in

Wirausaha Muda Masa Depan Bangsa

Pemerintah Indonesia telah berinvestasi banyak dalam pendidikan vokasi di Indonesia. Jika investasi itu hanya melahirkan para sarjana yang bermental sebagai pencari kerja tentu akan melahirkan masalah sosial. Karena fenomena sekarang daya tampung di perusahaan-perusahaan yang ada tidak seimbang dengan sarjana yang diwisuda setiap tahunnya.

Jalan satu-satunya adalah merubah mindset mahasiswa dari pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja. Hal itu di sampaikan oleh Deputi III Bidang Kajian dan Isu-isu Ekonomi Strategis Kantor Staf Kepresidenan, Denni Puspa Purbasari saat memberikan kata sambutan di hadapan 600 mahasiswa Universitas Andalas, Rabu, (10/5) lalu.

Menurutnya, terpilihnya Unand sebagai kampus yang dikunjungi tak lepas dari gen pedagang yang dimiliki masyarakat Ranah Minang. “Sumatera Barat, dengan jiwa berdagangnya bukanlah suatu yang baru. Dari daerah ini, dahulunya banyak lahir para saudagar terkenal, selaras dengan itu kita ingin mendorong agar lahirnya wirausahawan muda dari Ranah Minang ini,” ujar perempuan yang sebelumnya dikenal sebagai dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada itu.

Denni memaparkan, serial #KSPGoestoSchool selama tahun 2017 sudah berlangsung empat putaran dengan narasumber berbeda di empat provinsi, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Sumatera Barat. “Kami datang tidak membawa bantuan, tidak membawa alat-alat. Kami menyemai virus ide kewirausahaan,” tegasnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Andalas Tafdil Husni dalam sambutannya berharap, usai lulus kuliah mahasiswa jangan mencari, tapi ciptakan lapangan kerja. “Anak muda harus mempergunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk berbisnis,” tegas Tafdil.

Tafdil Husni menggarisbawahi, di dunia bisnis saat ini, yang besar tak selalu mengalahkan yang kecil, yang kuat tak selalu menundukkan yang lemah. “Lihatlah, fenomena Tafdil Husni taksi dan toko konvensional melawan taksi dan toko online. Model baru bisnis ini menjadi pembelajaran kita untuk maju,” paparnya.

Tak lupa, diuraikan, ada tiga karakter utama orang Minang. “Dunia mengenal orang Minang karena agamis, intelektual dan punya jiwa dagang tinggi. Nilai-nilai ini harus kita jaga,” ungkap Tafdil dalam acara yang juga dihadiri Musliar Kasim, mantan Wakil Menteri Pendidikan yang pernah menjabat rektor Universitas Andalas selama dua periode.

Acara diskusi yang bertajuk Entrepreneur Wanted! Yang digagas oleh Kantor Staff Presiden dan diselenggarakan di Convention Hall, Unand tersebut juga menghadirkan CEO bukalapak.com, Achmad Zaky sebagai pembicara dan Ahmad Fuadi, Penulis Novel Trilogi Negeri 5 Menara sebagai moderator. 

Menjadi pengusaha itu harus berani mengambil risiko, berani mengambil bidang yang kelihatan buruk untuk diperbaiki, serta tak takut melakukan kesalahan. Pesan itu disampaikan oleh Achmad Zaky dan Ahmad Fuadi.

Achmad Zaky mengatakan, banyak sarjana, sekalipun dari kampus besar seperti dirinya, ternyata sulit mencari kerja. “Bagus bagi kita untuk berwirausaha, tapi harus advanced. Jangan seperti penjual bakso, yang dari muda sampai tua terus jualan bakso saja,” kata Sarjana Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung itu.

Zaky berkisah, dulu ia percaya untuk memulai usaha pasti butuh modal besar, pengalaman dan punya teman orang kaya. “Saya membalik anggapan itu. Tak punya pengalaman, orangtua bukan pebisnis dan tak ada teman kaya,” kata pria kelahiran Sragen, 30 tahun silam ini.

Awalnya, kantor Bukalapak cuma seluas 15 meter persegi, mirip kost-kosan. Isinya hanya dua pekerja, Zaky dan kawannya,  Nugroho Herucahyono. Hampir seluruh waktu dan tenaga mereka curahkan untuk mengawali project ini. Bangun pagi dan terus mengutak-atik komputer hingga tengah malam, lalu tidur sebentar dan bangun lagi untuk hal yang sama, membidani lahirnya situs jual beli online Bukalapak.com.

Ia berkisah, pernah Bukalapak membuat live chat hanya diikuti lima orang. “Setelah dicek, ternyata itu berasal dari komputer sendiri,” ceritanya. “Kita boleh punya mimpi tapi jangan mimpi itu hanya jadi angan-angan. Wujudkan dengan kerja keras!” tegas Zaky.

Zaky menegaskan, ada dua pilihan dalam hidup. Pilih jalan yang aman, jadi orang gajian, atau jalan yang berisiko, mulai berbisnis. Ia menguraikan, risiko berasal bahasa Inggris risk. Nah, di balik keberanian mengambil risiko (risky) itu ada rizky, rezeki. 

“Tak masalah gagal dalam berbisnis. Semakin sering mencoba, makin lama kita makin jago,” papar pria yang pernah gagal dalam berbisnis. Jadi penjual mie ayam, modal dari beasiswa kampus, tapi tak laku.  Begitupula saat beralih mencoba menjual software.

Zaky menekankan, salah satu kunci sukses berbisnis yakni menemukan partner yang tepat. “Cari partner bisnis yang baik. Ibaratnya, mau diajak ke jurang, mau percaya dan saling menguatkan,” katanya.

Sang moderator Ahmad Fuadi kembali menekankan kutipan ‘Man Jadda Wa Jadda’. “Bekerja lebih keras, terus tekun untuk hasil lebih,” papar pria 44 tahun asal Bayur, Maninjau ini.

Lulusan Pondok Pesantren Gontor dan Hubungan Internasional Universitas Padjajaran ini menegaskan lagi ungkapan orang Minang. “Bisa karano tabiaso. Kita bisa karena pengalaman,” kata Fuadi.

Ditambahkannya lagi, orang Minang berkata, ‘alam takambang jadi guru’. “Alam ini jadi sumber ilmu pengetahuan kita,” kata pria yang banyak meraih beasiswa dari berbagai lembaga internasional ini. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Ovhi Firsty, Pernah tak Mendapatkan Honor

Dahlan Sandingkan Tesla dengan Selo