Jakarta (ANTARA) – Serial live-action “Star Wars: The Acolyte” produksi Lucasfilm yang menjadi bagian dari waralaba Star Wars karya George Lucas tayang hari ini dengan dua episode pertama di layanan pemutaran film Disney+ Hotstar.
“Star Wars: The Acolyte” diciptakan oleh Leslye Headland, yang juga berperan sebagai produser eksekutif dan sutradara untuk beberapa episode serial ini.
Serial ini mengisahkan sebuah investigasi terhadap kejahatan beruntun yang mengejutkan, mengadu seorang Jedi Master yang dihormati dengan seorang pejuang berbahaya dari masa lalunya. Ketika semakin banyak petunjuk yang muncul, mereka menempuh jalan gelap di mana kekuatan jahat mengungkapkan bahwa semuanya tidak seperti yang terlihat.
Berikut lima fakta menarik serial “Star Wars: The Acolyte” dikutip dari keterangan resmi yang diterima pada Rabu.
Baca juga: Serial “Star Wars: The Acolyte” akan ditayangkan mulai 5 Juni
Dibintangi deretan aktor dan aktris papan atas
“Star Wars: The Acolyte” melibatkan aktor papan atas Lee Jung-jae, bintang serial populer “Squid Game” sekaligus pemenang piala Golden Globe untuk Best Television Actor–Drama Series yang berperan sebagai Master Sol, pusat dari konflik cerita serial ini.
Selain itu, serial ini juga dibintangi Amandla Stenberg sebagai Mae Aniseya, Manny Jacinto sebagai Qimir, Dafne Keen sebagai Jecki, Charlie Barnett sebagai Yord.
Lalu ada Jodie Turner-Smith sebagai Mother Aniseya, Rebecca Henderson sebagai Vernestra Rwoh, Dean-Charles Chapman sebagai Master Torbin, Joonas Suotamo sebagai Kelnacca, dan Carrie-Anne Moss sebagai Master Indara.
Mengedepankan penggambaran era kejayaan Jedi
“Star Wars: The Acolyte” menampilkan galaksi di era puncak kejayaan Jedi, yang belum pernah diperlihatkan dalam film maupun serial Star Wars lainnya.
Warna menjadi kunci visual utama untuk mencerminkan era kejayaan tersebut, sekaligus menggambarkan motivasi samar-samar dari para karakter dibandingkan pembatas yang jelas antara kebaikan dan kejahatan, yang banyak ditunjukkan dalam berbagai proyek Star Wars.
Elemen koreografi pun juga banyak ditampilkan, seperti seni bela diri, pertarungan dengan tangan kosong dan senjata untuk menguatkan adegan aksi dari para karakter.
Baca juga: “Star Wars Episode I: The Phantom Menace” kembali tayang di bioskop
Diproduksi oleh otak kreatif dibalik film “Star Wars: The Rise of Skywalker”
Kevin Jenkins, yang juga mengerjakan desain produksi untuk “Star Wars: The Rise of Skywalker”, berusaha membangun berbagai dunia baru untuk “The Acolyte”, yang berlatar waktu 100 tahun sebelum film-film Star Wars lainnya.
Kevin juga menciptakan versi galaksi yang lebih tua dan damai daripada yang biasanya ditunjukkan dalam Star Wars sejauh ini. Ia berusaha mengembangkan bahasa visualnya sendiri dan membayangkan ulang segalanya, seperti desain pesawat luar angkasa hingga gaya lampu yang digunakan dalam interior.
Baca juga: Ubisoft rilis gim “Star Wars: Outlaw” pada 2024
Banyak referensi tone dari film yang berbeda-beda
Kreator sekaligus produser eksekutif Leslye Headland mengungkapkan “Star Wars: The Acolyte” mengambil inspirasi dari berbagai film, seperti “Kill Bill”, “Frozen”, “Crouching Tiger, Hidden Dragon” dan film seni bela diri Wuxia lainnya.
“Bagi saya, Star Wars selalu mengenai anggota keluarga dengan keyakinan yang berlawanan dan drama yang muncul karena hal tersebut. Saat mengerjakan ‘The Acolyte’, saya mengambil inspirasi dari media yang memperlihatkan dinamika keluarga sambil menikmati tontonan,” ungkap Leslye.
Baca juga: Mark Hamill merasa cukup perankan Luke Skywalker di “Star Wars”
Musik dikerjakan oleh pemenang piala Oscar tahun 2017
Michael Abels, sosok di balik scoring “Get Out”, film pemenang piala Oscar tahun 2017 sekaligus pemenang dari World Soundtrack Award untuk film “Us”, terlibat dalam pengerjaan scoring dan musik untuk serial ini. Michael mengaku dirinya merasa tertantang untuk menyeimbangkan warisan musik instrumen dari Star Wars dengan sesuatu yang baru.
Dirinya mengatakan terdapat beberapa momen yang musiknya terdengar khas Star Wars, sehingga terasa hidup bersama seluruh galaksi. Namun, ada kalanya juga terdapat momen yang belum pernah ditampilkan di film atau acara lain.
“Ada saat-saat yang terasa familiar, ada pula yang terasa asing, dan ini memang disengaja. Jadi kami mulai mengerjakan bagian mana yang akan berada pada satu sisi spektrum atau sisi lainnya,” jelas Michael.
Baca juga: Film “Star Wars: Rogue Squadron” lanjut digarap setelah lama berhenti
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024