in

Adab Guru Dalam Mengajarkan Ilmu

Maizendra, M.Pd
GURU PAI SMP NEGERI 11 PADANG

Dalam konsep pandangan Islam, guru merupakan mu’addib (pendidik), karena tugas guru memang mengajarkan ilmu dan adab kepada peserta didiknya. Kesuksesan dan kegagalan dunia pendidikan dapat dilihat dari gurunya.

Sebab guru itu lebih utama dan bahkan lebih penting dari pada metode, dan jiwa guru lebih penting dari guru itu sendiri. Bahkan terdapat ungkapan yang mendasar “guru kencing berdiri murid kencing berlari”.

Artinya apa? adab itu akan didapatkan dari guru yang mempunyai adab, bukan dari guru yang berilmu. Guru yang berilmu belum tentu memiliki adab. Jika ditanya, kenapa belajar adab itu lebih penting dari pada belajar ilmu? Karena Ilmu tanpa adab bagaikan pohon yang tidak berdaun yang berada ditempat yang tandus.

Pernyataan di atas memberikan penekanan bahwa perbaikan pendidikan dimulai dari perbaikan jiwa guru, yakni dari cara pola pikir dan amaliahnya. Dan itu harus dimulai dari pendidikan guru yang benar.

Kewajiban memberikan contoh yang baik dan benar kepada murid adalah suatu kewajiban guru, karena guru merupakan model yang berperan ditengah-tengah lingkungan pendidikan. Segala bentuk kegiatan, penampilan, ucapan, dan aktivitas yang ia munculkan dalam keseharian dilingkungan sekolah akan direspon langsung oleh anak didiknya, maka sangat perlu kiranya guru memiliki adab sebelum mengajarkan ilmu kepada murid.

Mengutip ungkapan Imam Al Ghazali yang “Adab orang alim (guru), yakni: tidak berhenti menuntut ilmu, bertindak dengan ilmu, senantiasa bersikap tenang, tidak takabur dalam memerintah atau memanggil seseorang, bersikap lembut terhadap murid, tidak membanggakan diri.

Mengajukan pertanyaan yang bisa dipahami orang yang lamban berpikirnya, merendah dengan mengatakan, “Saya tidak tahu,” bersedia menjawab secara ringkas pertanyaan yang diajukan penanya yang kemampuan berpikirnya masih terbatas, menghindari sikap yang tak wajar, mendengar dan menerima argumentasi dari orang lain meskipun ia seorang lawan”.

Dari pernyataan di atas dapat kita uraikan tentang adab guru sebelum mengajarkan ilmu kepada muridnya adalah adab pertama, guru tidak berhenti dalam menuntut ilmu. Seorang guru tidak boleh merasa cukup dengan ilmu yang telah dimiliki, namun diwajibkan untuk selalu memperbaharui dan menambah wawasan ilmu sesuai dengan tingkat kemampuan keprofesian.

Karena guru merupakan sumber utama yang akan memberi ilmu kepada muridnya. Bagaimana jika seorang guru kurang ilmu, maka akan mengurangi kualitas semua muridnya dalam belajar. Apalagi sesuatu yang tidak diketahui disampaikan kepada muridnya, ini yang lebih menyesatkan lagi. Sebagaimana Rasulullah pernah menegaskan

“Janganlah Kamu sampaikan sesuatu yang berada diluar pengetahuanmu, jika kamu tidak mengetahui, maka lebih baik diam”. Adab Kedua adalah guru harus bertindak dengan ilmu. Memberikan suatu nasehat dan teguran kepada murid harus dengan ilmu.

Setiap ungkapan dan tindakan yang di keluarkan, baik secara lisan ataupun perbuatan akan mempengaruhi psikolgis seorang murid. Maka dari itu sebelum bertindak, guru harus berilmu dalam setiap tindakan. Karena tindakan yang dilakukan oleh guru sudah termasuk ilmu yang akan didengar, dilihat dan diamati oleh murid.

Adab ketiga adalah guru harus senantiasa bersikap tenang. Guru yang berilmu akan melihatkan wibawa ketenangan dan ungkapan yang terarah.  Sebab guru berilmu tentu bersikap tidak gegabah dalam menghadapi berbagai persoalan.

Inilah salah satu hal yang membedakan antara orang berilmu dan orang tak berilmu. Terlebih dalam menghadapi murid-murid yang menjadi tanggung jawabnya dalam mendidiknya di sekolah.

Adab keempat adalah guru tidak boleh takabur memberikan ilmu. Setiap ilmu yang disampaikan kepada murid atas dasar pengetahuan yang telah dipelajari, hendaknya guru mampu bersikap rendah hati dan tidak takabur apalagi merasa pendapat dan ilmu kita yang paling benar. Disini dapat tegaskan guru yang beradab dengan guru tidak beradab akan terlihat perbedaannya dari cara mengajarkan suatu ilmu kepada murid.

Adab kelima adalah bersikap lemah lembut dan tegas  kepada murid. Setiap guru harus memperhatikan bahasa yang mesti ia keluarkan kepada muridnya. Ada bahasa lemah-lembut yang mesti disampaikan untuk menyentuh hati seorang murid dalam belajar. Ada pula bahasa tegas dan lugas yang digunakan dalam memberikan ilmu kepada murid disaat-saat tertentu.

Tidak heran seorang murid merasa ketakutan dengan guru yang kejam, sehingga murid berusaha untuk berbohong dalam menghindari sesuatu permasalahan yang dihadapi. Sehingga disinilah dapat tergambar bahwa potret guru sebagai seorang pendidik, harus wajib belajar adab sebelum mengajar suatu ilmu.

Ada keenam adalah guru harus mempertimbangkan dalam memberikan pertanyaan. Tingkat kemampuan seorang murid tidaklah sama. Cara belajar mereka juga berbagai berbeda-beda.

Maka disini guru juga mesti bijak jika didalam memberikan suatu pertanyaan. Berikanlah bertanyaan yang sesuai dengan tingkat kemampuan, pengalaman dan penguasaan masing-masing murid.

Jika tidak bijak didalam memberikan pertanyaan, maka akan berdampak tidak baik kepada murid. Murid akan merasa prustasi dan merasa kesulitan sehingga munculkan rasa tidak nyaman belajar dengan gurunya. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu banyak guru harus belajar dan mempelajari berbagai macam ilmu sesuai dengan tingkat keahliannya.

Adab ketujuah adalah guru harus menghindari bersikap yang tidak wajar. Seorang guru sebagai pendidik anak bangsa hendaknya bijak dan bersikap wajar sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku disekolah. Jangan terlalu melihatkan sikap keras ataupun sebaliknya jangan  terlalu bersikap lembut.

Sikap guru yang keras akan membuat muridnya tidak kreatif dan tersiksa batin, dan tidak konsentrasi dalam belajar. Begitu juga dengan sikap terlalu lembut akan membuat murid merasa meremehkan dan kurang menghormati apa yang diperintahkan oleh gurunya. Maka dari itu, berikan ketegasan sesuai dengan permasalahan.

Berikan kelembutan sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Demikianlah tujuh adab guru sebagai pendidik anak bangsa. Harapan orang tua yang telah ditompangkan dipundak seorang guru.

Tanggung jawab besar agar kelak anaknya dapat dididik dengan baik sesuai tingkat perkembangan dan kemampuannya. Berilmu dan beradabnya seorang murid sangat ditentukan ditangan guru yang beradab dan berkualitas ilmu pengetahuannya.(***)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Apa Itu Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset)

Tim Dokter Muda FK Unand Bikin ‘Rapor Cemerlang’ Atasi Wasting Cegah Stunting