Kemarau pada tahun ini mengakibatkan sebanyak 22 wilayah kabupaten di Jawa Tengah mengalami kekeringan sehingga mereka membutuhkan bantuan air.
PEKALONGAN – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo menyatakan sejumlah wilayah di Jateng sudah masuk dalam kategori darurat bencana kekeringan pada musim kemarau tahun ini. Sebanyak 22 wilayah kabupaten di Jateng sudah mengalami kekeringan.
“Kami minta bantuan masyarakat untuk melaporkan ke pemda apabila wilayahnya dilanda kekeringan. Bagi daerah yang sulit dilakukan penyaluran air bersih, akan dilakukan pembuatan sumur dalam dan pompa pemipaan rekayasa,” kata Ganjar, usai membuka acara pameran Kreasi dan Inovasi se-Jateng, di Kota Pekalongan, Jumat (15/9).
Menurut Ganjar, untuk mengatasi persoalan kesulitan air bersih, Pemerintah Provinsi Jateng sejak Juni 2017 sudah melakukan rapat koordinasi dengan beberapa unsur terkait membahas masalah kekeringan itu.
Pada rapat koordinasi itu, diputuskan untuk jangka pendeknya, yaitu menyiapkan dropping (pengiriman) air yang akan disalurkan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), perusahaan, dan pemda.
Ganjar berharap kepala daerah berpartisipasi apakah kepala desa atau camat memantau sehingga begitu terjadi kekeringan segera dilaporkan. Saat ini banyak perusahaan, baik BUMN maupun BUMD, dan perusahaan swasta yang berniat membantu Pemprov Jateng melalui corporate social responsibility dalam mengatasi kekeringan di beberapa daerah.
Sementara itu, Bupati Gresik, Jawa Timur, Sambari Halim Radianto berencana membangun seribu sumur di wilayah itu pada anggaran 2018. Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah kekeringan kritis yang ada di beberapa desa setempat. Rencananya dibangun seribu sumur di 914 dusun yang ada di Gresik. Minimal ada satu sumur di setiap dusun.
Sambari mengaku upaya pembangunan sumur dilakukan karena aktivitas pengerukan waduk yang selama ini dilakukan dinilai kurang efektif. “Saya kira mengeruk waduk ini tidak terlalu efektif. Mengingat di saat kemarau panjang seperti ini, waduk dengan debit air tinggi sekalipun pasti mengalami kekeringan,” katanya.
Oleh karena itu, perlu membuat program mencari air bawah tanah untuk mengurangi bahaya kekeringan yang selalu mengancam masyarakat Gresik. Sumur yang dibangun bukan sumur resapan atau sumur yang dangkal. Pemerintah Kabupaten akan meminta bantuan untuk mencari sumber air di dusun tersebut. Sambari yakin di setiap dusun pasti ada sumber air.
Sementara Kepala bagian Humas dan Protokol Pemkab Gresik, Suyono mengatakan, rencana itu dilakukan sebagai antisipasi meminimalisir bencana kekeringan yang terjadi setiap tahun di Gresik.
“Dengan membangun sumur, setidaknya memberikan keamanan kepada masyarakat dari bahaya kekeringan. Kami harap setelah dibangun sumur, desa terdampak kekeringan di Gresik semakin kecil, atau bahkan sudah tidak ada lagi desa yang krisis air,” katanya.
Sebelumnya, berdasarkan data BPBD Gresik sebanyak 32 desa di wilayah itu saat ini mengalami kekeringan kritis dan membutuhkan segera pengiriman air bersih. Jumlah itu menurun dibanding lima tahun lalu yang mencapai 100 desa.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo mengaku telah menerima laporan resmi dari enam bupati yang menyampaikan wilayahnya mengalami darurat kekeringan akibat musim kemarau tahun ini. “Kepada enam daerah yang mengalami kekeringan akan segera dikirim air bersih untuk membantu masyarakat setempat,” ujar Soekarwo.
Dari enam kabupaten yang sudah melaporkan darurat kekeringan, lima di antaranya yaitu Pasuruan, Mojokerto, Sampang, Pamekasan, dan Probolinggo.
Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jawa Timur, mengimbau kepala daerah lainnya yang wilayahnya terdampak kekeringan juga melaporkannya ke provinsi sehingga bisa dilakukan pengiriman air bersih. SM/SB/Ant/N-3