Sekitar satu pekan lagi, Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 bakal berakhir. Pada turnamen yang digelar sejak April lalu itu, performa klub kebanggaan urang awak, Semen Padang FC, dapat dikatakan tidak memuaskan.
Memang, hingga sejauh ini, tim berjuluk Kabau Sirah itu mampu mencatat 13 kemenangan, sekali imbang dan hanya sekali kalah. Tapi saat bermain tandang, anak asuh Nil Maizar tak sekalipun meraih kemenangan. Dari 17 pertandingan, Hengki Ardiles dan kawan-kawan hanya mencatat enam hasil seri, selebihnya kalah.
Akibatnya, hingga laga ke-32 di TSC, klub yang bermarkas di Indarung, Padang ini, hampir dipastikan gagal mencapai target. Yakni berada pada papan atas klasemen akhir.
Pada sisa dua laga lagi, runner up Piala Jenderal Sudirman 2015 ini, tertahan diperingkat 10 dengan poin 46. Atau berjarak lima poin dari Persib Bandung yang berada di peringkat enam, yang juga menyisakan dua laga lagi. Satu kali saja Persib menang, maka target Semen Padang FC benar-benar gagal diwujudkan.
Di tengah bayang-bayang kegagalan itu, muncul pernyataan menarik dari Direktur Teknik Semen Padang FC, Iskandar Zulkarnain Lubis. Dia menyebut, tim yang didanai PT Semen Padang ini memiliki target jadi juara Piala AFC 2020.
Sebelum itu, Semen Padang FC ditargetkan masuk enam besar kompetisi 2017. Setahun kemudian, empat besar. Dan pada musim 2019 jadi juara liga atau minimal runner up. Hal tersebut disampaikan Iskandar Zulkarnain Lubis saat perayaan ulang tahun ke-36 Semen Padang FC di Gedung Serbaguna PT Semen Padang, Kamis (8/12). Nah, bicara soal target, untuk mewujudkannya tidak lah semudah menyebutkannya. Dibutuhkan komitmen yang kuat dan besar.
Sebagai langkah awal, komitmen yang besar dan kuat itu mesti diperlihatkan dalam pembentukan tim. Tentunya, tim yang dibangun haruslah tim yang bermental juara. Dengan demikian, tim tersebut mesti diisi elemen-elemen yang berkualitas dan bermental juara.
Setiap elemen yang berada dalam tim ini juga mesti paham, kalau Semen Padang FC tidak hanya kebanggaan warga Sumbar. Tapi ini adalah salah satu klub di Indonesia dengan sejarah yang tidak bisa diremehkan. Klub yang mesti dibela dengan segenap kehormatan yang dimiliki.
Meskipun masih dini untuk menilainya, tapi ada harapan kalau manajemen Semen Padang FC memilki komitmen besar dan kuat untuk mewujudkannya. Setidaknya, ini terlihat dari diperpanjangnya kontrak bek Cássio Francisco De Jesus, gelandang Muamer Svraka, dan penyerang Marcel Silva Sacramento hingga akhir musim 2017. Ketiganya adalah tulang punggung Kabau Sirah yang tak tergantikan pada TSC 2016.
Tapi, tentu tak cukup pula sampai di situ saja. Untuk meningkatkan level permainan, manajemen dan tim pelatih diharapkan pula merekrut pemain yang lebih baik dibandingkan pemain yang ada saat ini.
Pada era sepak bola modern saat ini, membentuk tim demikian tentu tidak lah mudah dan murah. Apalagi, setiap musim kompetisi bakal digelar, manajemen Semen Padang FC selalu menyebut, memiliki dana terbatas untuk jorjoran merekrut pemain.
Hanya saja, hal demikian, tidak akan terjadi, bila manajemen tim kebangaan urang awak ini tidak hanya bersandar pada PT Semen Padang saja, sebagai penyandang dana utama. Perlu diingat, pada era industri sepak bola saat ini, satu klub juga mesti bisa mendapatkan keuntungan besar secara finansial.
Untuk itu, pemilik Semen Padang FC harus memercayakan posisi-posisi strategis dalam pengelolaan klub kepada individu-individu yang kreatif dan inovatif. Individu-individu yang tidak hanya sekadar menghabiskan yang sudah ada, tapi juga menambah apa yang sudah ada.
Sekali lagi, kerja di era industri sepak bola sekarang ini bukanlan kerja sambilan. Orang-orang yang ada di dalamnya haruslah individu-individu yang bisa berpikir 100 persen untuk kemajuan klub. Individu-individu yang harus selalu ada dalam 24 jam setiap harinya.
Terkait dengan itu, saya teringat dengan pernyataan Presiden Chievo Verona, Luca Campedelli, yang berbicara kepada La Gazzetta dello Sport, saat melontarkan kritik terhadap pemilik Inter Milan yang asal China itu.
Sebagaimana dikutip dari nerazzurriale.com, dia menyebut, “pemilik asal China mereka memiliki keuntungan karena kuat dalam hal finansial, namun memiliki kelemahan karena mereka selalu jauh dengan tim. Mereka hanya mengatakan ‘Fozza Inda’, sementara Thohir juga tidak intens di Italia. Moratti? Dia adalah seorang fans sepak bola. Para pemilik asal China ini saya gambarkan sebagai manajer. Saya sebagai presiden Chievo hampir setiap hari datang ke tempat latihan dan itu penting. Tak cukup jika tugas mereka hanya membayar gaji.” (*)
LOGIN untuk mengomentari.