Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai penetrasi perdagangan daring (e-commerce) masih rendah. Hal itu merupakan peluang besar bagi anak muda yang memiliki semangat wirausaha. Sri Mulyani mengungkapkan, pasar Indonesia yang terjamah e-commerce baru 2 persen, masih seperempat dari rata-rata perdagangan e-commerce dunia. Bahkan, negara dengan e-commerce yang sudah maju seperti China, pangsa pasarnya sudah mencapai sekitar 40-50 persen. “Kalau dilihat [e-commerce] di Indonesia itu masih rendah sekali tetapi jangan marah dengan kondisi itu. Justru, itu harus dilihat sebagai opportunity yang besar,” tutur Sri Mulyani dalam acara D’Preneur di ICE Palace Lotte Shopping Avenue, Rabu (21/12), dilansir dari CNN Indonesia.
Selain penetrasi e-commerce yang masih rendah. Ukuran pasar Indonesia juga sangat besar. Sri Mulyani menuturkan, porsi konsumsi menguasai sekitar 56 persen dari kue Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Jika PDB per tahun Indonesia ada di kisaran Rp12 ribu triliun, maka sekitar Rp7 ribu triliun diantaranya berasal dari konstribusi konsumsi masyarakat. Dengan pertumbuhan PDB setidaknya 5 persen per tahun, maka konstribusi konsumsi akan mengembang sekitar Rp350 triliun per tahun. Tak hanya itu, mayoritas penduduk Indonesia berada di kelas menengah di mana ragam kebutuhannya terus berkembang,tidak hanya membutuhkan kebutuhan pokok tetapi juga berbagai kebutuhan tersier.
Karenanya, ia meminta agar para generasi muda bisa lebih kreatif dan selektif dalam mewujudkan ide. Dengan kemajuan teknologi, anak muda Indonesia diberikan kemudahan untuk mengembangkan ide-idenya. “Hidup anda tidak lagi dihadapkan pada persoalan 20 tahun lalu di mana akses mendapatkan ide susah. Hidup Anda sekarang dibanjiri ide. Your challenge is how to select these ideas dan kemudian bisa menjalankan,” ujarnya. Selain itu, seorang wirausahawan juga harus mampu melihat ke depan dan peka terhadap potensi pasar yang ada. Sri Mulyani mencontohkan, pemerintah tengah berupaya untuk mengembangkan 10 destinasi pariwisata.
Artinya, perekonomian di 10 kawasan akan meningkat dan kebutuhan akan akan fasilitas penunjang maupun kebutuhan masyarakat sekitar akan bertambah. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh perusahaan rintisan (start-up) untuk memasuki pasar dengan berbagai idenya. Di sisi lain, pemerintah juga akan berupaya menyusun kebijakan yang bisa membuat ekonomi domestik lebih tahan ketika menghadapi guncangan ekonomi dunia, termasuk di dalamnya upaya untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan. Selain itu, pemerintah juga akan menyusun aturan main berusaha yang berkeadilan diiringi dengan upaya perbaikan iklim usaha.
LOGIN untuk mengomentari.