”Harus Dilalui, Saya Ingin jadi Orang Hebat”
Memiliki tubuh tak sempurna, tak menyurutkan keinginan Aidil Putra, lulusan Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Nurul Maulid Muaropaneh, Kabupaten Solok, bersaing dengan peserta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2017 lainnya. Semangatnya untuk bisa kuliah begitu tinggi.
Seusai bel tanda berakhirnya ujian kedua berbunyi di SMAN 3 Padang, kemarin (16/5), mata Padang Ekspres tertuju pada salah seorang peserta SBMPTN yang ujian di sekolah yang sudah banyak menghasilkan pemimpin itu.
Ya, dialah Aidil. Dia mengenakan kemeja kotak-kotak biru dengan menyandang tas ransel hitam di punggungnya. Senyumnya lebar saat berbicara dengan seorang teman lelaki yang berjalan di sampingnya.
Aidil memiliki tubuh yang mungil, dan tak merasa canggung saat berjalan dengan temannya yang bertubuh tinggi. Datang ke Padang menggunakan mobil travel, Senin (15/5) lalu, Aidil mantap untuk mengikuti ujian masuk ke universitas pilihannya.
”Saya ikut ujian campuran, ambil jurusan Sistem Informasi dan Manajemen di Unand, serta Jurusan Fisika di UNP,” ungkap Aidil kepada Padang Ekspres, kemarin.
Sebelum ikut SBMPTN, Aidil berkesempatan ikut tes jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), namun tak lulus. “Belum rezeki saya,” tuturnya pelan.
Ketidaklulusan itu tak membuat lelaki ini berkecil hati. Dia melanjutkan perjuangan dengan tes jalur tulis. Aidil sendiri terlahir dengan tubuh normal dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang petani dan ibunya ibu rumah tangga. Aidil menuturkan bahwa sang ibu juga memiliki fisik yang sama dengannya.
“Sedangkan ketiga kakak saya normal,” katanya sambil menikmati makan siang di salah satu warung di dekat SMAN 3 Padang.
Menginjak usia lima tahun, Aidil merasakan hal berbeda pada dirinya. Sewaktu bergerak aktif seperti berlari, Aidil sering kali terjatuh dan kakinya terasa sakit. Atas kondisi itu, dia terpaksa menunda masuk sekolah dasar selama dua tahun.
Lambat laun, akhirnya tubuh bungsu empat bersaudara ini tak tumbuh secara normal. Tingginya sekitar 120 cm dengan salah satu kakinya berjalan tak normal.
Mujurnya, kondisi itu tak membuat Aidil menarik diri dari pergaulan. Malahan, dia aktif menjadi anggota OSIS saat masih bersekolah di MTsM Muaropaneh. Lalu, pernah dipercaya menjadi wakil ketua OSIS.
Tidak hanya aktif bergaul, Aidil juga memiliki otak cerdas. Sejak duduk di bangku SDN 8 Kinari Kabupaten Solok hingga MAS, Aidil selalu meraih peringkat 1 di kelas.
Itu membawa dia menjadi perwakilan untuk mengikuti olimpiade Fisika tingkat provinsi dan pernah mewakili Sumbar di ajang Lawatan Sejarah Islam di Padang yang diikuti perwakilan dari provinsi lain, seperti Bengkulu, Palembang dan Jambi, April tahun lalu. Tak hanya itu, Aidil juga memperoleh beasiswa dari sekolahnya.
Soal menghadapi ujian SBMPTN ini, Aidil mengaku sudah mempersiapkannya sejak lama. “Ada beberapa soal yang sulit saya jawab saat ujian, namun saya tetap tenang mengerjakannya,” katanya.
Sewaktu mau mengikuti ujian, dia sempat mengalami sedikit kesulitan saat harus menaiki tangga ke ruang kelas ujian di lantai tiga. “Harus dilalui, saya ingin menjadi orang hebat,” tambahnya lagi.
Lelaki yang bercita-cita menjadi dosen ini mengatakan bahwa kekurangan tak menghambat cita-citanya. Ia ingin membahagiakan kedua orangtua dan membuktikan diri bahwa ia bisa menjadi orang hebat nantinya.
Salah seorang temannya yang juga mengikuti ujian SBMPTN di SMAN 3 Padang, Rama Aditya Pratama, menuturkan bahwa sebelumnya Aidil sempat berniat tidak ikut ujian SBMPTN. “Karena fisiknya, ia merasa susah naik-turun angkot saat pergi ujian,” ucap Rama.
Rama yang sudah berteman akrab sejak duduk di bangku MAS, berupaya meyakinkan Aidil untuk ikut SBMPTN dan tak memikirkan masalah transportasi selama di Padang.
”Alhamdulillah selama di Padang Aidil tinggal di kos salah satu alumni sekolah kami di kawasan Anduring, Padang. Abang itu yang mengantar dan menjemput Aidil,” tambah Rama.
Di mata Rama, Aidil adalah sosok teman yang sangat baik, juga pintar. “Alhamdulillah di sekolah kami berteman dengan baik. Tidak ada yang mengejek atau menjauhi Aidil,” tambah lelaki bertubuh jangkung itu.
Pengawas ujian ruang 27, Silvia menuturkan bahwa selama ujian Aidil terlihat tekun dan serius. “Ujiannya baik-baik saja,” ucap guru SMAN 3 Padang ini saat dijumpai di ruangan 27.
Baik Rektor Universitas Andalas (Unand) Prof Tafdil Husni maupun Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) Prof Ganefri kepada Padang Ekspres menyebutkan bahwa pihaknya siap menerima peserta disabilitas seperti Aidil, bila nantinya diterima di PTN terbaik di Sumbar itu.
“Kita tak masalah menerima orang-orang seperti Aidil. Sebab, kita tahu bahwa memperoleh pendidikan adalah hak dasar seorang manusia. Soal bagaimana penanganannya saat diterima, kita sudah menyiapkan sejumlah solusi,” terang Tafdil.
Hal sama diutarakan Ganefri. “Malahan, kita (UNP, red) memiliki program studi Pendidikan Luar Biasa. Namun bila Aidil mengambil Prodi Fisika, juga tak masalah. Kita sudah memiliki tenaga pengajar yang berkompeten dengan hal itu,” terang dia.
Sebetulnya selain Aidil, menurut Ganefri, dua orang peserta lainnya masuk kategori disabilitas. Keduanya sama-sama tunarungu. ”Alhamdulillah, seluruh pelaksanaan ujian di hari pertama ini berjalan lancar,” tukas mantan Koordinator Kopertis Wilayah X itu. (*)
LOGIN untuk mengomentari.