in

UPT SD Negeri 30 Singgalang, Membentuk Karakter Disiplin Siswa SD

Nurul Ulfa Safitri
(GURU UPT SDN 30 SINGGALANG

Nilai yang paling dijunjung tinggi oleh setiap masyarakat di dunia ini adalah disiplin. Disiplin berkontribusi terhadap kebahagiaan seseorang, kemajuan masyarakat, serta kesuksesan suatu organisasi.

Disiplin mengajarkan mereka untuk menghormati waktu dan pekerjaan, serta kewajiban-kewajiban lain yang terkandung di dalamnya (Apollo, 2021).

Alasan mengapa disiplin itu penting, di antaranya, pertama, disiplin akan membantu seseorang untuk menjadi pribadi yang dapat diandalkan. Kedua, disiplin membantu seseorang agar dapat hidup teratur dan terarah.

Ketiga, disiplin akan membantu seseorang bekerja secara profesional. Keempat, disiplin membantu seseorang untuk hidup semakin lebih produktif.

Kelima, disiplin dapat mengantar seseorang untuk hidup secara seimbang. Keenam, disiplin dapat membantu pengendalian dan pengarahan diri sendiri (self control and self direction) dalam meraih kesuksesan dan kebahagiaan (Unknown, 2020).

Kemudian, kedisiplinan merupakan sikap yang akan melahirkan sikap-sikap positif lainnya. Sikap tersebut diantaranya yaitu setia, tanggung jawab, ulet, rajin, tekun, taat, patuh, kerja keras, konsentrasi, respek pada aturan, kemandirian dan lain-lain.

Hal ini menunjukkan kedisiplinan merupakan pondasi dari sikap-sikap lainnya. Mewujudkan karakter disiplin tentu dimulai sejak anak usia dini. Mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat.

Semuanya menjadi pihak yang harus mendukung terbentuknya karakter disiplin pada anak. Pembentukan karakter pada artikel ini fokus di lingkungan sekolah.

Hal penting yang harus diperhatikan oleh guru adalah guru harus mengenal bagaimana karakter para siswa tersebut, agar pembentukan karakter disiplin untuk konteks anak usia sekolah dasar dapat dilakukan.

Pemahaman terhadap karakter mereka sangat penting karena jika guru tidak mengetahui karakter siswa sesungguhnya maka guru tidak akan bisa memahami apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh siswa dan bagaimana sebenarnya keadaan yang mereka hadapi.

Dengan perkataan lain, tanpa memahami karakteristik siswa sebagai objek belajar akan menjadi tidak berfaedah atau sia-sia jika guru tidak bisa memahami karakter siswa.

Hal ini senada dengan apa yang ditegaskan oleh Meryati (2015:1), dengan mengatakan, tujuan dari memahami karakteristik awal siswa adalah untuk mengkondisikan apa yang harus diajarkan, dan bagaimana mengkondisikan siswa belajar sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.

Strategi yang dapat diupayakan oleh guru dalam membentuk karakter disiplin siswa di sekolah dasar. Pertama, guru sebagai teladan. guru memberikan contoh apa itu sikap disiplin.

Setelah guru mencontohkan siswa mencoba memperhatikan dan mengambil kesimpulan seperti inilah sikap disiplin. Karena sejatinya, siswa sekolah dasar adalah suka meniru. Mereka akan meng-copy paste, segala apa yang dapat ditangkap oleh panca indera mereka.

Selain itu, banyak ahli bersepakat bahwa “mendidik dengan memberi teladan adalah salah satu cara yang paling banyak meninggalkan kesan” (Zulyan; Pitoewas, Adha 2014), termasuk mendidik siswa di sekolah dasar.

Kedua pembiasaan. Pembiasaan pada dasarnya adalah proses pengulangan, yakni sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu (perilaku) yang sebelumnya belum dikenal atau diketahui menjadi kenal atau diketahui atau sesuatu yang hanya dikenal menjadi perilaku yang bersifat menetap, menyatu, dan sulit ditinggalkan (bdk. Anggraeni, Elan, Mulyadi, 2021:101; Firmansyah, 2021: 46-47).

Demikian juga dalam membentuk karakter disiplin, guru perlu mengupayakannya melalui pembiasaan, yakni melaksanakan atau menampilkan perilaku disiplin secara terus menerus, berulang-ulang, dan konsisten: dari hari ke hari, minggu ke minggu, tahun ke tahun, dan seterusnya.

Ketiga, menegakkan tata tertib. Salah satu tatanan di sekolah yang dapat membantu guru mendisiplinkan siswa adalah tata tertib atau aturan. Baik tata tertib sekolah secara umum maupun tata tertib kelas.

Melalui tata tertib, guru akan merekomendasikan hal-hal yang diwajibkan untuk dilakukan maupun hal-hal yang dilarang untuk tidak dilakukan siswa selama mereka berada di lingkungan sekolah.
Keempat, memberi bimbingan.

Bimbingan yang diberikan guru hendaknya tidak semata-mata untuk mengobati pelanggaran perihal disiplin, tetapi melangkah lebih jauh dari itu yakni untuk perkembangan siswa secara optimal.

Ketika guru melakukan bimbingan terhadap siswa yang melakukan pelanggaran guru, harus tetap menampilkan sikap respek, empati, dan support. Keenam, memberi hukuman dan sanksi.

yakni upaya guru untuk memberi efek jera dan memberi afirmasi atas perilaku disiplin siswa. Guru bersama murid berdiskusi tentang apa hukuman atau sanksi yang akan mereka dapatkan jika tidak disiplin. Disini terjalin komunikasi antara guru dan murid.

Guru tidak bisa mengambil keputusan sendiri dalam mengambil tindakan hukuman yang akan dilakukan tetapi dibutuhkan diskusi dengan siswa.

Sehingga mereka merasa bahwa aturan ini berasal dari mereka dan jika melanggar berarti mereka belajar bertanggungjawab dengan apa yang sudah disepakati.

Ketujuh, melakukan monitoring dan evaluasi, yakni memastikan, meluruskan, mengukur, dan memberikan feedback agar siswa tetap berdisiplin. Guru dapat memberikan feedback berupa reward kepada siswa. Tidak harus dalam bentuk benda.

Dengan pujian sederhana serta senyum bu guru atau bapak guru, ketika mereka disiplin dapat membuat mereka bahagia. Kemudian, juga bisa dengan memberikan pin kedisiplinan kepada siswa yang sudah bisa melaksanakan disiplin dengan sangat baik.

Kedisiplinan dimulai dari guru dan siswa akan meniru ibu dan bapak gurunya. Mari bersama-sama dengan siswa mewujudkan sekolah yang disiplin.

Sehingga terbentuk suasana belajar yang teratur dan dapat mewujudkan generasi disiplin dan bahagia saat belajar ke sekolah. Kebahagiaan siswa saat belajar merupakan wujud keberhasilan guru dalam mendisiplinkan siswa.(Nurul Ulfa Safitri, GURU UPT SDN 30 SINGGALANG)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Kolaborasi Kemenag dan Unilever Indonesia Berdayakan Dua Juta Santri dan Santri Putri

Padnecwara padukan budaya Jawa dan China lewat Kusumaning Rat