in

Tarian Minang meriahkan Lund Kulturnatten 2020 di Swedia

Bayangkan dengan ribuan pulau yang dimiliki Indonesia, rasanya kami tidak akan kehabisan tari-tarian untuk ditampilkan

London (ANTARA) – Organisasi Swedia-Indonesia, Bagus, ikut meramaikan acara Lund Kulturnatten 2020 dengan menampilkan tari-tarian Minangkabau di Teater Stenkrossen, Lund, Swedia Selatan, yang berjarak 45 menit dari Copenhagen, Denmark.

Ketua Bagus, Hans Hansson, mengatakan untuk pertama kalinya Lund Kulturnatten diadakan secara virtual dan kedua kalinya Bagus yang merupakan organisasi nirlaba dan berkedudukan di Kota Malmö ikut meramaikan Kulturnatten.

“Bayangkan dengan ribuan pulau yang dimiliki Indonesia, rasanya kami tidak akan kehabisan tari-tarian untuk ditampilkan,” ujar Hans Hansson.

Baca juga: “A Taste of Indonesia” hadir di Lewis School Wales

Pada 2018 Bagus menampilkan tari-tarian dari Betawi, yakni Nandak Ganjen dan ondel-ondel.

Dikatakannya, Bagus didirikan sejak tiga tahun lalu, bertujuan untuk meningkatkan relasi dan pemahaman antar Swedia-Indonesia. “Meski relatif masih baru tiga tahun, Bagus terbilang cukup aktif menampilkan kebudayaan Indonesia dalam kegiatan besar yang diselenggarakan berbagai Pemda di Swedia Selatan.

Selain itu, Bagus juga ikut meramaikan acara kesenian di KBRI Swedia dan organisasi diaspora Indonesia lainnya.

Salah satu tujuan Bagus adalah melestarikan dan memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada anak-anak diaspora Indonesia. Oleh karena itu, Bagus menampilkan Tari Tempurung yang dibawakan anak-anak berusia enam sampai sebelas tahun.

M. Rashya Alfarezell Sofyan (9) yang baru lima bulan mengikuti orang tuanya ke Swedia mengatakan: ”It was great menari dengan Bagus. Saya senang karena tidak ada penonton, jadi saya tidak nervous.” Selain anak-anak Indonesia asli yang sedang mengikuti orang tuanya bekerja di Swedia, para penari anak-anak yang lain datang dari keluarga campuran.

Baca juga: Gamelan iringi lagu Yunani pada Malam Budaya Indonesia di Athena

Tarian kedua adalah tari piring dibawakan ibu-ibu dan mahasiswi Indonesia dan juga ibu-ibu asing. ”Saya senang ikut menari di Lund Kulturnatten karena bisa ikut menampilkan budaya Indonesia ke Swedia,” ujar Karenina Shevayarra Firdaus, pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Swedia.

Acara Lund Kulturnatten diikuti oleh berbagai organisasi di Swedia. Biasanya dilaksanakan setiap tahun di hari Sabtu ketiga bulan September, dari jam 12 siang hingga jam 12 malam.

Acara ini bukan hanya menampilkan seni tari dan musik, tapi juga teater, kerajinan keramik, science show, workshop, dan lain-lain.

Dalam situasi normal, rangkaian acara biasanya dilaksanakan di berbagai tempat di pusat Kota Lund yang merupakan kota pelajar dan memiliki universitas tertua kedua di Swedia setelah Universitas Uppsala.

Lund juga dikenal sebagai pusat berbagai perusahaan multinasional asal Swedia. Lund kota kecil yang berpenduduk hampir 92 ribu jiwa, memiliki sejarah lebih dari 1000 tahun. Kathedral tua yang berdiri kokoh sejak abad ke-12 menjadi ikon kota ini.

Sejumlah nama-nama besar dan tokoh agama dunia pernah mengunjungi Lund. Diantaranya Paus Franciskus hingga Dalai Lama.

Tak aneh, dengan universitas yang berusia ratusan tahun, Lund menjadi magnet bagi mahasiswa asing, termasuk mahasiswa dari Indonesia.

Baca juga: Warga Norwegia antusias belajar tarian Minang dan bermain angklung

Baca juga: Tarian Indonesia jadi daya tarik pengunjung Fitur Madri

Baca juga: Maestro Eko konsisten angkat tarian Indonesia di kancah internasional

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2020

What do you think?

Written by Julliana Elora

“Afraid” versi Sungjin, kado untuk My Day di September 2020

Vinales jawab keraguan dengan kemenangan perdana MotoGP musim ini