in

SMP Negeri 2 Batusangkar: Berani Mengajar, Siap Belajar

GALI POTENSI: Para guru ketika mengikuti pertemuan Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia tingkat SMP se-Sumbar beberapa waktu lalu.(IST)

“Jika seseorang anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh.” (HR. Muslim). Salah satu dari tiga perkara dimaksud adalah ilmu yang bermanfaat. ilmu tersebut berguna bagi orang lain dalam hal kebaikan.

Selama ilmu yang diajarkan tersebut masih digunakan, maka selama itu pula pahala yang tiada henti akan mengalir terus kepada orang yang memberikan ilmu yang bermanfaat tersebut. Guru sebagai pendidik dianalogikan sebagai dua sisi mata uang yang saling bersinergi.

Satu sisi, guru dituntut harus berani mengajar dan sisi lainnya siap untuk belajar. Guru yang memiliki tugas mengajar tentu harus memiliki keberanian dalam mengajar. Untuk mewujudkannya, maka seorang guru terlebih dahulu harus menguasai empat kompetensinya.

Pertama, kompetensi pedagogik yaitu kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa. Kedua, kompetensi kepribadian yaitu kompetensi yang berkenaan dengan tingkah laku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga tercermin dalam perilaku sehari-hari.

Ketiga, kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan/atau seni. Keempat, kompetensi sosial adalah kemampuan guru melakukan interaksi sosial melalui komunikasi. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan.

Hal tersebut berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar.

Karena itu, guru harus kembali mengajarkan cara belajar (Learning How to Learn), bukan (Learning What to Learn). Guru mesti belajar menggunakan berbagai media, misalnya internet. Dengan adanya internet guru dapat mengarahkan peserta didik belajar untuk tahu, belajar untuk melakukan, belajar untuk menjadi sesuatu, dan belajar untuk hidup bersama.

Konsep ini mengubah paradigma para pendidik yang selama ini melihat gawai sebagai wahana konsumtif semata, sekarang akan berubah menjadi media yang produktif. Semestinya menjadi pemikiran dan perhatian para guru, bagaimana cara yang efektif untuk menggunakan media tersebut.

Format yang efektif dan efisien dalam pelaksanaannya akan mewujudkan kebijakan ini. Pada akhirnya akan dapat berjalan sesuai dengan harapan kita semua. Diharapkan kepada semua pihak agar dapat memberikan kontribusi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Agar kebijakan ini bisa menjawab kekhawatiran yang sangat tinggi dari para guru sebagaimana yang telah digambarkan di atas.

Kegiatan pembelajaran di atas, dapat dilakukan guru dengan menggunakan metode e-learning ini yaitu pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Metode e-learning ini antara lain dapat berupa aplikasi zoom, ruang guru, google classroom, video call, chat, snapchat, dan lain sebagainya.

Apalagi paradigma pendidikan saat sekarang ini menuntut guru untuk melaksasnakan pembelajaran menggunakan aplikasi tersebut. Namun seorang guru terlebih dahulu harus memastikan kesiapan segala sesuatu yang dibutuhkan.

Agar pembelajaran berbasis multiflatform berlangsung dengan efektif, efisien, dan kondusif, seorang guru terlebih dahulu harus siap untuk belajar. Siap belajar untuk memahami potensi diri. Guru juga harus siap menerima pembaharuan pendidikan yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selain itu, guru juga belajar memahami karakteristik/keunikan. Tidak kalah pentingnya, guru perlu belajar memahami kompetensi dan potensi siswa, serta belajar menyesuaikan pembelajaran dengan situasional. Tanpa adanya keinginan yang kuat untuk siap belajar, maka guru akan menghadapi kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran.

Kesulitan bisa berujung kegagalan dalam pembelajarannya sehingga dapat menurunkan wibawa dan gezah di mata siswa. Sebab, siswa sekarang tidak sama dengan siswa pada zaman dahulu. Siswa sekarang berada pada zaman millenial yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang tinggi dan teknologi yang pesat.

Siswa-siswa sekarang lebih menguasai teknologi. Kepiawaian siswa dalam menguasai teknologi untuk hal-hal tertentu melebihi dari kepiawaian guru. Khususnya dalam hal penggunaan media sosial dengan segala jenis aplikasi dan fitur-fiturnya. Keharusan guru untuk belajar telah dinukilkan dalam hadits yang berbunyi, “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat.”

Hadits ini merupakan pemicu sekaligus pemacu guru untuk selalu belajar dan atau membelajarkan diri kembali setiap saat. Hadits ini juga menyiratkan bahwa belajar tidak boleh berhenti. Berhenti belajar hanya ketika nyawa sudah berpisah dari badan. Ayo, belajar terus dan terus belajar! (Muhammad Nur, S.Pd, M.Pd, GURU SMPN 2 BATUSANGKAR)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Wanita Lansia dan Mantan Menantu Tewas Bersimbah Darah

Titi DJ beri kejutan di runaway Benang Jarum x Buttonscarves JFW 2024