in

Ustadz H Irwandi Nashir, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Payakumbuh

Ustadz H Irwandi Nashir.(IST)

Ustad H Irwandi Nashir, belum lama terpilih sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammmadiyah Kota Payakumbuh. Apa program da’i dan akademisi ini buat persyarikatan Muhammadiyah di Kota Randang? Seperti apa pula pengalaman dakwahnya?

“SAYA mulai berdakwah di mimbar sejak usia 15 tahun. Semua berawal ketika pertama kali menjadi khatib Jum’at, saat saya duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah. Alhamdulillah, hingga kini sudah 28 tahun dunia dakwah praktis saya tapaki,” kata Ustadz H Irwandi Nashir kepada Padang Ekspres.

Bagi anggota Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia Payakumbuh ini, dakwah memiliki makna luas dan dapat dilakukan dengan beragam cara. Tak sebatas di mimbar.

“Dakwah itu intinya mengajak manusia ke jalan Allah Ta’ala, jalan kebaikan dan keselamatan yang diredhai Allah Ta’ala,” ujarnya. Karena itu pula, Ustadz H Irwandi Nashir berprinsip, setiap langkah umat Islam, mestinya dibingkai dengan dakwah. “Apa profesi kita. tetap dalam kerangka dakwah. Yaitu mengajak kepada Allah  Ta’ala, menegakkan kebenaran, dan menebar kemashlahatan,” tukuknya.

Sayangnya, menurut Ustad Irwandi Nashir, saat ini dakwah itu masih ada yang memaknainya secara sempit. Baik dalam tataran konsep maupun praktiknya. Misalnya, dakwah dipahami sekedar menyampaikan pengetahuan agama dari mimbar. Ustad Irwandi Nashir belum saja terpilih sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Payakumbuh periode 2022-2027.

Saat ditanya, apa programnya untuk persyarikatan Muhammadiyah, dosen tetap Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Bukittinggi ini menyebut, program PDM Payakumbuh ke depan sejalan dengan rumusan hasil Musyawarah Daerah (Musyda) ke-2 Muhammadiyah Payakumbuh.

Diantaranya di bidang Tabligh, Tarjih dan Tajdid adalah memperluas dan mensosialisasikan konsep Islami dan hasil tarjih, tajdid, dan pemikiran Islam yang berkemajuan untuk menjadi pandangan, pedoman, bimbingan, acuan, dan tuntunan dalam kehidupan masyarakat. Seperti Himpunan Putusan Tarjih, Fatwa Agama, Keluarga Sakinah, Fiqif Ikhtilaf dan hasil-hasil Musyawarah Tarjih.

“Selain itu, kita akan fokus pada upaya peningkatan mutu lembaga pendidikan yang ada di bawah payung Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Aisyiah. Kemudian, inventarisasi dan arbitrase harta benda Persyarikatan yang diperoleh dari wakaf serta mengintensifkan pelaksanaan, penertiban, dan pengeloaan sertifikasi tanah-tanah wakaf Muhammadiyah,” ujar Ustadz Irwandi Nashir.

Bukan itu saja, Ustad Irwandi  Direktur LSDI (Lembaga Studi Dakwah Indonesia), memiliki program memasyarakatkan wakaf uang dan wakaf yang tidak bergerak yang terpadu dengan pengorganisasian dan pemanfaatan ZIS (Zakat, Infak, dan Sadaqoh), menuju pemberdayaan umat. Serta memanfaatkan tanah wakaf kosong untuk hal-hal produktif dan kegiatan lain sesuai fungsinya.

Dalam momentum bulan puasa Ramadhan tahun ini, Ustadz Irwandi Nashir mengajak ummat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, menjadikan ibadah yang dilakukan, memberi bekas terhadap perbaikan kualitas kesolehan pribadi dan kesolehan sosial.

Kesolehan pribadi berhubungkait dengan ketaatan seseorang dalam hubungannya dengan Allah Ta’ala. Sementara, kesolehan sosial menyangkut hubungan baik dan kepedulian dengan sesama manusia.

Ustad Irwandi Nashir juga menyebut, ada dua hal yang umat Islam  perlu memahami dan mengamalkan. Pertama, menentukan skala prioritas dalam beramal. Ada amal itu yang mesti diprioritaskan dibandingkan amal yang lain disebabkan oleh tingkat kebutuhanya. Misalnya, memprioritaskan  program pemberdayaan ekonomi ummat berbasis masjid.

Dibanding sibuk merenovasi fisik masjid yang  kadang belum mendesak untuk dilakukan.
Kedua, melakukan dakwah untuk pencegahan. Dakwah pencegahan ini misalnya dalam bentuk pembinaan remaja secara intensif untuk mencegah jangan sampai mereka terjebak dengan perilaku menyimpang.

Kemudian, mengajak pihak berwenang untuk mengawasitempat-tempat yang  berpotensi menjadi wadah bagi masyarakat untuk berbuat maksiat, dan membuka layanan konsultasi agama  dan keluarga sakinah di masjid-masjid.

Saat ditanya Padang Ekspres apa tantangan dakwah di Payakumbuh dan Limapuluh Kota saat ini? Menurut Ustad Irwandi Nashir, ada dua tantangan dakwah. Pertama, bagi para pendakwah saat ini ditantang untuk mampu mengelola iktilaf atau perbedaan pendapat.

“Fakta yang tak terbantahkan adalah adanya perbedaan pendapat dalam memahami ajaran agama Islam. Bagaimana perbedaan pendapat ini perlu dikomunikasikan dengan santun dibarengi semangat ukhuwah Islamiyah,” kata Ustad Irwandi Nashir.

Sedangkan tantangan dakwah kedua, menurutnya adalah Sumber Daya Da’i yang secara kuantitatif masih sedikit dibanding medan dakwah yang begitu luas di Payakumbuh dan Limapuluh Kota. “Saya dapat data masih ada kawasan di Kabupaten Limapuluh Kota yang masyarakatnya butuh da’i dan Imam tetap masjid,” ujar Ustad Irwandi Nashir. (Fajar Rillah Vesky)

What do you think?

Written by Julliana Elora

SDS IT IPHI Payakumbuh, Berbagi Takjil di Bulan Yang Penuh Berkah

SMA IBS Raudhatul Jannah Payakumbuh, Sumbang Duo Baleh Lewat Pesantren Ramadhan