in

“Tidak Semua Pekerjaan Konstruksi Dihentikan”

Ketua Komite Keselamatan Konstruksi (K3), Syarif Burhanuddin, tentang Moratorium Proyek “Eleved”

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk sementara waktu menghentikan pekerjaan proyek jalan layang atau elevated. Hal itu untuk mengevaluasi pengerjaan proyek-proyek infrastruktur yang tengah berjalan seiring dengan maraknya kecelakaan infrastruktur semenjak Agustus tahun lalu.

Tercatat dalam enam bulan terakhir ada 14 kecelakaan infrastruktur yang terjadi. Terakhir, kecelakaan di ruas Tol Becakayu yang melukai tujuh orang.

Kementerian PUPR menugasakan Komite Keselamatan Konstruksi (K3) untuk mengevaluasi pengerjaan proyek.

Adapun Komite ini dibentuk melalui Peraturan Menteri PUPR yang berfungsi untuk mengawasi serta mengevaluasi pembangunan proyek-proyek infrastruktur.

Untuk mengupas soal ini, Koran Jakarta mewawancarai Ketua Komite Keselamatan Konstruksi (K3), yang juga Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR. Berikut petikannya.

Bisa Anda jelaskan maksud moratorium ini?

Pertama-tama, saya harus klarifikasi dahulu bahwa sesungguhnya bukan moratorium, yang benar adalah penghentian sementara. Untuk yang dihentikan sementara, kita masih seleksi, terkait jalan layang. Dan, layang pun tidak semuanya.

Lalu, apa saja yang dihentikan?

Kami membuat beberapa kriteria jenis pekerjaan yang mestikan dihentikan. Pertama, hanya layang yang mempunyai balok ramping.

Kedua, yang memiliki peranca yang melekat di balok dan tiangnya. Yang biasanya adalah peranca yang di bawah tanah. Tapi ini yang menggantung, yang seperti di Becakayu. Ketiga, layang yang tidak ada penopangnya.

Seperti yang banyak kita lihat di Jakarta. Keempat, yang mempunyai masa atau tonase besar. Kalau kita lihat yang jatuh kemarin, dikategorikan sebagai tonase yang besar. Juga, yang rasio kapasitas angkat. Itu juga yang dihentikan sementara. Terakhir, kriteria keamanan.

Jadi, yang dihentikan yang mana?

Intinya, proyek yang dihentikan itu ialah proyek-proyek yang berisiko tinggi, membahayakan seperti halnya pengecoran. Yang lainnya tetap berjalan, seperti yang ada di jalan tol, bendungan tetap dilanjutkan. Karena memang tidak masuk kriteria-kriteria di atas, tidak berisiko tinggi.

Apa saja yang dievaluasi oleh K3?

Penghentian sementara dilanjutkan dengan evaluasi oleh K3, mulai dari desain, standar operasi prosedur (SOP), metode kerja, sumber daya manusia (SDM).

Untuk SDM ini, dilihat kompetensinya apakah sudah bersertifikat atau belum. Selain itu, dievaluasi juga peralatannya, termasuk memperketat pengawasan.

Untuk pekerjaan konstruksi bukan layang seperti pengaspalan, rigid pavement, pembersihan lapangan dan pembangunan infrastruktur lainnya terus dilanjutkan.

Dokumen yang akan dievaluasi antara lain dokumen kontrak, Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K), perencanaan, tenaga ahli dan tenaga terampil, alat berat dan operatornya, uji material dan peralatan dan standar operasi prosedur, metode kerja dan izin kerja.

Sampai kapan penghentian itu?

Apabila kontraktor sudah melengkapi dokumen yang kami syaratkan, maka K3 akan menyetujui untuk melanjutkan pekerjaannya.

Jadi, waktu untuk melanjutkan pekerjaan itu tidak secara serentak diberikan. Kemarin saja sudah ada yang lanjut seperti halnya pembangunan jembatan layang Holtekamp di Papua.

Itu karena sudah dievaluasi dan memenuhi syarat yang ditetapkan K3. Jadi, ada yang dihentikan untuk beberapa jam saja kemarin, lalu dilanjutkan pengerjaannya. Penghentian ini hanya 2–3 hari atau hanya sampai seminggu.

Apa penghentian ini, tidak memengaruhi target-target pemerintah?

Tentu tidak, evaluasi ini kan supaya target yang ditetapkan ini tercapai dengan baik dan berkualitas. Yang kita inginkan bukan hanya kecepakatan pengerjaan, tetapi juga sejauh mana infrastruktur yang dibangun itu berkualitas.

Kan sayang bila pengerjaannya cepat, tetapi rusak lagi. Ini yang membuat target itu meleset. erik sabini/AR-3

What do you think?

Written by Julliana Elora

Komando Perindo Ajak Anak Muda Tidak Antipolitik

Garuda Bukukan Pendapatan Sebesar US$4,2 Miliar pada 2017