Raseno: Banyak Makanan Tradisional belum Dikemas
Sebanyak 104 kelurahan dari 11 kecamatan se-Kota Padang ikut berpartisipasi dalam lomba marandang yang diadakan Dinas Pariwisata Padang, kemarin (16/7). Kegiatan yang juga bagian dari Festival Kuliner Tradisional Minangkabau itu, dimulai pukul 09.30 dan berlangsung hingga hari ini (17/7) di Taman Melati Museum Adityawarman, Sumbar, Jalan Diponegoro Nomor 10, Belakang Tangsi, Padang Barat.
Output dari kegiatan yang di-support Kementerian Pariwisata ini, demi melestarikan kuliner tradisional Minangkabau khususnya rendang. Hal tersebut sejalan dengan wisata halal yang tengah dicanangkan Pemko Padang.
”Selama tiga tahun terakhir, kami rutin melaksanakan lomba marandang ini. Selain melestarikan dan mewariskan kepada rang mudo kuliner tradisional Minang ini, juga ditujukan untuk merangsang dan mendorong, serta memotivasi industri makanan Padang kreatif mengolah kuliner tradisional Minang. Selanjutnya, meningkatkan kunjungan wisatawan untuk mengenal dan mencicipi kuliner tradsional Minang, ’’ ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Padang, Medi Iswandi kepada wartawan, kemarin (16/7).
Masing-masing tim peserta lomba, sambungnya, terdiri dari dua rang mudo, serta didampingi minimal satu orang bundo kandung yang bertugas memberikan arahan. Aturan seperti itu dibuat, agar rang mudo mampu membuat rendang dan masakannya bisa bersaing dengan peserta lain.
”Selain lomba rendang, kami juga menghadirkan stan-stan dari beberapa pelaku usaha kuliner tradisional. Kami sengaja melibatkannya, demi mempromosikan makanan tradisional Minang lain. Seperti, soto padang, kerupuk kuah, lompong sagu dan masih banyak lagi,” jelasnya.
Dalam kesempatan sama, Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah mengatakan, peluang Padang menjadi destinasi favorit wisatawan domestik maupun mancanegara sangat terbuka lebar. Untuk itu, pihaknya sangat serius membenahi tempat-tempat destinasi wisata di samping mempromosikannya.
”Dalam waktu dekat, insya Allah kami akan menjalin kerja sama dengan para pegiat wisata di Malaysia demi mempromosikan wisata halal yang kita canangkan ini. Jika kerja sama tersebut sukses, maka kami akan mendorong wisatawan Timur Tengah yang banyak ke Malaysia saat ini, juga diajak berwisata ke Padang,” jelasnya.
Di sisi lain, Asisten Deputi Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata RI, Raseno Arya menyebutkan, sebetulnya masih banyak makanan tradisional lain dan juga tak kalah kelezatnya. Namun, makanan tersebut kurang diekspos, serta tren masyarakat Minang saaat ini cenderung menyukai makanan luar negeri. ”Selain faktor tren, juga disebabkan kemasan masakan tersebut sangat menarik,” jelasnya.
Di sisi lain, hampir seluruh makanan tradisional Minang kecuali rendang, belum dikemas dan diolah secara optimal. Lain halnya dengan makanan tradisional daerah lain, seperti serabi bandung. Makanan tersebut mampu diolah dan dikemas secara modern. ”Hal demikian, harus menjadi perhatian serta fokus kita, agar makanan tradisional ini kembali terangkat dan berdampak positif terhadap perekonomian Sumbar,” pungkasnya.
Sementara itu Pengamat Pariwisata asal Unand, Dr Sari Lenggogeni menilai, Festival Kuliner serta Lomba Marandang ini mesti dikemas lebih profesional lagi, baik dari segi teknis maupun promosinya. ”Kalau saya perhatikan, festival ini masih perlu berbagai pembenahan terutama dari segi teknisnya. Seperti, tempat peserta lomba kurang representatif,” ujarnya.
Dalam mengadakan iven, sambungnya, banyak aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, lokasi pelaksanaan baiknya yang sudah ada traffic. Kedua, sosialisasi /promosi iven harusnya sampai ke target audience. Ketiga, ada web khusus tentang ”what happen in Padang in July?” atau “must do in Padang-July”. Lalu, buatkan seluruh atraksi iven/ kuliner yang menarik. (*)
LOGIN untuk mengomentari.