in ,

Wirawan Rusdi Pelestari Terakhir Wayang Palembang 

Salah satu sosok yang berkomitmen menjaga tradisi ini adalah Wirawan Rusdi, dalang muda penerus Sanggar Sri Wayang Kulit Palembang. Ia tampil dalam pertunjukan wayang di Lawang Borotan, Palembang, Jumat siang (22/11/2025) (BP/udi))

Palembang,BP- Di tengah derasnya arus modernisasi, seni wayang kulit Palembang terus berupaya mempertahankan napasnya sebagai kebanggaan budaya wong kito.

Salah satu sosok yang berkomitmen menjaga tradisi ini adalah Wirawan Rusdi, dalang muda penerus Sanggar Sri Wayang Kulit Palembang. Ia tampil dalam pertunjukan wayang di Lawang Borotan, Palembang, Jumat siang (22/11/2025), sekaligus menjadi narasumber dalam diskusi karya bersama Kepala BPK Wilayah VI, Kristanto Januardi, dan Ketua Yayasan Lacak Budaya Sriwijaya, Hasan, M.Sn.

Wirawan memaparkan perjalanan panjang wayang kulit di Bumi Sriwijaya. Ia menjelaskan bahwa kesenian ini dibawa oleh rombongan bangsawan Demak yang bermigrasi ke Palembang pada masa lampau di era Kerajaan Palembang. Dua tokoh penting dalam penyebaran seni pedalangan itu adalah Pangeran Sidoing Lautan dan Kigede Ing Suro.

Baca Juga:  SMB IV Berharap Budaya di Sumsel Bisa Dihidupkan

“Pada awalnya, pertunjukan wayang dimainkan di lingkungan istana. Namun karena berbagai kondisi, termasuk tekanan kolonial Belanda, keluarga kesultanan akhirnya menyebar ke pelosok Sumatera Selatan. Para dalang dan pengrawit pun ikut keluar dari keraton, sehingga kesenian ini diwariskan dan disimpan secara pribadi,” ujar Wirawan.

Salah satu sosok yang berkomitmen menjaga tradisi ini adalah Wirawan Rusdi, dalang muda penerus Sanggar Sri Wayang Kulit Palembang. Ia tampil dalam pertunjukan wayang di Lawang Borotan, Palembang, Jumat siang (22/11/2025) (BP/udi))

Warisan budaya tersebut kemudian dirawat oleh generasi terdahulu keluarga Wirawan. Sanggar Sri Wayang Kulit Palembang berdiri pada 1959 setelah keluarganya membeli dan memelihara koleksi wayang milik dalang ternama Abdul Rahim. Meski sebagian alat musik gamelan telah hilang, beberapa instrumen seperti peking, kendang, dan kenong masih digunakan hingga hari ini.

Baca Juga:  Citilink Bikin Paket GMT

Sanggar ini sempat mengalami pasang surut, namun berkat kegigihan keluarga Wirawan, tradisi itu kembali hidup. Kini ia membuka sanggar di Kelurahan 36 Ilir, Jalan Buntung, dan menyambut masyarakat yang ingin belajar atau meneliti wayang kulit Palembang. “Silakan datang Sabtu atau Minggu. Hubungi dulu lewat telepon atau WA karena hari biasa saya bekerja,” tuturnya.

Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP), M. Nasir, menegaskan bahwa wayang kulit Palembang merupakan seni budaya penting yang harus dibina dan dilestarikan. “Ini bukan sekadar hiburan, tetapi identitas sejarah Palembang yang wajib dijaga untuk generasi mendatang,” katanya.

Baca Juga:  Pemberian Bantuan, Warnai Kegiatan Ramadhan Pertamina Hulu Rokan Regional 1 Zona 4 Ramba Field

Sementara itu, Ketua Yayasan Lacak Budaya Sriwijaya, Hasan, M.Sn., mengapresiasi upaya pelestarian seni tradisi ini. Ia menilai wayang Palembang memiliki ciri unik, mulai dari penggunaan bahasa, kostum bertanjak, hingga posisi penonton yang menyaksikan wayang dari arah berlawanan dibandingkan wayang Jawa. Menurutnya, banyak peluang untuk terus mengembangkan inovasi tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisi.

“Wayang Palembang punya potensi besar. Tugas kita adalah membuat masyarakat merasa memiliki kesenian ini. Jika kita bangga, kita akan bercerita kepada orang lain, mengajak teman menonton, dan ikut menjaga keberlangsungannya,” ujarnya.#udi


.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Perbaikan Jembatan Muara Lawai dan Jembatan P6 Lalan, Tersendat, MF Ridho:  “Seperti pak Gubernur ini  Kena Prank, Oleh Para Pihak yang Harusnya Bertanggungjawab