in

Menyamar Jadi Anak SMA, 7 Orang Dewasa ini Kaget

Apa yang terjadi jika orang dewasa menyamar menjadi anak SMA? Inilah yang terjadi di reality show Undercover High, dimana tujuh orang partisipan dari umur 21 Sampai 26 tahun dengan latar belakang berbeda menyamar menjadi anak remaja di Topeka, Kansas. Ketujuh orang terse but kaget melihat perubahan drastis pada SMA yang tidak mereka sangka!

Nicolette
Nicolette, siswi samaran ‘Undercover High’

Masa-masa SMA menyimpan banyak memori bagi sebagian besar orang. Tak jarang di masa itulah kita merasakan beratnya hidup, perubahan pada diri sendiri, pola pikir, dan masih banyak lagi. 

Tapi SMA tidak seperti dulu lagi.

Itulah yang didapat dari tujuh orang dalam kisaran umur 21 sampai 26 tahun yang tampil di reality show berjudul ‘Undercover High’. Dalam acara tersebut, mereka menyamar menjadi tujuh anak SMA di sebuah sekolah bernama Highland Park High School. Sekolah tersebut bertempat di Topeka, Kansas. Selama berada di sekolah tersebut, mereka berakting sebagai murid. Mereka mengikuti jam pelajaran, berpartisipasi dalam kegiatan sekolah dan ekskul, mengikuti ujian, juga berteman dengan siswa-siswi disana.

Seperti yang dikutip dari PEOPLE, Greg Henry sebagai produser acara menekankan bahwa acara TV ini bukan cuma untuk hiburan. 

“Kami harap acara ini dapat menjelaskan apa yang terjadi di SMA,” jelas Henry.  “Kami tidak ingin mengeksploitasi siapapun atau menimbulkan keraguan. Saya pikir jika orangtua tahu apa yang terjadi disekolah anak-anak mereka, mereka akan terkejut.”

Dilansir dari Business Insider, dalam Reality show yang mulai mengudara Januari silam ini, ketujuh orang peserta yang menyamar menjadi murid merasakan perubahan drastis SMA dari generasi mereka dahulu.

“SMA saja sudah susah,” ujar Gloria, guru TK yang berpatisipasi dalam acara tersebut. “Tapi SMA yang sekarang, jauh lebih susah lagi.”

Teknologi dan sosial media juga merupakan masalah di sekolah. Guru-guru selalu menegur siswa-siswinya karena menggunakan smartphone di jam pelajaran. Sosial media juga menjadi  salah satu penyebab terjadinya Cyberbullying dan pelecehan seksual. Seorang partisipan bernama Lina bahkan mendengar bahwa ia menjadi subjek komentar seksual, padahal ia belum lama berada Disana.

“Bukan cuma penampilanmu di sekolah yang harus ditegakkan, seperti jenis sepatu apa yang kau kenakan, merek apa yang kau kenakan, dan jenis tas apa yang kau punya,” cerita Nicolette, seorang partisipan. “Sekarang kau juga harus menaikkan imej ini ke sosial media: berapa likes yang kau punya, siapa yang kau ikuti, berapa pengikutmu. Dan itu menggandakan dampak lebih dari sebelumnya.”

handphone
pemakaian smartphone di Highland Park Highschool

Siswa samaran lain, Daniel, berkata bahwa siswa-siswi gampang ambil hati terhadap respon-respon yang mereka dapat di sosial media. 

“Harga diri mereka terikat pada sosial media – tergantung seberapa banyak likes yang mereka dapat dalam satu foto,” katanya. “Itu bisa menjadi masalah untuk para murid, terutama jika tidak ada yang menaruh likes pada foto seseorang.”

Tidak hanya anak-anak yang disebutkan di atas, beberapa dari koneksi paling penting yang dimiliki oleh murid samaran adalah ‘anak bermasalah’, yaitu anak yang mengganggu kelas, tidak punya fokus dan energi untuk mengerjakan tugas, dan beresiko tidak lulus. 

Partisipan mengatakan bahwa di Highland Park, lebih dari 80% murid adalah anak yang memiliki kekurangan ekonomi dalam keluarganya. Pelajar yang berurusan dengan tragedi dalam kehidupan luar sekolahnya juga tergolong banyak. Hal-hal tersebut berefek pada aktivitas sekolah mereka. Untungnya, staf administrasi berkata bahwa mereka akan membuat rapat untuk mencari cara melayani siswa-siswi dengan lebih baik.

Shane
Shane Feldman, salah satu partisipan

 “Apa yang kulihat setelah kembali ke SMA, melebihi apapun, adalah kurangnya koneksi antara remaja dan orang dewasa belakangan ini,” jelas murid samaran bernama Shane Feldman pada Business Insider.

“Hanya ada diskoneksi yang semakin parah. Kebanyakan orang dewasa tidak tahu apa-apa tentang apa yang harus dilewati oleh remaja hari-hari ini. Mereka mencari orang dewasa yang mengerti mereka, melihat mereka seutuhnya dan semua kesulitan yang mereka alami. Saya merasa bahwa guru-guru dan orangtua, dengan segala hormat, kurang mengerti apa yang mereka harus hadapi,” tutupnya.

Bagaimana, setuju tidak dengan pernyataan partisipan di atas?

kamu juga
bisa menulis karyamu di vebma,dibaca jutaan pengunjung,dan bisa menghasilkan juta
rupiah setiap bulannya,

What do you think?

Written by Julliana Elora

Penyebab Vivo V7 Turun harga , Vivo Turun Harga Tanpa Fash Sale

Menjawab Tantangan di Neraka