in

Sosialisasi Bangga Kencana di Sijunjung, Darul Siska: Cegah Stunting dengan Pengetahuan

PADEK.CO— Indonesia sudah merdeka 78 tahun, namun Malaysia yang awalnya mendatangkan guru dari Indonesia, malahan lebih maju daripada Indonesia. Penyebabnya, tingkat kecerdasan manusianya. Dari 10 negara ASEAN, tingkat kecerdasan Indonesia itu berada di urutan ke-10.

Hal ini diungkapkan oleh Anggota Komisi XI DPR RI Drs H Darul Siska saat Sosialisasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi/KIE Program Bangga Kencana di Gedung Pancasila Muaro Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat, Selasa (16/1/2024).

“Indonesia belum selesai dengan pendidikannya. Keluarga di Indonesia masih ada anaknya yang berpendidikan dasar, sedangkan di luar negeri semuanya sudah berpendidikan atas. Lalu, kesehatannya. Kita masih dominan dibayarkan BPJS-nya oleh Negara, dan Pemda. Jadi urusan keluarga ini belum selesai. Ini selesaikan dulu. Akibat belum selesai, maka bangsa ini menghadapi anak-anak stunting, yang diawali oleh bapak-ibuknya yang kurang pendidikannya,” ungkap Darul Siska, yang menjadi narasumber bersama Perwakilan BKKBN Provinsi Sumbar Dra Nurbaiti Djabang MSi, dan Kepala DP2KB Roni Satria SSTP MSi.

Darul lantas mencontohkan keluarga-keluarga dengan banyak anak padahal taraf ekonominya rendah, plus pendidikannya juga rendah.

“Ibu hamil di Indonesia banyak yang tidak punya pengetahuan dasar bagaimana hamil sehat,hamil bergizi dengan biaya murah, dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di sekitar rumahnya. Sebab gizi itu tidak selalu harganya mahal. Anak-anak yang lahir stunting dan yang lahir hidrosepalus, akan menjadi beban masa depan Indonesia. Tidak ada kontribusinya untuk bangsa,” ungkap Darul.

Ke depan, kata politisi senior Golkar itu, jangan ada lagi keluarga yang memiliki anak stunting. Nah kita mulai hari ini, ibu-ibu hadir di sini untuk mendapatkan ilmu, mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang cara-cara membangun keluarga yang baik dan benar.

“Saya mohon bapak-ibuk yang hadir ini, sesudah kegiatan ini, akan tumbuh kesadaran untuk waspada; tidak lahir anak stunting,” tutup Darul Siska di hadapan seratusan masyarakat.

Sementara, Kepala DP2KB Sijunjung, Roni Satria mengulas kondisi di beberapa negara maju yang awalnya membatasi penduduknya untuk memiliki anak, kini malah berbalik.

“Singapura, Jepang, dan Korea Selatan, kini memberi uang Rp150 juta bagi pasangan yang punya bayi. Belajar dari itu, maka kebijakan kita bukan membatasi orang punya anak berapa, namun meningkatkan kualitas penduduk, yang dimulai dari keluarga-keluarga,” ungkap Roni Satria.

Pemerintah pun akhirnya mengembangkan Program Bangga Kencana atau Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana, yang menjadi salah satu program unggulan dari BKKBN. Bangga Kencana menjadikan keluarga sebagai sandaran pembangunan serta berfokus mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Ada 3 dimensi Bangga Kencana yakni; kemandirian, ketenteraman, dan kebahagiaan. Untuk mencapai 3 kata kunci itu, maka setiap keluarga jangan banyak-banyak anaknya. Cukup dua saja.

“Punya anak itu jangan terlalu banyak, dan jangan terlalu rapat. Menikah jangan terlalu muda, dan jangan pula terlalu tua. Ini untuk menghindari anak lahir prematur. Bayi-bayi prematur inilah cikal anak stunting,” ujarnya. (hsn)

What do you think?

Written by Julliana Elora

TJSL Pendidikan PLN Jangkau 159.809 Penerima Manfaat, Termasuk Difabel dan Kaum Rentan

“A Shop For Killers”, serial aksi terbaru dari Lee Dong-wook