Pertanyaan :
Bu Rossa, saya sudah empat kali gagal wawancara kerja. Saya stres dan kecewa Bu. Bagaimana caranya agar saya bisa menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan sulit saat wawancara? Andika, Jakarta
Jawaban :
Wawancara kerja merupakan sesuatu yang ditakuti oleh para pelamar kerja, apalagi mereka yang baru lulus dan belum berpengalaman dalam mengikuti wawancara. Dalam wawancara kerja, ada berbagai hal yang diperhatikan dengan teliti oleh si pewawancara sehingga kemungkinan melepaskan kesempatan untuk bekerja sangat besar bagi pihak yang diwawancara. Salah satu sumber ketakutan ini adalah pertanyaan sulit. Pertanyaan sulit di sini adalah pertanyaan yang sifatnya sensitif (bukan menyinggung) sehingga cenderung membuat stres si subjek wawancara.
Jenis-jenis Pertanyaan Sulit
Mengapa pihak pewawancara dari sebuah perusahaan menyelipkan pertanyaan-pertanyaan sulit dalam wawancara? Selain untuk mengetes kemampuan verbal, kemampuan diplomasi, kepribadian, dan kejujuran pelamar, pertanyaan-pertanyaan sulit itu juga dimaksudkan untuk mengetes reaksi seorang calon pekerja dalam menghadapi situasi yang membuat stres. Contoh pertanyaan-pertanyaan sulit ini, misalnya:
Berapa gaji yang Anda inginkan? Apa saja sifat-sifat negatif yang Anda miliki? Apa saja sifat-sifat positif yang Anda miliki? Mengapa Anda keluar dari perusahaan yang lalu?
Tip Menghadapi Pertanyaan Wawancara yang Sulit
Berikut adalah tip wawancara kerja untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan tersebut:
- Pertanyaan tentang gaji bisa jadi membuat tak nyaman, terutama bagi calon karyawan baru. Untuk mempersiapkan jawaban pertanyaan ini, Anda bisa meneliti tentang jenis jabatan yang Anda lamar dan rentang umum gajinya, kemudian berikan jawaban seperti ini: “Berdasarkan riset saya tentang jabatan ini, saya mengharapkan rentang gaji antara tiga hingga 3,5 juta rupiah. Akan tetapi, saya bisa bernegosiasi jika perusahaan memiliki kebijakan berbeda.” Hal ini akan menunjukkan bahwa Anda berniat bekerja hingga mau melakukan riset sekaligus memberi kesan diplomatis.
- Pertanyaan tentang sifat-sifat pribadi, baik yang positif maupun negatif, bisa membuat tak nyaman karena terasa seperti menyombongkan dan menjelek-jelekkan diri sendiri. Triknya, hindari jawaban klise seperti, “Saya cenderung perfeksionis,” atau “Saya memiliki motivasi pada pekerjaan.” Berikan jawaban yang terbuka disertai contoh; untuk sifat pribadi yang baik, Anda bisa menjawab “saya seorang pekerja tim yang baik, namun saya pun bisa melakukan pekerjaan individual, seperti yang saya lakukan di perusahaan yang lalu… (atau contoh lain).” Sedangkan untuk sifat negatif, beri jawaban dengan contoh dan solusi seperti, “Saya cenderung tidak bisa mengatur waktu saat mengerjakan proyek dengan batas waktu, namun saya berhasil mengatasinya dengan cara memecah-mecah tugas dan membagi-bagi waktu pengerjaannya hingga batas waktu lalu menuliskannya.”
- Untuk pertanyaan yang menyangkut alasan Anda keluar dari perusahaan sebelumnya, selalu hindari jawaban yang menjelek-jelekkan perusahaan tersebut, karena si pewawancara akan menduga Anda pasti bisa melakukan hal yang sama jika keluar dan melamar pekerjaan lagi. Hindari juga berkata bahwa Anda ingin mencari pengalaman baru karena hal itu bisa mencerminkan kurangnya loyalitas. Beri jawaban seperti, “Saya cukup menikmati bekerja di perusahaan lalu, namun saya keluar karena tidak lagi memiliki kesesuaian tujuan dengan manajemen, walaupun kinerja saya terhitung baik.” Inilah pentingnya berhenti bekerja dengan baik dan jika perlu meminta surat referensi.
Ingat, dalam melakukan wawancara kerja, bukan zamannya lagi membumbui resume atau memberi jawaban yang terkesan dibuat-buat. Kejujuran lebih dihargai oleh para pemilik perusahaan asalkan Anda menyertainya dengan solusi dan diplomasi yang baik. Sampaikan tiap jawaban Anda dengan baik, percaya diri, namun tetap sopan dan Anda pun berkemungkinan besar mendapatkan posisi diinginkan.