WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) mencetak rekor dengan satu hari melakukan lebih dari satu juta tes diagnostik Covid-19. Tetapi, menurut para ahli, AS membutuhkan enam juta hingga 10 juta sehari tes diagnostik Covid-19 untuk mengendalikan penyebaran virus korona di negara itu.
Pada Sabtu (19/9) waktu setempat, menurut data dari Proyek Pelacakan Covid-19, AS melakukan 1.061.411 tes diagnostik. Rekor tersebut muncul setelah pengujian turun selama beberapa pekan sebelumnya.
AS menguji rata-rata 650.000 orang per hari dalam pekan yang berakhir 13 September lalu, turun dari puncaknya pada akhir Juli sebanyak lebih dari 800.000 orang per hari.
Sejak awal pandemi virus korona, kekurangan pengujian telah menghambat upaya untuk mengendalikan penyebaran virus yang mematikan ini.
Pada satu titik selama musim panas, penduduk Houston berbaris di dalam mobil dan menunggu berjam-jam untuk tes, bahkan tidur di kendaraan mereka semalaman. Di Miami juga terjadi hal yang sama.
Setelah diuji, orang harus menunggu hingga dua minggu untuk mengetahui apakah terinfeksi virus korona, yang telah menewaskan hampir 200.000 orang Amerika dan menginfeksi lebih dari 6,7 juta orang.
Lamanya perolehan hasil seperti itu menggagalkan tujuan untuk mencoba mencegah infeksi virus korona lebih lanjut.
Inti dari krisis ini adalah ketergantungan laboratorium pada peralatan pengujian otomatis yang menguncinya untuk menggunakan paket bahan kimia dan alat lain yang dibuat oleh segelintir produsen.
Sementara itu, Badan Makanan dan Obat AS (FDA) telah mengizinkan penggunaan darurat untuk beberapa tes air liur, yang tidak memerlukan penyeka dan menggunakan reagen yang sudah tersedia.
AS juga telah mengesahkan pengujian gabungan, sebuah metode yang menguji sampel dari beberapa orang sekaligus dan dapat memperluas kapasitas pengujian.
Namun, pengujian gabungan hanya lebih efisien di daerah dengan wabah terbatas. Pada pertengahan September, 27 dari 50 negara bagian memiliki tingkat tes positif di atas 5 persen, termasuk South Dakota sebesar 17 persen. WHO menganggap tingkat kepositifan di atas 5 persen adalah mengkhawatirkan.
Hingga Senin (21/9), AS mencatat 204.118 kematian. Total warga yang terpapar sebanyak 7.004.768 orang.
Indonesia Perlu Belajar
Sementara itu Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, Aman Pulungan, mengingatkan Indonesia perlu belajar dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Dua negara itu berupaya semaksimal mungkin untuk memperbanyak jumlah tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
“Mereka yakin dengan semakin banyak jumlah tes PCR, akan semakin cepat virus korona bisa dikendalikan,”tegas Pulungan.
Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sayangnya jumlah tes PCR di Indonesia masih kalah dibanding negara-negara di Asia. ”Dibanding Malaysia dan Korea jumlah tes PCR kita masih rendah. Kalau masih seperti ini, penanganannya sangat lama,” ujar Aman Pulungan.
n SB/ usnews/P-4