in

“Triple Helix” di Indonesia Masih Sebatas Konsep

JAKARTA – Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro, menilai triple helix atau kolaborasi peneliti, pemerintah, dan industri dalam program riset dan pengembangan di Indonesia masih sebatas konsep. Triple helix harus segera diterapkan mengingat sudah terbukti dari keberhasilan negara-negara dalam mengembangkan hasil inovasi.

“Bahkan, orang terkaya di Jepang dan Swedia menerapkan triple helix untuk program riset dan pengembangan dengan serius sebagai bagian industri mereka,” ujar Bambang dalam webinar bertema Penanggulangan Covid-19 Berbasis Pengetahuan dan Inovasi, di Jakarta, Senin (22/6).

Bambang mengatakan peran peneliti dan industri harus mau lebih terlibat menerapkan triple helix. Pemerintah, akan berupaya terus menjembatani kolaborasi tersebut, salah satunya dengan menyediakan insentif bagi industri yaitu super tax deduction.

Jika dibanding negara-negara lain, Indonesia terlambat dalam memberi insentif kepada industri dalam program riset dan pengembangan inovasi. Padahal, peran swasta sangat penting dalam proses hilirisasi produk ke masyarakat.

“Wajar swasta di Indonesia tidak tertarik karena tidak ada insentif. Itu berisiko karena riset dan pengembangan tanpa insenfit membuat mereka, jadi mereka membeli lisensi dari luar atau impor,” jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, Bambang mengungkapkan para peneliti di Indonesia kurang mendapat kepercayaan tidak hanya dari swasta, tapi juga pemerintah. Menurutnya, kemampuan para peneliti Indonesia sangat hebat dan terbukti dengan keterlibatan menangani Covid-19.

Di sisi lain, dia mengakui birokrasi yang ada di Indonesia juga menghambat proses riset dan pengembangan. Birokrasi,  tidak terasa jika dibandingkan ekosistem riset di lembaga-lembaga penelitian luar negeri.

Lebih jauh Bambang menyampaikan perlu adanya debirokratisasi penelitian di Indonesia. Kegiatan-kegiatan penelitian di Indonesia tidak dibatasi adminitrasi-administrasi ketat yang hanya berorientasi pada penyerapan anggaran dan laporan saja.

“Birokrasi biasaya menghambat penelitian karena ada administrasi terutama keuangan yang ketat. Jadi jarang sekali hasilnya bentuk paten atau produk,” tandasnya. ruf/N-3

What do you think?

Written by Julliana Elora

Kemendikbud Bantu Sekolah Swasta Terdampak Covid-19

Mendagri Ajak Masyarakat Untuk Tidak Memilih Calon Kepala Daerah Incumbent Dalam Pilkada 2020 Yang Tak Maksimal Tangani Covid-19