Akibat Longsor, Transportasi di Kota Solok Terputus 8 Jam
Titik-titik longsor di Jalan Negara Sumbar-Riau, mulai dari kawasan Kelok Sembilan sampai ke lokasi jalan yang masih putus total di kawasan Sibumbun, Pangkalan, Limapuluh Kota, ternyata tidak sedikit.
Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi menghitung, ada 64 titik longsor di sepanjang jalan yang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat Sumatera Barat tersebut.
“Tadi, saat mendampingi Kapolda Sumbar, menyaksikan pembersihan material longsor di jalan Sumbar-Riau dan lokasi banjir di Pangkalan, saya bersama kawan-kawan, menghitung manual, titik-titik longsor. Jumlahnya, ternyata tidak hanya 13 titik, tapi 64 titik. Ada yang berat, sedang, dan ringan,” kata Irfendi Arbi kepada Padang Ekspres, Sabtu (4/3).
Irfendi belum memberi komentar, terkait penyebab muncul-munculnya titik-titik longsor yang mengundang maut tersebut, Dia hanya menyebut, Pemkab Limapuluh Kota diback-up BNPP, Pemprov Sumbar, TNI, Polri, masih fokus melakukan tanggap darurat yang sudah ditetapkan selama tujuh hari.
Pantauan Padang Ekspres, titik-titik longsor di Jalan Sumbar-Riau itu tidak datang sendirinnya. Sebagian besar, diduga terjadi akibat adanya aktifitas galian C, terutama penambangan batu yang dilakukan dari atas bukit dan tebing.
“Lihatlah, penambangan batu di jalur Sumbar-Riau, wajar terjadi longsor, tiap sebentar. Bisa jadi, penambangan batu itu sudah tidak lagi dilakukan dengan cara manual, tapi pakai alat lain. Untuk itu, perlu penegakan dan ketegasan hukum. Kalau tidak, setiap musim hujan, akan begini terus, longsor dan longsor,” kata Haji Desra, seorang pengendara jalan Sumbar-Riau, kemarin siang.
Desra mengharapkan, pemerintah daerah, melakukan kembali aksi penghijauan di sepanjang jalan Sumbar-Riau.
“Ketika Raja Salman dan Presiden Jokowi menanam kayu ulin di Istana Bogor, saatnya pemda dan pemprov, menggencarkan reboisasi di sepanjang jalur Sumbar-Riau, untuk mencegah longsor yang penangananannya membutuhkan biaya besar,” ujarnya.
Reboisasi di sepanjang jalur Sumbar-Riau ini, tukuk Desra, menjadi sangat penting, karena jalan tersebut urat nadi ekonomi Sumbar.
“Kalau jalan rusak, komoditas yang dihasilkan Sumbar, seperti sembako dan sayur-sayur, tak laku dijual ke Riau. walau harganya selangit. Sedangkan di Riau, dampaknya juga hebat, akan terjadi ekonomi biaya tinggi,” kata peternak ayam petelur ini.
Terpisah, Wakapolres Limapuluh Kota Kompol Eridal menyebut, informasi yang didapatnya, tujuh unit mobil. Walau juga ada informasi, yang menyebut delapan mobil. “Informasi yang kami dapat, tujuh mobil. Terdiri dari dua colt diesel, dua mobil L-300, dan sisanya mobil pribadi,” ujarnya.
Polisi juga memastikan, jalan negara Sumbar-Riau pada saat ini, baru bisa dilewati sampai ke Pangkalan, dengan kondisi longsor yang masih mengintai di kawasan Kotoalam dan Manggilang. “Potensi masih membahayakan, bagi pengguna jalan. Terutama, dalam kondisi hujan, seperti sekarang,” ujarnya.
Longsor di Laing, Kota Solok
Tak hanya di Limapuluh Kota, tingginya intensitas hujan semenjak sepekan terakhir kembali memicu longsor di kawasan Laing Pasir, Kelurahan Laing, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok, hingga ruas jalan satu-satunya di daerah itu tidak bisa dilalui, Sabtu (4/3).
Material longsor kali ini bahkan diperparah oleh material tanah megaproyek Pembangunan Jalan Lingkar Utara, tiap hari pengguna jalan terpaksa bergelimang lumpur.
Atas amblasnya material tebing menimpa badan jalan laing pasir, tepatnya di persimpangan Balai Benih Ikan (BBI) Sarasah Batimpo, pada Sabtu dinihari, sempat membuat akses transportasi terputus total hampir 8 jam.
Puluhan pengendara dari arah Saok Laweh – Laing Taluak pun tapakiak. Sampai akhirnya petugas Dinas PU datang ke lokasi melakukan pembersihan dengan mengerahkan satu unit alat berat.
“Sejak semalam mobil saya ikut terjebak di sini, berbalik arah tak bisa, akibatnya saya dicaci-maki induk semang. Maklum barang yang saya bawa harus sampai di Kota Padang pagi hari, setelah sebelumnya sempat mampir ke tempat keluarga di Laing,” cetus Martias, seorang sopir truk ekspedisi dengan muka kecewa berat.
Pantauan Padang Ekspres, ruas jalan yang tertutup longsor mencapai lebih 20 meter, terdiri dari reruntuhan tanah tebing bercampur bebatuan, ditambah material tanah bekas galian proyek jalan lingkar yang berada persis di atas lokasi.
Daripada berbelok puluhan kilometer ke arah Saok Laweh, Kabupaten Solok, belasan pengendara berusaha nekat menerobos jalan berkubang lumpur, begitupun sebaliknya.
Untuk percepatan evakuasi material pengganggu, hingga kemarin sore sejumlah pekerja lapangan terlihat antusias melakukan pembersihan menggunakan satu unit alat berat jenis bulldozer, dengan cara mengukut dan mendorong material ke jurang sisi kiri badan jalan dari arah Laing Taluak.
Entah karena kurangnya pengawasan dari dinas terkait, tanah buangan material longsor malah diarahkan ke jurang hingga mengancam aliran sungai larangan Sarasah Batimpo Indah.
Tak lain sumber irigasi utama areal pesawahan produktif di kawasan itu, berikut sumber pengairan BBI Laing. Atas fenomena itu warga kian khawatir bila sewaktu-waktu aliran sungai sarasah meluap menghantam areal pesawahan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Tokoh Masyarakat Laing, Pono,60, kawasan Laing Pasir adalah daerah langganan bencana, terutama bencana banjir bandang dan longsor.
Banjir bandang senantiasa datang akibat luapan Batang Sarasah, ujung-ujungnya menghantam ratusan hektar areal pesawahan masyarakat. Begitu pula bencana longsor akibat permukaan tebing yang labil, berikut aktivitas penambangan gaian C.
“Areal pesawahan di Laing Pasir merupakan sumber pangan terpenting di daerah Laing, jika dilanda bencana, dipastikan akan berdampak buruk terhadap ketersediaan stock pangan masyarakat. Seperti musibah banjir bandang di tahun 2012 silam, warga akhirnya mengalami masa sulit, paceklik,” beber Pono.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solok, Ori Afilo, mengaku melakukan langkah cepat pasca- longsor di daerah Laing Pasir. Sejauh ini dilaporkan rumah penduduk yang rusak, begitupun korban jiwa.
“Lokasi bencana kebetulan berada di daerah pesawangan. Rumah penduduk ada sekitar 3 unit, namun keberadaannya berpencar. Sebagai langkah tanggap darurat, kita sudah bersosialisasi agar warga tetap waspada,” tegas Ori. (*)
LOGIN untuk mengomentari.