sampai 14 Maret nanti pendaftaran masih dibuka. Siapapun dan film apapun boleh, kami sangat terbuka,” ujarnya pada konferensi pers AIFFA di Jakarta Pusat, Selasa (7/3), dilansir dari CNN Indonesia.

Livan berpandangan, bermodalkan populasi lebih dari 250 juta jiwa atau lebih dari sepertiga penduduk Asia Tenggara, Indonesia memiliki peluang untuk memimpin produksi film Asia Tenggara. Tak hanya itu, Indonesia pun berpotensi dalam mengangkat cerita lokal dan membingkainya menjadi film yang kuat. “Indonesia idealnya telah siap untuk menampilkan bakat dalam basis penikmat film yang besar, juga sebagai negara yang tercatat memiliki warisan seni dan budaya selama berabad-abad,” katanya.

Terkait tujuan digelarnya AIFFA, Livan mengaku ingin menjadikan festival ini sebagai ajang pertemuan bagi para sineas di Asia Tenggara. “Misi kami membuat ini juga untuk mengenal lebih budaya satu sama lain antar negara Asean melalui film. Dengan populasi 600 juta, ASEAN punya market yang besar dan film kita sama bagusnya,” ujarnya.

Festival Bagian Penting Ekosistem Film

Dalam kesempatan yang sama, Komite Film Dewan Kesenian Jakarta Hikmat Darmawan menyambut baik adanya festival film yang mendorong perkembangan film di Indonesia untuk dapat lebih diapresiasi. “Festival atau perayaan ini juga bagian penting dari ekosistem film. Paling tidak itu awal dengan kebanyakan masyarakat perkotaan kita yang baru mengapresiasi bila sudah dihargai dari luar,” katanya. Ia menambahkan, “Semua pintu yang muncul untuk film Indonesia harus kita ketuk untuk mengembangkan potensi.” 

Terlebih, Hikmat menganggap Indonesia telah memiliki modal historis dan budaya yang kuat, sehingga individu sineasnya begitu dihormati dan berpengaruh di Asia Tenggara. “Sejarah film Indonesia panjang dan barangkali termasuk yang paling kaya di Asia Tenggara. Banyak sineas yang menyatakan belajar dari sejarah film Indonesia, seperti Malaysia,” katanya.

Rangkaian AIFFA 2017 telah berlangsung sejak 16 Februari lalu dengan kegiatan penyelenggaraan talkshow, promosi, penayangan film-film, pertemuan antara pembuat film dengan jaringan luar, hingga mencapai acara puncaknya pada Mei mendatang lewat acara penganugerahan penghargaan. 

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Madrid dan Munich ke Perempat Final dengan Kemenangan

Kolaborasi Terlama dalam Sejarah Program Olahraga Indonesia