in

Syukuran Hasil Bumi Gerakan Masyarakat (Gema) Perhutanan Sosial, di Lapangan Omah Tani, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah, 8 Juni 2022

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati Ketua Gema Perhutanan Sosial Indonesia, Ibu Siti Fikriyah, beserta Dewan Penasehat Gema Perhutanan Sosial Prof. San Afri Awang;
Yang saya hormati hadir bersama saya para menteri; Pak Menteri Sekretaris Negara mohon berdiri Pak, Bapak Menteri BUMN Erick Thohir, Bapak Menteri Investasi/Kepala BKPM Pak Bahlil Lahadalia beliau dari Papua, kemudian Bu Siti Nurbaya Menteri LHK;
Yang saya hormati Gubernur Jawa Tengah beserta Ibu, Pak Ganjar beserta Ibu;
Yang saya hormati Ibu Bupati Kabupaten Batang;
Bapak-Ibu semuanya, Saudara-saudara semuanya para petani perhutanan sosial Indonesia.

Saya betul-betul pada siang hari ini merasa sangat senang, sangat berbahagia bisa bertemu dengan Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya. Dan di depan saya dihadirkan juga hasil bumi dari yang Bapak-Ibu tanam di perhutanan sosial.

Apa yang ingin saya sampaikan? Yang pertama, mengenai berapa yang sudah kita bagi untuk perhutanan sosial di Pulau Jawa selama hampir lima tahun. Hanya di Pulau Jawa telah kita bagi 324 ribu hektare,  itu hanya di Pulau Jawa. Di seluruh Indonesia sudah lebih dari lima juta hektare, lebih sedikit.

Seperti yang sering saya sampaikan, yang dibagi itu bukan hanya untuk yang gede-gede. Ini yang gede bagi 100 ribu hektare, bagi 10 ribu hektare, bagi 25 hektare. Tapi yang kecil-kecil itu juga membutuhkan yang namanya lahan dan harus jelas kepemilikannya supaya tidak ramai, sehingga ada SK Perhutanan Sosial kepada Bapak-Ibu semuanya. Sehingga rakyat ini bisa mengakses ke yang namanya lahan, bisa mengakses ke hal yang namanya tanah, ini penting. Tanpa itu, bagaimana rakyat mau berproduksi? Bener ndak? Di tanah siapa mau berproduksi? Iya, ndak? Oleh sebab itu, yang namanya lahan perhutanan sosial ini penting dalam rangka membuka usaha bagi para petani dan rakyat kita.

Memang masih ada kekurangan, yaitu yang namanya pendampingan manajemen, pendampingan sarana. Benar? Itu masih kurang kan? Nggih? Nggih? Nggih? Nggih? Nggih? Nah, tolong ini dicatat Pak Menteri BUMN. Pak Erick Thohir, ini dicatat. Jadi yang dibutuhkan itu apa, karena Menteri Pertanian tidak hadir.

Yang kedua, di sini kan juga ada Pak Gubernur. Saya juga minta agar petani perhutanan sosial ini juga diperhatikan sarana prasarananya, betul? Setuju mboten? Nggih? Nggih.

Sekarang kembali ke Bu Siti, karena yang memberikan SK itu Bu Siti. Saya minta juga agar ada percepatan dalam rangka redistribusi lahan, maupun juga SK-nya. Nggih setuju, nggih? Nggih? Nggih? Bu Siti, mohon didengarkan beliau-beliau ini.

Ini kita harus tahu semuanya, situasi sekarang itu situasi yang tidak mudah, situasi yang sangat sulit. Kenapa? Kita ini baru kena pandemi dua tahun, mboten saget kerjo nopo-nopo. Keraos nggih? Sulit semuanya, negara juga sulit, rakyat juga sulit.

Tetapi yang mengalami bukan hanya hanya Indonesia saja, 220 negara di dunia mengalami hal yang sama. Pandemi baru akan pulih, muncul persoalan besar kedua perang di Ukraina. Sehingga yang terjadi sekarang ini banyak sekali negara sudah mulai kekurangan pangan, sudah mulai kehabisan bahan pangan.

Inilah berkah yang harus peluangnya ini kita ambil. Karena apa? Sekarang harga pangan itu naik, semuanya naik yang impor loh ya, yang di luar negeri. Gandum naik, sudah naik ada 30-50 persen, gandum naik.  Kedelai naik,  ini yang di sana semuanya. Naik semuanya bahan-bahan pangan itu, beras naik. Coba beras saja saya berikan contoh, beras di Indonesia rata-rata harganya kira-kira Rp10.700. Coba dilihat di Amerika sekarang sudah Rp52.000, naik melompat enggak tahu berapa kali. Di dekat kita saja, Thailand sudah naik Rp18.200. Ini kita yang di sini, kita harus bersyukur alhamdulillah.

Tetapi, ini ada kesempatan. Oleh sebab itu, jangan sampai kita biarkan ada lahan yang terlantar, ada lahan yang tidak produktif, benar? Ada lahan yang tidak digunakan, apa-apa dibiarkan, enggak boleh. Semuanya harus produktif. Nanti itu urusannya Bu Menteri Kehutanan. Ada lahan, misalnya HGU sudah lebih dari 10 tahun, lebih dari 20 tahun tidak diapa-apain, itu nanti urusannya Bu Menteri LHK plus Pak Menteri BPN.

Jadi, tapi ini persoalannya bukan hanya di Kabupaten Batang saja, bukan hanya di Provinsi Jawa Tengah saja, memang persoalan ini ada sudah berpuluh-puluh tahun di seluruh tanah air kita, Indonesia. Ini yang harus terus didorong agar yang lima juta tadi bisa secepatnya naik, enam juta naik lagi, tujuh juta naik lagi, delapan juta naik lagi, sembilan juta naik lagi, 10 juta naik lagi. Yang di Jawa juga gitu, yang sudah dibagi 324 ribu hektare naik lagi menjadi 500 ribu (hektare), naik lagi menjadi satu juta (hektare), naik lagi, tetapi lahan-lahan yang ditelantarkan atau lahan BUMN yang memang bisa dikerjasamakan.

Oleh sebab itu, sekali lagi saya mengajak kita semuanya untuk menanam tanaman-tanaman yang menghasilkan bahan pangan pokok. Saudara-saudara bisa ditanami, silakan. Tanami padi silakan, benar? Mau ditanami apalagi yang pangan? Jagung silakan, harga jagung ini pas naik. Mau ditanami porang silakan, porang itu juga pasti akan harganya karena dunia membutuhkan itu.

Kemarin saya ke NTT, tanami sorgum silakan, karena NTT memang yang paling pas adalah tanam sorgum. Karena kalau tanam padi, airnya agak sulit dan top soil-nya hanya tipis banget. Yang pas apa? Sorgum. Kita coba kemarin 40 hektare, coba sorgum kayak apa? Saya cek sendiri, hijau semuanya. Cantel, sorgum itu cantel nggih, cantel itu bagus sekali. Bijinya bisa untuk tepung, batangnya bisa untuk jadi etanol, daunnya biasa bisa dipakai untuk ternak. Kita akan coba mungkin di sana, nanti di atas 100 ribu hektare. Ini yang memang harus kita kerjakan semuanya. Para petani harus ngerti ini ada peluang pembelian bahan pangan untuk ekspor, sehingga apa? Harus ngerti.

Nanti Bu Siti (dan) Prof. San Afri bisa juga memberikan pendampingan mengenai ini. Apa sebetulnya sekarang ini kesempatan yang paling menguntungkan bagi petani? Apakah tanam jagung? Apakah tanam porang? Apakah tanam cantel atau sorgum? Apakah tanam padi? Tanya ke Bu Siti, tanya nanti ke Prof. San Afri Awang, sehingga pas yang kita tanam itu memang bisa dijual, harganya baik. Ini kesempatan loh. Setuju mboten?

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya betul-betul senang sekali bisa bertemu dengan Bapak-Ibu, Saudara-saudara semuanya. Saya tutup. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Kemenag OKU ingatkan JCH jaga kesehatan selama di Mekkah

Akhir cerita kepiting tang jantan yang mati dan muridnya…