in

Ada Firasat tak Enak, Berharap Keringanan Kredit

Kebakaran hebat yang melanda Pasa Ateh, Bukittinggi menjadi pukulan telak bagi para pedagang. Ada yang pingsan dan terkulai lesu melihat toko mereka dilalap api. Sebagian lagi, sibuk menyelamatkan barang yang tersisa. Ada pula yang memikirkan kelanjutan usaha karena masih berutang ke bank.

”Saya sudah punya firasat tidak enak. Hari biasanya barang dagangan dibawa pulang ke gudang. Namun, karena ada pengecer yang pesan barang Minggu (29/10) tidak jadi datang dan janjinya ditunda hari ini (kemarin, red), untuk ambil barang. Karena itu, barang yang ada di toko tidak dibawa pulang,” ungkap Gustina, 42, pemilik Toko ND Grosir terduduk lesu didampingi suami dan kakak sepupunya.

Ibu lima anak yang biasa disapa Titin ini mengaku baru saja memesan stok barang tersebut dari pemilik pabrik garmen di Jakarta. “Barang yang hangus terbakar itu umumnya stok baru. Baru datang dari Jakarta sekitar dua hari ini. Total belanja modal itu saja sampai Rp 650 juta. Itupun dapat sampai ke Bukittinggi karena pinjaman bank dan kepercayaan dari bos pabrik garmen langganan di Jakarta,” ungkapnya di hadapan anggota DPRD Bukittinggi, M Nur Idris yang meninjau lokasi kebakaran, kemarin.

Titin berharap ada keringanan dari pihak bank selaku pemberi kredit. Pasalnya, dia baru memulai usaha grosir itu sejak dua tahun terakhir dan belum memiliki asuransi. Dua unit ruko yang ditempatinya juga berstatus sewa. “Saya jual baju bermerek khas kaos Bukittinggi. Itupun grosiran dengan untung tipis agar cepat terjual. Saya bingung dengan apa mencari uang untuk melunasi pinjaman ini, anak saya lima orang masih kecil-kecil,” imbuhnya.

Hal senada dialami Lili Mustafa, 47, pemilik Toko Haji Farida yang menjual baju kurung, jilbab, mukena dan serba-serbi perlengkapan ibadah haji. Saat api berkobar, Lili mengaku masih berada di kediamannya di Padang. Dia mendapat kabar duka itu dari karyawan dan kerabatnya di Bukittinggi. 

Usai mendengar kabar itu, dia bergegas berangkat ke Pasa Ateh, namun sayang dia hanya mendapati toko kesayangannya dan barang dagangan sudah jadi abu. “Astagfirullahalazim, lah duo kali kadai awak tapanggang. Lah abih bana wak mah,” ujarnya pasrah.

Lili menuturkan, dia berdagang di Pasa Ateh Bukittinggi sekitar dua dekade silam. Usaha itu diwarisi orangtuanya. Kemudian, dia kembangkan lewat pinjaman kredit bank. Sejak lima tahun belakangan, usahanya mulai sepi pembeli karena tokonya berlokasi di lantai dua blok C.

“Pembeli akhir-akhir ini sangat sepi. Akses masuk ke blok C sangat kurang strategis. Namun untuk memenuhi kebutuhan anak sekolah, harus tetap bertahan. Kami tidak punya asuransi. Kami sangat terpukul,” ujarnya.

Pantauan Padang Ekspres, ribuan pedagang dari pemilik kios, juragan, hingga karyawan dan keluarga korban kebakaran memadati kawasan Pasa Ateh Bukittinggi. Ada yang bertugas menjaga barang yang berhasil diselamatkan. Ada pula yang bolak-balik ke luar masuk kios untuk membongkar barang ke tempat aman. 

Pengunjung yang menyaksikan peristiwa tragis itu, juga tidak kalah antusias. Pelataran Jam Gadang penuh sesak. Ruas jalan utama di sekeliling pasar tumpah ruah.

Para pedagang terlihat lesu. Namun, perasaan campur aduk itu tidak berlangsung lama. Tidak sedikit, pedagang terlihat tegar dan pasrah menerima keadaan. Tim relawan kesehatan, juga tidak dapat berbuat banyak melarang korban terlalu dekat ke sumber api.

“Setelah diberi obat seadanya, mereka kembali berhamburan ke area pertokoan untuk menyelamatkan barang di bawah kepulan asap. Ada enam orang yang mengalami luka bakar dan dua lainnya pingsan usai menghirup asap,” ujar Mulhendra, koordinator Lapangan Tim Relawan RSAM Bukittinggi. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Mengaku Keponakan Kapolri, Gondol Rp 1,7 M

1042 Pedagang Pasa Ateh Direlokasi