Selasa, 29 Agustus 2017 13:39 WIB
* Pelaku Kabur, Polisi Kantongi Identitas
REDELONG – Tujuh bocah perempuan yang masih duduk di bangku sekolah dasar di Bener Meriah, mendapat perlakuan cabul. Penjahat seks tersebut kabur setelah aksi bejatnya terkuak ke permukaan. Polisi sudah mengetahui identitas pencabul tersebut. Sekarang dalam pengejaran.
Dari ketujuh korban, baru empat yang sudah divisum. Sedangkan sisanya belum. Diperkirakan masih ada korban lain yang belum melapor.
Sejak kasus itu terungkap, beberapa lembaga perempuan di Bener Meriah langsung mengadvokasi para korban. Hingga tadi malam, aktivis perempuan di Bener Meriah masih mengumpulkan bukti-bukti tambahan.
Koordinator Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Bener Meriah, Sri Wahyuni, mengungkapkan penjahat seksual tersebut merupakan warga di salah satu kampung di Kecamatan Bukit. Dia meminta polisi segera menangkap pelaku yang saat ini masih bebas berkeliaran.
Dia juga menganjurkan, bila ada yang merasa anggota keluarganya mendapatkan kekerasan seksual, segera melaporkan ke pihak berwajib. Tujuannya, agar bisa mengungkap kekejian yang dilakukan oleh pemangsa bocah di Bener Meriah.
Sri menjelaskan, keadaan psikologi anak-anak tersebut sedang terguncang. Saat ini memerlukan rehabilitasi berupa pemulihan psikologi. “Para korban membutuhkan waktu lama agar diberi bimbingan atau konsultasi. Kami berharap pihak provinsi juga turun tangan dalam hal ini lantaran kami kekuragan ahli psikologi,” katanya.
Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Bener Meriah, Railawati SH, menjelaskan walaupun sebenarnya yang masuk data ada sembilan anak. Namun masih belum dipastikan. Jadi hanya tujuh bocah yang benar mendapatkan kekerasan seksual.
Ia meyakini, jumlah korban akan terus bertambah. Sebab, penjahat seks ini sudah sejak lama tinggal di kampung tersebut. “Kami kesulitan mengungkapkan siapa saja yang jadi korban. Sebab, pihak keluarga korban yang merasa anaknya mendapatkan pelecehan, belum mau membeberkan. Mungkin karena merasa malu,” paparnya.
“Pelaku sudah melarikan diri dan data lengkap sudah ada sama kami. Ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, harus diadvokasi,” kata Reilawati, Senin (28/8).
Katanya, kasus kekerasan seksual di Dataran Tinggi Gayo ini kerap terjadi. Oleh karena itu, ia meminta kepada pihak kepolisian segera turun tangan menangkap pelaku, agar bisa menjadi pelajaran untuk pihak lainnya.
Sedangkan pemerintah, sebutnya, Bupati Bener Meriah dan anggota dewan harus segera bersikap. Karena kejahatan seksual dan kekerasan terhadap perempuan kerap terjadi di Bener Meriah.
“Bupati harus menyatakan Bener Meriah adalah darurat kejahatan seksual sekarang. Karena memang sudah sangat memprihatinkan,” jelasnya.
Adapun lembaga yang sedang meadvokasi adalah LBH Apik, Balai Syura, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A), Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3), dan Relawan Perempuan untuk Kemanusiaan (RPuK).
“Kami akan terus mengawal kasus ini,” tutupnya.
Kasat Reskrim Polres Bener Meriah, AKP Suparwanto, mengatakan pihaknya terus mengejar pria berinisal ABM (25) tersebut. “Dari laporan yang kami terima sekitar tujuh korban. Kami masih mendalami kasus ini. Saat ini, kami masih mengejar pelakunya,” ungkap Suparwanto.
Kata dia, setelah mendapatkan laporan, polisi langsung menuju ke tempat tinggal ABM. Sampai ke lokasi, polisi mendapat kabar, ABM sedang berada di Aceh Tengah.
“Petugas pun mencari pelaku ke Aceh Tengah, tetapi pelaku sudah melarikan diri,” katanya.(c51/aza)