Dulu, ketika kita belajar, apakah kita merasakan pembelajaran yang menyenangkan? Atau belajar dalam suasana yang menegangkan? Atau rasa takut yang muncul? Tentunya pengalaman kita berbeda. Ketika kita mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan, membuat kita sangat terkesan.
Belajar dalam kondisi yang nyaman, membuat siswa mudah memahami apa yang telah diberikan oleh guru. Lalu pertanyaannya adalah bagaimana cara atau strategi yang dapat dilakukan guru untuk melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan?
Pembelajaran menyenangkan atau Joyful Learning adalah suatu proses pembelajaran yang mengasyikkan dan bermakna, sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran menyenangkan adalah suatu proses pembelajaran di mana terdapat hubungan yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). Guru memposisikan diri sebagai fasilitator dan mitra belajar siswa.
Pembelajaran menyenangkan bisa dilakukan di kelas maupun di luar kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, mengasyikkan, menjadikan siswa tertantang untuk lebih mendalami materi pelajaran, dan menumbuhkan kreatifitas.
Semua hal baik tersebut akan membuat siswa lebih semangat dalam belajar sehingga hasil belajar dan prestasinya semakin meningkat. Terdapat 5 cara atau strategi yang dilakukan guru untuk melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan, yaitu, Pertama, guru perlu membangun lingkungan kondusif.
Lingkungan sangat mempengaruhi suasana pembelajaran. Belajar dapat dilakukan di dalam dan luar kelas. Kelas perlu ditata dengan menarik. Meja belajar disusun supaya memudahkan siswa dan guru bergerak melakukan interaksi pembelajaran.
Di pojok kelas disediakan pojok literasi yang dilengkapi buku bacaan siswa. Dinding kelas sebagai tempat memajang karya-karya siswa seperti kaligrafi, cerpen, puisi, lukisan, dan hasil karya sesuai materi pelajaran sehingga menjadi majalah dinding (mading) kelas atau display kelas.
Disamping itu lingkungan luar kelas juga dapat sebagai tempat belajar siswa seperti teras kelas, halaman, taman, kebun, atau sawah di sekitar sekolah. Variasi tempat belajar seperti di musala, perpustakaan, dan labor bisa menjadi lokasi belajar yang menyenangkan bagi siswa.
Kedua, guru perlu merancang strategi pembelajaran yang bervariasi. Strategi tersebut memiliki peran besar dalam mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan. Guru perlu menggunakan metode pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif, dengan cara memvariasikan metode tanya jawab, diskusi kelompok, demontrasi, pemberian tugas, praktik, karya wisata dan sebagainya.
Selanjutnya guru dapat melakukan aktivitas pembelajaran yang bervariasi seperti praktik, melakukan projek, diskusi, presentasi, dan game menarik lainnya. Guru boleh juga membuat yel-yel penyemangat belajar dan divariasikan dengan pemberian Ice Breaking. Strategi yang ketiga, guru perlu melaksanakan pembelajaran berpusat pada siswa (student center) untuk meraih pembelajaran yang aktif (Active Learning).
Berdasarkan hasil penelitian bahwa siswa yang belajar dengan cara mendengarkan dapat menyerap pemahaman sebesar 20 %, dengan demonstrasi dapat menyerap pemahaman sebesar 30 %, dan melalui diskusi kelompok dapat menyerap pemahaman sebesar 50 %. Untuk kegiatan praktik atau belajar sambil berbuat dapat menyerap pemahaman sebesar 75 %.
Sedangkan belajar dengan berbagi dapat menyerap pemahaman sebesar 90 %. Dengan demikian pembelajaran di mana siswa dapat mengambil peran secara maksimal dalam pengelolaan kelas seperti diskusi, presentasi, menjelaskan kepada sesama siswa, dan saling menjelaskan merupakan salah satu cara untuk memaksimalkan daya serap belajar siswa.
Untuk strategi yang keempat disesuaikan dengan tuntutan abad 21, guru perlu mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Dalam pembelajaran guru dapat memberikan tantangan dengan mengajukan pertanyaan pemantik yang menantang untuk berfikir kritis, kreatif dan inovatif.
Pertanyaan pemantik yang biasa digunakan guru seperti apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana dan mengapa. Maka untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis, guru perlu lebih banyak menggunakan kata tanya mengapa, kemudian ditingkatkan lagi dengan kata tanya, berikan alasan, buat kesimpulan, bandingkan dan sebagainya yang merujuk kepada proses berfikir tingkat menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6).
Selanjutnya strategi kelima, guru perlu membangun budaya positif. Karakter adalah hal penting yang perlu mendapat perhatian guru untuk mengembangkan budaya positif tersebut. Karakter dapat tumbuh dan berkembang melalui kegiatan pembiasaan yang akhirnya dapat menjadi budaya. Budaya positif di sekolah perlu diciptakan oleh guru.
Bentuk budaya positif itu diantaranya budaya senyum, salam, sapa, sopan dan santun (5S), pembiasaan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), Sholah dhuhur berjamaah, Sholat dhuha, budaya membaca (literasi), dan sebagainya.
Disamping itu guru juga dapat membuat kelas inspirasi, dimana guru atau sekolah mendatangkan wali murid yang memiliki suatu profesi dapat mengajar atau menyampaikan sesuai kepada siswa. Kelas inspirasi diharapkan dapat menginspirasi atau memotivasi siswa.
Keberhasilan dalam mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, tidak lepas dari peran dan kesungguhan guru. Untuk menjadi guru yang menyenangkan dan menjadi idola bagi siswa tidak bisa diperoleh dengan mudah. Guru diharapkan menjadi teladan bagi siswa dan lingkungan sekolah.
Guru perlu menjadikan diri sebagai seorang pembelajar sepanjang hayat dan terus berusaha memperbaiki diri, melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada siswa serta senantiasa memberikan layanan terbaik, sebagai wujud dari paradigma baru merdeka mengajar.(Denovia Rossiyenti, SH, S.Pd, GURU UPT SDN 01 LIMOKAUM)