in

Sertifikasi ASEAN Jembatan Menuju Dunia

Uyung: Lulusan Harus Bisa Siap Kerja dan Pakai

Tantangan Perguruan Tinggi Negeri/ Swasta (PTN/S) ke depan, bakal semakin ketat. Persaingannya tak hanya pada tataran dalam negeri saja, namun global. Hanya PTN/S mau berbenah dan mengikuti perkembangan kekinian lah bakal mampu bersaing. Sisanya, tergilas roda perubahan.    

Benang merah ini mengemuka dalam seminar nasional dan pengembangan pendidikan tinggi tahun 2017 bertajuk ”Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Institusi Unggul dan Berdaya Saing Global” di Hotel Grand Inna Muara Padang, kemarin (26/10). Seminar ini dihelat Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) Unand. 

Seminar yang dibuka Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unand Dr Ing Uyung Gatot S Dinata MT itu, menghadirkan keynote speaker Prof Dr Indra Wijaya Kusuma SE MBA Ak CA, ketua Kantor Jaminan Mutu UGM Yogyakarta dan Prof Madya Dr Rozinah Jamaludin, Pusat Teknologi Pengajaran dan Multimedia, Universiti Sains Malaysia, Pulaupinang. 

”Tuntutan peningkatan kualitas pendidikan menjadi sesuatu hal yang sangat penting sekarang ini. Nama besar di masa lalu, sekarang ini sudah tidak relevan lagi. Lebih-lebih persaingan semakin ketat, baik skala domestik maupun internasional. Salah satu hal penting dilakukan, bagaimana meningkatkan reputasi akademik dan lulusan, mendorong peningkatan karya riset dosen, serta internasionalisasi dosen dan mahasiswa,” terang Indra Wijaya Kusuma.

 Lantas bagaimana meningkatkan reputasi? Menurut Indra, perlu pengakuan eksternal berupa akreditasi dan pemeringkatan. Sesuai ketentuan Pasal 52-53 UU No 12 Tahun 2012 menekankan bahwa sistem penjaminan mutu internal sebagai prasyarat penjaminan mutu eksternal. Di samping itu, akreditasi nasional sudah menjadi kewajiban perguruan tinggi (PT) di Indonesia (Pasal 55 UU PT No 12).

”Dalam hal ini, sertifikasi dan akreditasi internasional menjadi hal sangat strategis dalam persoalan ini. Lewat ini, PTN/S bisa memberi garansi terhadap program mutu dengan standar tinggi. Tentu, sekaligus mengangkat reputasi program studi di mata  internasional. Dalam hal ini, keberadaan sertifikasi ASEAN University Network-Quality Assurance (AUN-QA) jadi strategis,” terang dia.

Sertifikasi AUN-QA ini, menurut dia, jadi jembatan penghubung akreditasi nasional menuju internasional. Pasalnya, sertifikasi AUN-QA pakai standar internasional yang banyak digunakan lembaga akreditasi internasional (untuk program studi/ prodi terdiri dari 11 kriteria). Di samping itu, lewat sertifikasi ini ditujukan untuk cari ruang perbaikan.

Di samping itu, Prof Madya Dr Rozinah Jamaludin menekankan bahwa dewasa ini tak masanya lagi tetap mempertahankan pola perkuliahan konvensional, dosen lebih aktif. Sebaliknya, mahasiswa lah lebih dipacu agar lebih aktif. Secara tidak langsung hal ini selain mendorong mahasiswa lebih kreatif dan inovatif, juga mendorong dosen senantiasa mengikuti perkembangan.

”Bahkan, saya tengah mengembangkan pola perkuliahan lewat sistem game/ permainan. Hal ini saya lakukan agar perkuliahan tidak monoton dan mahasiswa pun bisa menyerap ilmu secara lebih mendalam lewat permainan,” ujar Rozinah.

Sementara Dr Ing Uyung Gatot S Dinata MT mengakui bahwa tantangan ke depan lebih berat. Perguruan tinggi tak hanya berkompetisi secara nasional saja, namun internasional. Salah satu yang sekarang menjadi fokus perhatian Unand, bagaimana lulusan itu siap kerja dan siap pakai. 

”Di samping itu, mereka tak hanya bisa besaing, namun bisa pula bermitra. Kalau ini bisa dijalankan lulusan Unand, saya yakin mereka bakal menjadi pemimpin di tempat kerjanya,” terang Uyung didampingi Sekretaris LP3M Dr Ir Nofialdi MSi. (*)     

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Meikarta Topping Off Dua Tower

UN Berbasis Komputer Ditarget 100%