in

UPTD SMPN 1 Kecamatan Payakumbuh, Kurikulum Merdeka Ciptakan Guru Kreatif

Sesmi Anggia, S.Pd

Lahirnya Kurikulum Merdeka berdampak positif terhadap dunia pendidikan. Buktinya beberapa sekolah di liburan semester ini menggelar kegiatan lokakarya bertema menyongsong kurikulum merdeka dengan persiapan yang matang.

Di mana pada awal tahun pelajaran 2022-2023 ini, sekolah khususnya para guru sudah merasa siap melangkahkan aktivitas dengan program jitu yakni merdeka belajar dan merdeka mengajar.

Meskipun pada prinsipnya belajar dan mengajar dilakukan dengan merdeka akan tetapi ada aturannya. Pendidik dan peserta didik bisa berbuat apa saja yang diinginkan karena adanya konsep merdeka, sama sekali tidaklah seperti itu.

Tanpa aturan dan program yang dirancang, yakinlah suatu pekerjaan tidak akan berjalan dengan sempurna apapun bentuk pekerjaan yang dilakukan. Apalagi yang berkaitan dengan dunia pendidikan, yang bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa, akan sia-sia jika dilakukan semaunya guru dan sesukanya siswa.

Oleh karena itu, tidak salah jika kita berkata bahwa kurikulum merdeka ini akan melahirkan para guru yang kreatif dan inovatif untuk melahirkan serta mengembangkan ide atau strategi cemerlang untuk anak didik.

Mulai dari persiapan diri dalam mengubah mindset (perilaku dan cara berpikir), hingga merancang dan menyusunan perangkat ajar dengan segala kebutuhan yang dapat mencapai tujuan.

Ini merupakan pekerjaan yang membutuhkan kesiapan waktu, materi, dan kerja keras jika para guru betul-betul mempunyai keinginan untuk dapat melahirkan anak-anak yang berkualitas dengan Profil Pelajar Pancasila.

Anak-anak dengan Profil Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Enam ciri utamanya yakni, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Di sini jelas sekali dari enam ciri Profil Pelajar Pancasila tersebut, tidak akan mungkin akan mencapai tujuan jika si guru atau pendidik masih menggunakan pola pikir lama.

Patokannya hadir di sekolah, masuk kelas, buka buku paket, berceramah/menerangkan pelajaran, siswa bertugas/diskusi, akhirnya diberi penilaian. Kita juga tidak menyalahkan proses pembelajaran tersebut, buktinya berapa banyak siswa yang belajarnya seperti itu dan lahir dengan potensi hebat dan luarbiasa.

Namun sehubungan dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan tantangan kehidupan saat ini dan di masa akan datang, jika guru atau pendidik masih menggunakan pola pembelajaran di era lama tentunya harapan semakin mengecil. Kita tidak dapat bersaing dan tidak mampu melahirkan generasi emas di masa mendatang.

Maka dari itu, Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset, dan Teknologi (Mendikbud Riset) Nadiem Anwar Makarim menyatakan inti dari Kurikulum Merdeka adalah Merdeka Belajar. Di mana materi yang diajarkan lebih sederhana dan mendalam. Kurikulum Merdeka akan fokus pada materi esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik sesuai fasenya.

Itulah yang memancing para pendidik untuk aktif dan kreatif menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar peserta didik termotivasi mengolah dan mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai bakat dan minat yang dimilki.

Uniknya tidak ditemukan lagi peserta didik yang enggan masuk kelas alias cabut pada jam pelajaran, karena mereka sudah terpancing dengan keberagaman gaya belajar yang dimilikinya. Dalam arti kata, tidak ada keterpaksaan untuk harus duduk diam mendengarkan celoteh guru, atau tidak diberi kesempatan untuk berkarya sesuai bakat dan minatnya.

Para siswa mendapat kelompok belajar yang saling membutuhkan sesuai kompetensi yang dimiliki, dan dihargai baik sesama teman mau pun oleh para pendidik di satuan pendidikan.

Jelas sudah bahwa dengan hadirnya Kurikulum Merdeka dan Platfom Merdeka Belajar, Peserta didik, Pendidik, dan sekolah tidak akan berpangku tangan, dan terus berusaha menemukan terobosan terbaik dengan ide/strategi pembelajaran yang jitu.

Dengan sendirinya terciptalah pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan tidak saja bagi peserta didik, malahan pendidik pun merasa lega karena tidak ada lagi siswa yang bandel karena mereka merasa dibutuhkan dengan potensi yang dimilikinya.

Tidak ada juga siswa yang malas, karena rasa enggan sudah musnah dengan media yang menarik ciptaan guru. Begitulah yang dirasakan oleh guru dampak dari Kurikulum Merdeka ini. Kita dapat bicara saat ini, karena di UPTD SMPN 1 Kecamatan Payakumbuh sudah melakukannya di Tahun Pelajaran 2021-2022. Berarti pengalaman yang bercerita sesuai kenyataan yang dilakukan. (***)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Demplot NPK Pelangi JOS PKT, Produktivitas Padi Bojonegoro Naik 36 Persen

DPRD Gelar Paripurna Pembentukan Dana Cadangan Pilkada Tahun 2024