Jakarta (ANTARA) – Kabar duka datang dari dunia pewayangan. Maestro Dalang senior Ki Warseno Slank dikabarkan telah berpulang pada Kamis (12/12) sekitar pukul 04.30 WIB. Berita kepergiannya mengejutkan banyak pihak, terutama para pecinta wayang kulit yang sering menikmati pagelaran wayangnya.
Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, almarhum sempat mendapatkan perawatan medis selama dua hari di Rumah [HT1] Sakit PKU Muhammdiyah Solo. Terkait penyebabnya pihak keluarga menjelaskan bahwa Ki Warseno meninggal dunia karena serangan jantung mendadak sehabis pergi ke acara kondangan di Novotel.
Semasa kariernya yang berprofesi sebagai dalang, Ki Warseno Slank dikenal dengan ciri khasnya setiap pertunjukan wayang dalam memilih lakon atau cerita agar menarik disaksikan oleh para penonton. Kreativitas nya dalam mengemas cerita tradisional dengan sentuhan modern membuat pertunjukannya selalu dinanti, menjadikannya sosok yang dihormati di dunia seni pewayangan.
Untuk mengenang sosok almarhum, berikut ini terdapat ulasan profil mengenai Ki Warseno yang telah dirangkum dari beberapa sumber.
Baca juga: Pendekatan kesenian wayang raih simpati warga Jakarta memilih Jokowi
Sosok Ki Warseno Slank
Sosok dalang senior yang memiliki nama lengkap Warseno Hardjo Darsono dengan nama asli Dr. Ir. Warsina Hardjadarsana, M.Si., lahir di Klaten 18 Juni 1965. Dirinya terkenal karena kemampuannya dalam melakoni dalang dengan ciri khas tersendiri dalam mengambil cerita setiap pertunjukannya.
Ki Warseno tumbuh di keluarga dengan memiliki bakat seni pewayangan terutama dalam mendalang. Ayahnya Ki Hardjodarsono dan kakeknya Ki Hardjomartoyo merupakan dalang ternama atau dalang kondang di Wilayah Solo dan sekitarnya. Dirinya pun adalah saudara kandung dari dalang terkenal bernama Ki Anom Suroto dan Ki Bagong.
Dirinya mulai mengawali profesi sebagai dalang ketika berusia 16 tahun, pertama kali dirinya terkenal karena memiliki gaya seperti kakaknya yaitu Ki Anom Suroto sebagai dalang maestro dengan memiliki gaya pakeliran.
Meskipun dirinya terfokus pada pendalaman seni di dunia pewayangan, namun Ki Warsono telah menyelesaikan program doktoral nya di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Serta seiring berjalan nya waktu, dirinya terus mengasah kemampuannya dalam menjadi wayang sehingga menemukan gaya khas tersendiri.
Gaya Ki Warseno cukup terkenal di kalangan muda karena gayanya yang komunikatif dan dapat menarik perhatian dengan kemampuan pakeliran hura-hura. Terlebih dirinya seringkali menggabungkan wayang dengan musik etnis dan barat sekaligus melakukan eksperimen yang kreatif dalam menyatupadukan beberapa aliran musik nyentrik lainnya seperti punk, rock, rap kemudian dikolaborasikan menggunakan gamelan.
Baca juga: Profil Ki Warseno, dalang unik dan modernis
Setiap pertunjukan yang dilakukan oleh Ki Warseno tidak lepas dalam menyuarakan rasa hormat kepada antar umat beragama, suku dan adat istiadat. Serta melalui budaya pewayangan nya tersebut seringkali memperkenalkan nilai-nilai pancasila di saat pertunjukannya.
Dengan kemampuan yang dirinya miliki Ki Warseno berhasil menerima penghargaan Piala Presiden di Festival Greget Dalang Surakarta pada tahun 1995. Di bulan Agustus 2024 lalu Ki Warseno didaulat untuk menjadi dalang di Hari Jadi ke-79 Jawa Tengah dengan lakon “Semar Kembar-Sembadra Larung”.
Disela kesibukannya yang sering berwari-wiri mengisi pertunjukan pagelaran wayang, setiap malam Sabtu Legi Ki Warseno sering menggelar pertunjukan di rumahnya sebagai bentuk untuk mengenang hari kelahirannya dengan tajuk Setu Legen.
Pada Kamis 12 Desember dini hari, Ki Warseno telah tutup usia di umur 59 tahun, pukul 04.30 WIB selepas subuh tadi. Kepergiannya memberikan rasa kehilangan yang mendalam terutama pada keluarga besar seniman pendalangan Soloraya akan meninggalnya sosok dalang senior Ki Warseno Slank.
Semoga setiap karya dan pesan yang dirinya telah sampaikan melalui pertunjukan wayangnya akan terus menjadi inspirasi bagi generasi mendatang terlebih dalam memberikan cerita pewayangan dengan disisipkannya moral pancasila.
Baca juga: Ki Warseno : Pancasila Itu ‘Roso’ Agar Bangsa Kuat
Baca juga: Dalang Warseno Slenk tutup usia
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2024