Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Presiden Bashar Al-Assad sebagai “pembunuh” yang bertanggung jawab atas serangan kimia yang menewaskan puluhan orang, termasuk anak-anak di Idlib, Suriah, dua hari lalu. “Hey Assad si pembunuh, bagaimana bisa kamu melarikan diri dari kutukan mereka?” kata Erdogan merujuk pada para korban, dalam unjuk rasa di Bursa, sebagaimana dikutip AFP, Rabu malam (5/4).
Setidaknya 72 orang, termasuk 20 anak-anak, tewas dalam serangan yang terjadi pada sehari sebelumnya di Khan Sheikhun, wilayah pemberontak. Selain itu, puluhan orang lainnya menderita keracunan dan kesulitan bernafas. Erdogan, dalam reaksi publiknya yang pertama terkait insiden ini, mengatakan lebih dari 100 orang, termasuk anak-anak, “menjadi martir karena senjata kimia.”
Badan Kesehatan PBB menyebut ada alasan yang cukup untuk menduga insiden ini adalah serangan kimia. Beberapa korban menunjukkan gejala terpapar “sejenis zat kimia yang termasuk racun syaraf.” Dewan Keamanan PBB pun melaksanakan pertemuan untuk mendiskusikan draf resolusi yang diajukan Inggris, Perancis dan Amerika Serikat untuk mendorong investigasi terkait serangan ini.
Erdogan yang merupakan pengkritik keras Assad, di sisi lain, mengecam minimnya respons dunia atas pembantaian tersebut. “Hey, dunia yang terus diam, PBB yang terus diam. Bagaimana cara untuk menjelaskan kesalahan kalian atas kejadian ini?” kata Erdogan. Sementara itu, Rusia, sekutu utama Assad, mengatakan serangan udara Suriah menghantam “gudang teroris” sehingga insiden ini bisa terjadi. Erdogan tidak merujuk pada klaim tersebut sama sekali.
Turki menyatakan sekitar 30 orang dirawat di rumah sakit di negaranya setelah serangan itu. Ankara juga menyatakan mempunyai cukup bukti yang menunjukkan insiden itu adalah serangan gas kimia. Korban terluka dibawa dari Idlib untuk dirawat di distrik Reyhanli, Hatay, Turki. “Kami melakukan yang terbaik tapi itu tidak cukup,” kata Erdogan. “Mereka adalah anak-anak kita, saudara kita. Saya sedih sebagai seorang ayah.”
Beberapa jam setelah serangan, Erdogan mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa “serangan seperti ini tidak bisa diterima.” Turki juga memberi tahu Rusia dan Iran bahwa serangan tersebut melanggar gencatan senjata yang diprakarsai Ankara dan Moskow, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki Huseyin Muftuoglu.
Sementara Rusia dan Iran mendukung rezim Assad dengan kekuatan militer, Turki mendukung pemberontak untuk menggulingkan pemerintahan. Namun, Ankara juga memprakarsai gencatan senjata yang rapuh itu bersama Moskow. Upaya diplomatik bertahun-tahun gagal mengakhiri konflik Suriah yang telah menewaska 320 ribu orang dan membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal sejak 2011 lalu.
LOGIN untuk mengomentari.