
Limapuluh Kota, Deni Asra saat peringatan HUT Bundo Kanduang ke-49 di Aula Kantor
Bupati Sarilamak, Kecamatan Harau, Minggu (19/11).(DISKOMINFO LIMAPULUH KOTA FOR PADEK)
Bundo Kanduang dalam bahasa Minangkabau artinya ibu dengan segala tanggung jawab, kasih sayang dan semua yang melekat padanya. Peran ini juga menjadi puncak tertinggi pada tatanan kekerabatan etnis Minangkabau yang matrilineal. Seperti apa peran dan tanggung jawabnya di era teknologi informasi?
TAK perlu menunggu dewasa, balita saja di era teknologi informasi, sudah dimanjakan dengan perangkat digital, tidak lagi kalimat tauhid atau lagu “Nina Bobok” mengantarnya tidur, namun tayangan video mengambil alih peran lebih dominan.
Kehebatan teknologi informasi dengan kecanggihan perangkat-perangkat digitalisasi tak lagi sekedar penunjang komunikasi, melainkan sudah mengambil alih peran dari berbagai sisi kehidupan. Tradisi dan kebiasaan mulai bergeser dan berangsur memudar, hingga mendegradasi nilai-nilai kehidupan generasi.
Meski di satu sisi menyajikan kemudahan untuk kehidupan, namun di sisi lain pengaruh tak baik juga perlu diwaspadai. Disini peran Bundo Kanduang yang sejatinya adalah ibu, memiliki peran penting dengan tantantangan yang amat besar.
Setidaknya, pesan itulah yang ingin disampaikan Bupati Limapuluh Kota, Safaruddin Datuak Bandaro Rajo bersama Ibu Nevi Safaruddin saat peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Bundo Kanduang ke-49 yang digelar di Aula Kantor Bupati, Minggu (19/11).
Mengangkat tema peran dan fungsi Bundo Kanduang dalam menggali dan melestarikan adat dan budaya dengan filosofi ‘Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah’, Bundo Kanduang dituntut piawai dalam menata kehidupan generasi sejak dini.
Berbagai macam atraksi adat diantaranya, adat meminang, adat memanen padi, turun mandi, maanta pabukoan dan berbagai atraksi lainnya, menggambarkan nilai-nilai tradisi yang mulai langka dijumpai.
Selain bupati, Ketua DPRD Limapuluh Kota Deni Asra, Ketua LKAAM Zulhikmi, Ketua Bundo Kanduang Nengsih, beserta sejumlah kepala perangkat daerah juga hadir dalam HUT Bundo Kanduang kali ini.
Bupati dalam sambutannya menyampaikan, Organisasi Bundo Kanduang tahun ini telah memasuki usia ke-49 tahun. Usia yang cukup matang bagi sebuah organisasi dalam mewadahi anggotanya dalam mewujudkan visi dan misi yang telah disusun.
Lebih lanjut bupati menyatakan, kemajuan zaman dan arus globalisasi membuat tugas dan tanggung jawab Bundo Kanduang di tengah masyarakat Minang semakin berat.
“Bundo Kanduang dituntut untuk memperkuat peran dalam membentengi anak sekaligus memelihara adat dan budaya Minangkabau. Untuk itu, perlu adanya transformasi dan adaptasi yang cepat terhadap perkembangan zaman, namun tetap dengan mempertahankan dan melestarikan budaya yang kita miliki,” sambung Bupati Safarruddin.
Kemudian dikatakan bupati, Bundo Kanduang sebagai perempuan Minang harus memiliki sifat kepemimpinan dan ibu sejati, karena ibu tempat bertanya, ditiru, dan menjadi teladan lingkungan keluarga.
“Semoga, di usia yang hampir setengah abad ini, organisasi Bundo Kanduang lebih menampakkan eksistensinya di Limapuluh Kota, saling bersinergi dan bekerja sama untuk kemajuan pembangunan daerah dari segala aspek kehidupan serta jadi organisasi perempuan tangguh yang melestarikan adat dan budaya dalam kerangka Adaik Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah,” ungkap sang Datuak Bandaro Rajo.
Sementara itu, Ketua Bundo Kanduang Limapuluh Kota, Nengsih, dalam sambutannya menyampaikan, visi Bundo Kanduang yakni jadi perempuan tangguh dalam melestarikan adat dan budaya dalam kerangka ‘Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah’.
“Visi ini sejalan dengan visi Pemkab Limapuluh Kota. Dengan demikian, Bundo Kanduang Limapuluh Kota sebagai mitra kerja pemerintah siap mewujudkan dan mendukung program program yang dilaksanakan Pemerintah Limapuluh Kota. Selain itu Bundo Kanduang juga siap berkomitmen untuk mendidik generasi muda dan akan terus bersinergi dengan pemerintah daerah,” ucapnya. (ARFIDEL ILHAM—Limapuluh Kota)