Kagum dengan Ranah Minang, Telepon SBY dan Ani
Gagal dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta bukan berarti karir Agus Harimurti Yudhoyono berakhir. Putra pertama Presiden keenam RI ini justru dinilai banyak pihak potensial meneruskan jejak sang ayah, menjadi pemimpin masa depan republik ini. Banyak harapan tertumpang padanya ketika berkunjung ke berbagai daerah, termasuk saat di Sumatera Barat.
DALAM beberapa hari ini, Agus Harimurti Yudhoyono yang sejak pencalonan sebagai Gubernur DKI Jakarta akrab disapa dengan singkatan namanya AHY, berkunjung ke Sumbar. Masuk ke kampus mengisi kuliah umum, bertemu generasi muda, para mahasiswa serta masyarakat umum.
Tadi malam (26/9), Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute itu, berkesempatan berkunjung dan berdiskusi dengan jajaran pimpinan dan awak redaksi Padang Ekspres Group di Adinegoro Room, Graha Pena Padang.
Agus mengungkapkan, ayahnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang bergelar Yang Dipertuan Maharajo Pamuncak Sari Alam dan ibunya Ani Yudhoyono bergelar Puan Puti Ambun Suri, sering bercerita tentang Sumbar. Bahkan sebelum berangkat ke ranah Minang, Agus dua jam bertemu dan bicara dengan ayah dan ibunya.
Mulai dari begitu antusiasnya sambutan masyarakat hingga kenangan pertemuan tingkat tinggi dengan Perdana Menteri Malaysia di Bukittinggi semasa mengabdi sebagai Presiden RI.
“Saya sangat terharu dengan begitu luar biasanya sambutan masyarakat selama dua hari ini saya di Sumbar. Saya merasakan kehangatan masyarakat Minangkabau. Tadi (kemarin, red) saya juga berkomunikasi dengan Pak SBY dan Ibu Ani. Beliau mengungkapkan hal serupa. Sumbar sangat menyenangkan,” ungkap Agus.
Suami artis Anisa Pohan ini lebih lanjut menyebutkan keinginan besarnya datang ke Sumbar sudah ada sejak lama, namun baru sekarang terwujud.
“Kami mengunjungi sejumlah kampus mengisi kuliah umum, bertemu generasi muda dan masyarakat, gubernur, lalu ke Limapuluh dan Payakumbuh hingga diajak Bupati ke Jembatan Kelok Sembilan. Lalu ke Ngarai Sianok dan Jam Gadang serta ke Pasar Ateh untuk menikmati kuliner. Saya sangat senang,” ujar tokoh muda jebolan Harvard University dalam diskusi yang dipandu Pemred Padang Ekspres, Heri Sugiarto.
Agus juga berbagi cerita tentang keputusannya mundur dari militer dan maju menjadi calon gubernur di Pilkada DKI Jakarta. “Sehari sebelum ke KPU saya masih memimpin latihan pasukan militer di Darwin, Australia. Saya sama sekali tidak ada rencana mengakhiri karir militer yang sudah saya jalani selama 16 tahun. Ketika 22 September 2016 itu saya mendapat telepon untuk dicalonkan. Saya merasakan kegalauan kemudian shalat istiqarah, lalu mengambil keputusan dan menerima tawaran itu,” bebernya.
Namun demikian, dia tidak pernah menyesali keputusan tersebut. “Saya tidak berlama-lama kecewa. Saya cepat move on. Saya dapat mengambil hikmah dari yang telah saya lalui. Buktinya, saya sekarang dapat leluasa mengunjungi berbagai daerah di Indonesia,” ungkapnya.
Setelah Pilkada DKI, dia sering berkunjung ke berbagai daerah di tanah air, seperti ke Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumbar. Dirinya disambut antusias “Ketika saya ke Jawa Timur, para ibu-ibu memeluk dan mendoakan. Bahkan, ada pula yang mendorong saya maju lagi sebagai gubernur di provinsi itu. Begitu pula ketika ke Jabar. Saya jawab, saya saat ini tidak ada rencana untuk itu meski di 2018 nanti ada pilkada di banyak daerah,” katanya.
Terkait kiprah dan kegiatannya setelah mengalami kegagalan di Pilkada DKI Jakarta, Agus menyebutkan sekarang dia bergiat di The Yudhoyono Institute. Lembaga kajian yang dipimpinnya ini fokus melakukan kajian isu-isu strategis regional, nasional dan internasional.
“Semangat Yudhoyono Institute ini ingin jadi bagian dari penyiapan kader pemimpin masa depan bangsa. Lembaga kajian ini, independen dan nonpartisan, tidak berafiliasi dengan partai mana pun termasuk Partai Demokrat meski saya bagian dari keluarga Demokrat,” ujarnya.
Menurutnya, The Yudhoyono Institute berpijak pada tiga pilar utama yakni liberty, prosperity dan security. The Yudhoyono Institute juga akan memberikan pelatihan kepemimpinan dengan membangun School of Leadership and Management sehingga dapat mencetak pemimpin visioner dan berani menghadapi perubahan.
Salah satu kajiannya membahas demokrasi di Indonesia yang mengalami pasang surut. Usia 20 tahun reformasi tahun 2018 perlu duduk bersama melakukan kontemplasi dengan baik, terkait apakah ada hal-hal yang mesti diperbaiki atau sempurnakan.
“Bangsa kita harus maju bersama-sama tanpa ada yang tertinggal di belakang. Makin banyak mereka yang makmur hidupnya, kita juga prihatin ketika jurang si kaya dan miskin masih cukup dalam. Ini persoalan di banyak negara. Oleh karena itu, kita perlu menghadirkan solusinya bagi bangsa ini,” kata Agus dalam kesempatan dihadiri Direktur Padang Ekspres Sukri Umar dan Manager Marketing/Iklan Padang Dicky Junaidi, GM Padang TV Rita Gusveniza dan Wapemred Nofal Wiska, Pemred Posmetro Reviandhi, Koordinator Iklan Padang Ekspres Group Two Efly serta jajaran redpel dan redaktur.
Dalam kesempatan diskusi ini, kakak Edhie Baskoro Yudhoyono itu juga menanggapi pertanyaan soal dirinya yang dinilai banyak pihak potensial melanjutkan jejak SBY di sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dan memimpin negeri ini.
Bagi dirinya, saat ini ingin fokus melakukan hal-hal positif untuk generasi muda, masyarakat dan bangsa ini. Membangun kapasitas diri menjadi lebih baik lagi. “Saya tidak mau berandai-andai. Saya sedang berproses, menikmati waktu untuk berkeliling daerah, mengenali karakteristik masyarakat kita yang berbeda-beda. Mendengarkan langsung harapan dan masalah yang dihadapi sehari-hari. Jadi, saya tidak punya target spesifik,” ujarnya. ”Kehendak Tuhan tidak selalu sama dengan kehendak kita,” tambahnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.