in

Ustad Roni Patihan LC, Alumni LIPIA Pimpin ICBS Payakumbuh: Pengagum Buya Hamka

Ustad Roni Patihan LC.(IST)

Ustad Roni Patihan LC, pimpinan Pondok Pesantren ICBS Payakumbuh, ternyata pengagum berat Buya Hamka. Tidak sekadar mengoleksi buku dan mengunjungi museum kelahiran ulama legendaris itu, Ustad Roni yang alumni LIPIA Jakarta, sering berdiskusi dengan Rusdy Hamka, putra kandung Buya Hamka.

“Saya termasuk salah satu pengagum Buya Hamka. Saya mengoleksi hampir semua buku karangannya dan mengagumi perjalanan hidupnya, pokok–pokok pikirannya, dan semangatnya dalam berdakwah,” kata Ustad Roni Patihan kepada Padang Ekspres, pekan lalu.

Ustad yang memimpin 3.500 santri dan ratusan guru ini, kagum dengan sikap sabar Buya Hamka. Termasuk ketika difitnah, direndahkan, bahkan dimasukkan ke dalam penjara oleh sosok yang dulu dikaguminya, Ir. Sukarno. Buya Hamka tidak dendam.

Bahkan dengan senang hati, atas permintaan Ir. Sukarno, bersedia menshalatkan jenazah almarhum Sukarno dan mengantarnya ke peristirahatan terakhir. Ustad Roni menyebut, di balik musibah dan bencana, ada hikmah tersembunyi yang kemudian disyukuri Buya Hamka.

Beliau akhirnya bisa mengkhatamkan menyusun kitab tafsir Al Azhar 30 juz, yang berdasarkan pengakuan Hamka sendiri, hampir mustahil dilakukan, andai ia tidak dalam penjara.

“Kitab inilah karya monumental Buya Hamka, yang mengantarkannya mendapatkan gelar kehormatan dari Universitas Al Azhar Mesir. Gelar yang sama juga dulu pernah diberikan Al-Azhar kepada ayahnya Dr. Karim Amarullah,” kata Ustad Roni yang berkali–kali datang ke Musem Rumah Kelahiran Buya Hamka di Sungai Batang, tepian Danau Maninjau, hanya untuk mengenang Ketua umum MUI yang pertama ini.

Ustad Roni juga sangat sering shalat Jum’at atau menghadiri iven–iven besar di Masjid Agung Al Azhar, Kebayoranbaru, Jakarta Selatan. Di masjid inilah, Buya Hamka pertama kali menjadi imamnya. Ustad Roni pun sering berjumpa dan berdiskusi dengan Rusydi Hamka, putra Buya Hamka yang banyak menemani beliau selama hidupnya.

“Saya sering berjumpa dan diskusi dengan Bapak Rusydi Hamka. Lagi-lagi lagi untuk mengenang dan mengambil ibrah dari semangat Buya Hamka dalam menuntut ilmu. Keteguhannya dalam memegang prinsip agama, ketekunannya dalam beribadah, dan santusiasnya dalam berdakwah,” ungkap Ustad Roni.

Menurut Ustad Roni, Buya Hamka adalah tokoh yang langka. Yang sampai hari ini ibu–ibu Bundo Kanduang Ranah Minang, gagal melahirkan kembali sosok sehebat beliau. “Entah kapan akan lahir tokoh serupa beliau di Ranah Minang,” ujar Ustad Roni.

Alumni LIPIA Jakarta

Ustad Roni Patihan sendiri lahir di Batusangkar, 14 Mei 1983. Ia pernah mengecap pendidikan di SDN 23 Kampungbaru Batusangkar, MTSN Batusangkar, MAN 2 Bukittinggi, Madrasah Aliyah Unggul (MAU) Darul Hikmah Bukittinggi, dan Fakultas Syari’ah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta.

Ustad Roni belajar di LIPIA Jakarta pada siang hari. Sedangkan sore sampai malam, ia banyak belajar dan menghafal Al-Quran di Lembaga Tahfidz Al Qur’an (LTQ) Al Hikmah dan Masjid Al-Hikmah. Ketiga lembaga inilah yang menurut Ustad Roni, banyak membentuk karakter dan kepribadianya.

“Di LIPIA saya belajar ilmu – ilmu keislaman dan syariah islamiyah langsung kepada guru – guru hebat dari Timur Tengah dan Indonesia. Di LTQ, saya belajar Al Quran, menghafalnya dan mencoba mengamalkannya. Dan di Masjid Al Hikmah, Jalan Bangka, saya belajar berorganisasi dan bersosialisasi dengan beragam orang dari berbagai daerah,” kata Ustad Roni.

Menurut Ustad Roni,  Al Hikmah bukan hanya masjid, di dalamnya ada lembaga pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA hingga Sekolah Tinggi Al Hikmah. Pusatnya adalah masjid Al Hikmah. Banyak Asatidz dan tokoh dakwah pernah belajar atau tinggal di Jl Bangka itu.

“Masjid Al Hikmahlah yang mula–mula, di awal tahun 2000-an, mengadakan shalat tarawih satu 1 juz setiap malam di Jakarta. Persis seperti shalat tarawih di Masjidil Haram, yang kemudian diikuti oleh banyak masjid lain.Masjid Al Hikmah juga yang pertama kali mengadakan program I’tikaf di 10 malam terakhir Ramadhan di Jakarta,” kenang Ustad Roni.

Dia pernah salah satu panitia program I’tikaf di 10 malam terakhir Ramadhan. Di luar dugaan peserta malah membludak, padahal masjid Al Hikmah bukanlah masjid yang besar di Jakarta. Di Masjid Al Hikmah ini, Ustad Roni pernah merasakan shalat tahajud 3 juz, bahkan sampai 4 juz di malam – malam i’tikaf, dimulai pukul 01.00 sampai sebelum waktu sahur.

Pimpin ICBS Payakumbuh

Kini, Ustad Roni Patihan dipercaya sebagai pimpinan Insan Cendikia Boarding School (ICBHS) Payakumbuh. Tapi, pondok pesantren yang sedang ‘naik daun’ di Sumbar ini, bukan tempat pertama Ustad Roni mengajar, setelah pulang kampung, begitu selesai pendidikan di LIPIA.

“Awalnya saya mengajar di Perguruan Diniyyah Putri dan Universitas Muhammadiya Sumbar di Kauman Padangpanjang. Ini kota legendaris dalam sejarah pendidikan, utamanya pendidikan Islam di Indonesia. Pendiri Pondok Modern Gontor, Kiyai Imam Zarkasyi, pernah belajar di kota ini. Dari sinilah Kiyai Imam Zarkasy menemukan konsep pendidikan Islam modern,” kata Ustad Roni.

Pada tahun 2015, Ustad Roni pindah ke ICBS Payakumbuh. Mengajar sekaligus tinggal di lingkungan pesantren. “Atas arahan pimpinan yayasan, bersama kawan – kawan alumni Al Azhar Mesir, Sudan, Maroko, Yaman, dan alumni perguruan tinggi hebat lainnya, banyak terobosan dan program baru kami buat di ICBS Payakumbuh,” ujarnya.

Ustad Roni bersyukur, Pondok Pesantran ICBS Payakumbuh dikaruniai dengan tenaga pengajar yang kebanyakan masih muda. Sedang berada di usia emas mereka. “Ini adalah potensi yang besar, yang jika gagal dimaksimalkan dengan baik akan menimbulkan bencana di kemudian hari,” kata Ustad Roni.

Menurutnya, kurikulum di ICBS Payakumbuh, sesuaikan dengan tuntunan zaman. Namun dengan tetap mempertahankan ashalah, hal–hal baik dari generasi sebelumnya. Program–program baru dirancang dan dibuat bersama.

Perubahan–perubahan kecil dan besar, jika itu diperlukan, dilakukan. Tapi tetap bertumpu pada 5 prioritas utama; pembentukan akhlak dan adab santri, tahfidz Al Quran, pembiasaan ibadah, penguasaan bahasa asing dan prestasi akademik.

Hasilnya, beberapa alumni ICBS sudah kuliah di Al Azhar Mesir. “Bahkan tahun ini in shaa Allah ICBS mengirimkan 47 orang alumni untuk belajar di Al Azhar Mesir, yang menjadikan ICBS sebagai pesantren yang mengirimkan santri terbanyak untuk belajar ke negeri Kinanah itu,” kata Ustad Roni.

Menurut Ustad Roni, alumni ICBS Payakumbuh juga yang kuliah di Yaman, Sudan, Uni Emirat Arab, Austraslia, Turki, Malaysia, dan lainnya. Alumni ICBS juga bisa menembus kampus terbaik di tanah air, seperti UGM, IPB, ITB, Unibraw, Unand, USU dan kampus – kampus hebat lainnya.

“Menyaksikan ICBS sudah berkiprah luar biasa di kancah pendidikan Islam tanah air, tentu membuat kami bangga dan terharu. Prestasi – prestasi yang ditorehkan santri – santri ICBS luar biasa banyaknya. Tapi tantangan ke depan semakin besar,” ujar Ustad Roni Patihan.

Menurut Ustad Roni, tugas pengurus ICBS Payakumbuh, tentu tidak hanya berhenti sampai alumnni  melanjutkan pendidikan ke lembaga pendidikan terbaik di dalam dan luar negeri. Tapi bagaimana para alumni bisa menjadi anfa’uhim linnas.

“Kita ingin, alumni ICBS Payakumbuhanfa’uhim linnas, manusia yang memberikan kontribusi dan manfaat bukan hanya buat buat dirinya sendiri dan keluarganya saja. Akan tetapi bagaimana mereka memiliki peran lebih besar lagi untuk bangsa dan negaranya, juga agamanya,” ulas Ustad Roni Patihan LC. (Fajar Rillah Vesky)

What do you think?

Written by Julliana Elora

SDIT Mesjid Raya Lantai Batu, Bangun Budaya Positif di Sekolah

Rumah Makan Bunda Hadirkan Masakan Kampung