in

20 Tips Menulis untuk Pemula Maupun Profesional, Agar Otak Selalu Fresh dan Ide Senantiasa Cemerlang

Menulis kini bisa dilakukan oleh siapa saja. Dengan banyaknya peluang publikasi, baik di media cetak maupun online. Bila dikembalikan pada esensinya sebagai sebuah aktivitas menuliskan kata-kata, maka menulis pun sebenarnya bisa di mana saja dan kapan saja.Tidak mesti untuk tujuan publikasi. Contohnya adalah menulis diary di rumah, di mana diary hanya akan menjadi konsumsi pribadi penulisnya.

Seperti situs website Vebma.com ini, sesungguhnya adalah sebuah wajah keterbukaan media online untuk publikasi tulisan. Dengan berbagai kategori yang disediakan, para penulis, baik yang pemula maupun profesional, bisa berkreasi sebebas-bebasnya. Dengan tidak ditentukannya satu bidang tema, justru membuat Vebma.com menjadi begitu kompleks, mewakili citra modernitas cyber space.

Bahkan, untuk style menulis, pun tidak ada upaya penyeragaman dari manajemen situs tercinta kita ini. Biarlah semua dikembalikan pada style asli masing-masing penulis. Ada yang menulis dengan bahasa baku, banyak pula yang menulis dengan bahasa gaul. Semua akan diterima.

Kembali pada persoalan menulis, pada suatu hari, seseorang mengirim pesan Facebook kepada saya, “kenapa mbak Nadia banyak sekali menulis? Saya ingin bisa menulis juga seperti Mbak…” Tanyanya.

Maka saya justru bingung ditanya begitu. Karena saya sendiri masih merasa “lesu” dalam hal menulis. Produktivitas menulis saya masih jauh dibandingkan content writer lain yang luar biasa speednya. Karena saya jenis tipikal penulis “yang tidak bisa bekerja di bawah tekanan, tetapi saya menulis karena kecintaan.”

Maka saya pun memutuskan menjawab seadanya, “menulis adalah sebuah proses. Jika kita ingin menulis, tidak ada satu pun jalan untuk menghasilkan tulisan, selain dengan menulis itu sendiri. Menulis adalah editing dan editing. Kamu mau tahu berapa kali aku editing tulisan sendiri? Berkali-kali.”

Saya pun tergolong jenis penulis yang tidak bisa tenang kalau “belum bisa menghasilkan tulisan yang disukai diri sendiri.” Jadi pada semua tulisan saya yang terpublish, itu selalu melalui proses perenungan dan penerimaan oleh diri sendiri.

Begitulah penulis… mula-mula harus bisa berdamai dengan diri sendiri. Jika tidak bisa berdamai, mungkin dia akan tumbuh menjadi penulis introvert selamanya. Yang karyanya begitu otoriter, dipuji sedikit melayang bangga, dikritik sedikit mendadak terkapar tak berdaya.

Selain masalah krisis percaya diri, seorang penulis juga kerap mengalami krisis ide. Di mana ia merasa “mati idenya” tidak bisa lagi menghasilkan tulisan. Sudah berusaha menulis, tapi tidak sepatah kata pun yang berbobot keluar. Hal ini biasanya karena faktor kelelahan dan emosional yang sedang buruk.

Menulis melibatkan fisik dan psikis, jadi keduanya memang harus senantiasa dalam kondisi stabil. Terlalu banyak menulis, bisa membuat fisik drop. Dan terlalu lama tidak menulis, bisa membuat kreativitas menjadi kaku.

Bagaimana caranya agar fisik tidak drop, dan kreativitas terjaga? Caranya seperti orang sedang latihan kebugaran tubuh. “Alon-alon asal kelakon, ojo mandeg, sanajan wis remek…” Itulah bahasa Jawanya, artinya: “pelan-pelan saja asal kesampaian, jangan berhenti, walaupun sudah lelah…” Jadi untuk bisa menjaga stabilitas fisik dan kreativitas, seorang penulis itu harus senantiasa menulis. Tidak mesti harus “jadi tulisan”, yang penting menulis saja. Menulis ringan hingga dirinya merasa tenang dan kuat kembali.

Baiklah, sesuai dengan judul artikel ini,saya akan memberikan daftar 20 tips menulis untuk pemula maupun profesional agar otak selalu fresh dan ide senantiasa cemerlang:

1. Berikan dirimu seutuhnya untuk sebuah aktivitas menulis. Maksudnya, kalau mau menulis itu diri harus benar-benar niat terjun menulis. Jangan melakukan aktivitas lain, selain menulis…! Intinya, fokus!

2. Mulailah membuat judul. Ini adalah yang biasanya saya lakukan. Sebelum menulis, saya sudah menyiapkan judul. Dan judul yang dibuat selalu bersifat universal mewakili keseluruhan ide tulisan. Judul adalah maping yang mendasar.

3. Mulai menyusun paragraf demi paragraf. Beberapa orang menikmati cara menulis cepat, di mana semua paragraf ditulis dulu, barulah editing. Tapi kalau saya tidak demikian, saya justru editing bertahap, setiap paragraf dicermati dengan saksama. Tangan memang mengetik, tapi bola mata fokus menatap layar sambil editing.

4. Cara editing simultan, yaitu: editing saat sedang menulis, akan melatih penulis untuk terhindar dari typo.

5. Ingat satu hal dulu, bahwa yang lama dari proses menulis adalah editingnya. Penulis yang cerdas selalu mau edit tulisannya sendiri hingga layak dibaca. Meski sudah editing simultan, namun di akhir tetap akan ada editing lagi. Sebut saja, editing penghabisan.

6. Dari kelima poin di atas adalah poin yang umum, bagaimana proses menulis harusnya. Kini kita masuk ke poin khusus, tentang bagaimana ide bisa hadir.

7. Ide tulisan mula-mula terperangkap atau terwakili oleh judul. Judul sekaligus menjadi topik. Ketika kita merasa “macet di tengah jalan”, tidak bisa menulis lagi, pandangilah judul. Resapi lagi judulnya.

8. Ide menulis juga didapatkan dari memori. Di mana di memori kita telah tersimpan informasi hasil belajar selama ini. Seorang penulis harusnya banyak belajar. Banyak membaca informasi, agar memorinya kaya dengan bahan ide.

9. Semakin banyak membaca, maka akan semakin mudahlah kita menulis. Membaca di sini sebaiknya tidak dilakukan saat proses menulis. Tapi jauh-jauh hari sebelum menulis. Agar terhindar dari plagiarisme.

10. Plagiat adalah tindakan biadab. Seorang penulis sejati pantangan plagiat.

11. Tips menulis selanjutnya adalah biasakan menulis sampai jadi. Jadi di sini maksudnya biasakan untuk menulis secara utuh kerangkanya. Jangan berupa uraian yang terlalu singkat. “Tulisan jadi”akan mudah dikembangkan, bahkan jika harus “diinapkan pun” untuk ditulis esok hari.

12. Ide tulisan juga didapatkan dari banyaknya pengalaman aktivitas motorik. Jadi tidak hanya dengan visual banyak membaca. Seorang penulis yang hebat, juga harus banyak gerak. Mudahnya, banyaklah jalan-jalan piknik.

13. Aktivitas tamasya jalan-jalan akan memberikan ide yang faktual dan fresh. Namun kebanyakan jalan-jalan adalah bencana bagi seorang penulis, sebab, menulis selalu butuh “kediaman”, duduk tenang, tidak jalan-jalan terus.

(Baca Juga: 20 Tips Mengoleksi Buku “Ribuan Eksemplar”dalam Sekejap, Cocok Buat Kamu yang Mengaku Pecinta Buku dan Hobi Membaca)

14. Banyak bergaul di komunitas menulis. Namun sempitkan pergaulan hanya dengan orang-orang yang mumpuni. Mungkin ini terkesan pilih-pilih teman, tapi begitulah harusnya penulis tumbuh. Jangan sampai komunitas justru membuat seorang penulis hanya hanyut dalam pergaulan untuk main-main belaka. Banyak cakap, sedikit kerja. Itu bahaya!

15. Biasakan membaca tulisan sendiri dan yakinkan diri bahwa kamu menerimanya. Bahwa tulisanmu memang sudah sempurna!

16. Tulisan adalah harga diri! Kalau kamu saja tidak suka, jangan paksa orang lain untuk suka.

17. Membiasakan diri membuat arsip. Karena arsip akan menjadi portofolio karirmu di bidang kepenulisan.

18. Menulis tanpa arsip, sama saja membuang sampah ke tong sampah. Kamu tidak akan pernah bisa mengaksesnya lagi…! Dan ini akan bahaya bila kamu adalah seorang penulis yang bekerja pada sebuah media. Arsip itu maksudnya, kamu mesti punya copy-an dari tulisanmu.

19. CIntailah profesimu sebagai penulis. Karena kecintaan akan membawa pada dedikasi tinggi.

20. Berdoalah pada Tuhan agar senantiasa diberi kesehatan. Sangat penting!

Begitulah 20 tips menulis untuk pemula maupun profesional. Silahkan dibaca dengan saksama! Dan jika berkenan, silahkan dipraktekkan! Selamat menulis di Vebma.com… semoga untuk selanjutnya, artikelmu approve semua, Aamiin!

What do you think?

Written by virgo

Usia 59 Tahun Berjuang Demi Masyarakat Lebih Luas

Antonio Valencia Yakin MU “Treble Winners”