in

Cara Ketua KIP Bireuen Memantau Pilkada

Ketika lelaki itu turun dari mobil CRV hitam, tak ada yang menyadari bahwa lelaki berkaos oblong, bercelana jeans, bersepatu sport dan memakai topi pet, adalah Ketua KIP Bireuen. Bahkan ada KPPS yang tidak menyadari bahwa sedang berbicara dengan Mukhtaruddin, SH, MH.

Pukul 12.00 WIB, Ketua KIP Bireuen, Mukhtaruddin, Rabu (15/2/2017) mengunjungi TPS Gampong Geudong-Geudong yang berlokasi di SD 6 Bireuen. Dengan langkah santai, handphone yang digenggam di tangan, ia menyusur selasar SD. Nyaris tak ada yang menyadari. Andaikan seorang PPS yang bernama Hendri tidak mengenali aceHTrend, sungguh “penyamaran” tersebut akan lebih lama terbongkar.

Hendri menyadari bila yang sedang bersama aceHTrend adalah Ketua KIP Bireuen. Ia segera merapat dan memberikan penjelasan terkait proses. Mukhtar mengecek daftar hadir.” Tingkat partisipasinya lumayan rendah,” terang seorang petugas KPPS.

Usai memeriksa absen, ia beranjak ke TPS di ruang sebelah. Ia menjenguk dari luar pintu. “Siapapun tak boleh masuk, kecuali KPPS. Ingat itu,” kata Mukhtar sembari menyalami petugas KPPS yang sedang mondar-mandir di luar ruang kelas.

Beberapa orang memanfaatkan momen itu untuk berfoto. Mukhtar –kala diminta berfoto– selalu memberikan senyuman. “Aci cekrek ju sigo keuno,” kata seseorang yang merapatkan badan ke dekat sang ketua. Beberapa blizt kamera menyala di tengah siang yang panas.

***
Pemandangan menarik terjadi di TPS Pulo Kiton, Kota Juang, Bireuen. Kala Ketua KIP tiba di sana, terlihat mobil Bupati Bireuen, Ruslan M. Daud –Ruslan adalah salah satu calon bupati– parkir di dekat gerbang. Mobil dinas berplat merah BL 1 Z sepertinya baru saja tiba.

“Dasar tak patuh pada aturan. Kan Bupati Bireuen tahu bila ia tidak boleh mengunjungi TPS tanpa pendampingan dari KIP. Ia petahana dan tidak dibenarkan sidak atau kegiatan lain yang sifatnya berkeliling mengunjungi TPS,” ujar Mukhtaruddin kepada aceHTrend.

Mukhtaruddin segera turun dari mobil. Ia menuju TPS. “Siapapun itu, termasuk petugas dari KIP tidak boleh masuk ke lokasi pemungutan suara. Ini aturan dan harus ditegakkan,” kata Mukhtaruddin sembari memastikan kepada petugas PPS.

“Siap Pak. Tak seorang pun kami benarkan masuk,” jawab seorang petugas.

Mukhtaruddin terus berbicara dengan petugas. Ia tidak berbicara sepatahpun dengan petahana. Begitupun sebaliknya. Petahana pun tidak mencoba mendekat. Sang Bupati segera naik ke dalam mobil dinas, begitu keluar dari meunasah. Ia sempat berbasa-basi dengan warga setempat. Kemudian beranjak pergi.

“Lage talet, gadoh laju,” kata seorang warga kepada rekannya.

“Mungken hana mangat ngon Ketua KIP. Sebab geujak hana geubithe bak ketua,” timpal warga lainnya.

***
Mukhtaruddin menemukan hal menarik di TPS Gampong Lancok-Lancok, Kecamatan Kuala. Seorang perangkat gampong mengaku akan menggelar kenduri, bila petahana kembali menang.

“Saya akan gelar kenduri. Sebagai bentuk syukur bila Beliau menang lagi,” kata lelaki paruh baya. Ketua KIP hanya tersenyum. Setelah puas bercakap-cakap, ia pun pamit untuk berkeliling lagi.

Ketika kami meninjau TPS di Pulo Naleung, Kecamatan Peusangan, proses perhitungan suara hampir usai. Di sini Partai Aceh sangat mendominasi. Untuk Bupati, Khalili, Saifannur dan Tu Sop memiliki angka di atas kandidat lain. Tentu Khalili sangat mendominasi. Untuk propinsi, Muzakir Manaf unggul jauh dari Irwandi.

Kehadiran Mukhtaruddin ke TPS ini tidak disadari oleh petugas. Mungkin mereka tidak mengenal pemimpin tertinggi di institusi tempat mereka bernaung untuk pilkada. Andaikan tanpa Saini Franco–desertir Polri yang menjadi dedengkot TNA di Bireuen– sungguh tak ada yang tahu.

“Ngapain Bapak di sini. Ini TPS Bapak?,” Selidik Ketua KIP.

“Bukan. Hanya sekedar melihat-lihat,” jawab Franco sembari menyalami. Mereka sempat berbicara santai sekira lima menit. Kemudian kami kembali bergerak.

***
Di berbagai TPS di Peusangan, Kutablang, Gandapura yang sempat kami kunjungi, Saifannur memimpin dan dibuntuti oleh Tu Sop dengan spare yang jauh. Petahana, Amiruddin dan Teungku Bate serta Khalili megap-megap dengan angka yang tidak meyakinkan. Untuk Propinsi Aceh, Irwandi mengasapi Panglima Muzakir Manaf dengan angka fantastis. “Meuasap barang,” kata seorang warga.

Seorang Geuchik di salah satu gampong di Peusangan, terlihat pucat ketika suara untuk petahana hanya 50 sekian. Tertinggal jauh dari Saifannur yang meraja dengan angka ratusan. Wajah sang geuchik ysng sempat jalan-jalan ke luar Sumatera dengan dana desa itu, ibarat robot kehabisan baterai. Pucat, kaku dan dingin.

“Pada rapat tiga minggu lalu, ia sempat memerintahkan warga untuk mencoblos petahana. Tapi titahnya tak mujarab. Karena rakyat juga tahu yang mana emas dan yang mana loyang,” kata seorang warga.

***

Sepanjang monitoring pilkada, handphone Ketua KIP tak kunjung padam. Ada saja pihak yang menelpon. Baik untuk berkonsultasi, maupun untuk menanyakan hasil.

“KIP bukan lembaga survey. Hasilnya akan kami umumkan setelah pleno di kabupaten. Bersabar saja dan tetap ikuti aturan,” jawab Mukhtaruddin tiap ditelpon terkait perolehan suara.

Ia pun selalu memastikan kepada PPS dan KPPS agar bekerja sesuai aturan. Bahkan tidak sedikit yang segera merapat untuk bertanya ketika mengetahui bahwa lelaki berkaos oblong itu adalah Ketua KIP. Tak lupa mereka minta berfoto. Cekrek!

Ada hal menarik lainnya. Karena saking seriusnya kami memantau pilkada, kami harus menahan lapar sepanjang hari. Jalur yang kami lalui adalah perkampungan. Otomatis tidak ada warung nasi. Padahal, sebelum berangkat, Ketua KIP sudah membeli bakery dan ditaruh di jok belakang. Kami melupakan “sirap” itu dan memilih bertahan dengan pisang goreng yang dijual di pinggir jalan.

Kami menutup rangkaian kegiatan dengan makan malam di salah satu warkop. Di sana kami menikmati nasi guri yang lezat menurut ukuran lidah kami.[]

Komentar

What do you think?

Written by virgo

Presiden: Percepatan Pembangunan Infrastruktur Kunci Kesejahteraan Sumut

60 Personel Satpol PP Antisipasi PKL di Trotoar Senen