Dibandingkan dengan kisah-kisah demikian, cerita tentang agen rahasia yang berpetualang keliling dunia jadi terasa tidak terlalu menarik. Tidak ada satu pun alien atau penyihir. Beberapa pengamat film menyebut “Black Widow” tak ubahnya seperti film agen rahasia dengan peralatan canggih seperti “James Bond”.
Laman The Verge melaporkan bahwa “Black Widow” secara teknis memulai fase keempat MCU, yang mencakup “Eternals” dan “Shang-Chi and Legend of the Ten Rings”. Namun “Black Widow” dianggap oleh sejumlah pengamat film sama seperti film-film Marvel terdahulu yang lugas, sehingga tidak terasa seperti film pahlawan super yang kini sering dipertontonkan MCU.
Baca juga: “Black Widow” akan hadir dengan rasio lebih luas di Imax
“Black Widow” dimulai dengan ritme yang tenang, bercerita tentang stereotip satu keluarga kecil di sebuah pinggiran kota kecil. Keluarga ini tampak harmonis dan seperti keluarga kecil bahagia bak dalam iklan televisi, namun ternyata palsu.
Sang ayah rupanya adalah anggota dari pasukan tentara super Rusia, Alexei Shostakov, alias Red Guardian (David Harbour). Kemudian sang ibu adalah Melina Vostokoff (Rachel Weisz), yang ternyata adalah seorang mata-mata merangkap ilmuwan hebat. Mereka dikaruniai dua orang anak perempuan Natasha Romanoff (Scarlett Johansson) dan Yelena Belova (Florence Pugh).
Ritme tenang itu berubah menjadi adegan pemicu adrenalin, ketika penyamaran mereka terbongkar dan keluarga kecil bahagia itu terpaksa melarikan diri ke Kuba.
Cerita kemudian maju cepat 21 tahun. (Secara kronologis, itu terjadi tepat setelah Captain America: Civil War.) Romanoff dalam pelarian, diburu oleh kepala organisasi misterius yang dikenal sebagai Red Room, yang juga merupakan kelompok di balik program Black Widow.
Akhirnya, Romanof bekerjasama dengan saudara perempuannya yang terasing setelah sekian lama, yang rupanya juga dilatih dalam program Black Widow. Keduanya lalu berupaya untuk menjatuhkan Red Room.
Meksipun dinilai “ketinggalan jaman” untuk rata-rata film baru keluaran MCU, “Black Widow” memiliki banyak keunggulan dari film mata-mata klasik. Ada kelompok jahat yang curang (Red Room menggunakan pengendalian pikiran untuk melakukan banyak hal jahat), kemudian ada tamasya jet-set ke beberapa negara di seluruh dunia seperti Kuba, Maroko, dan Norwegia.
Ada pula teknologi super canggih yang menjadi incaran semua orang di dalam film tersebut, yang kali ini adalah serum rahasia yang mampu menghilangkan efek samping dari pengendalian pikiran. Sama seperti film spionase pada umumnya, tentu ada banyak pelarian berani yang memicu adrenalin dan mengejutkan seperti tembakan dan tentu saja ledakan.
Tidak lengkap rasanya bila tokoh utama dalam film spionase tidak memiliki teman samar untuk memenuhi kebutuhan si tokoh. Dalam hal ini Romanoff memiliki teman samar yang bisa mendapatkan apa pun yang dia butuhkan, entah itu trailer untuk bersembunyi atau helikopter untuk terbang ke Rusia.
Sebagai film aksi, film ini solid, dengan banyak potongan-potongan yang menyenangkan untuk dilihat dan penjahat yang sangat mengancam karena memiliki kekuatan luar biasa. Setelah jantung dipacu ketika menyaksikan adegan-adegan menegangkan, penonton akan disajikan dengan beberapa adegan humor yang mengundang gelak tawa. Meskipun beberapa tampak terkesan “receh”, namun adegan humor ini mampu mengangkat alur cerita.
Kendati ada banyak referensi lain untuk film-film MCU, para penggemar Black Widow akan dipuaskan dengan latar belakang Romanoff yang digali dengan sangat dalam.
Baca juga: Scarlett Johanson siap luncurkan produk di lini kecantikan
Baca juga: Kesan Florence Pugh, Rachel Weisz, dan David Harbour bergabung di MCU
Baca juga: “Black Widow” buka pintu untuk karakter baru di MCU Phase 4
Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2021